SOLO,PGI.OR.ID-Ironi agama tercermin dalam teater singkat yang diperankan oleh Pdt. Tunggul Berkat G dan Rachelia Krissendri dari Pemuda GKI Klasis Solo. Dalam bentuk dialog, digambarkan bagaimana agama makin hari dijadikan alat pemenuhan ambisi dan ego manusia. Dari sana lalu muncul niat menjatuhkan, bahkan membunuh sesamanya.
Acara training modul deradikalisasi dan pembentukan penggerak perdamaian lintas iman bagi anak muda (21-24/8) oleh PGI kali ini terselenggara atas Kerja sama PGI dan Gereja Kristen Indonesia (GKI) klasis Solo.
Pdt Enos Bayu Setiyadi selaku Sekretaris BPMK GKI Klasis Solo mengapresiasi Kerja sama yang baik ini sebagai wahana perjumpaan lintas iman untuk saling belajar satu dengan yang lain. Menurutnya, Indonesia ada karena berisi berbagai keragaman, namun sangat disayangkan saat ini banyak kasus intoleransi yang mengancam KeIndonesiaan.
Pelaksanaan kegiatan di Solo kali ini berjalan baik karena persiapan yang kurang lebih 2 bulan dilakukan oleh GKI Klasis Solo dengan ketua panitia Pdt. Hendrikus Agus Raharjo.
Mewakili MPH PGI, Pdt. Retno Ratih, bersyukur bahwa kesempatan ini dapat merasakan perjumpaan yang indah. Begitu indah karena kegiatan ini diikuti oleh anak-anak muda dari berbagai agama. Mereka hadir mewakili agama Hindu, Budha, Islam, Katholik dan Kristen.
“Bagi beberapa orang mungkin sudah biasa mengalami perjumpaan tetapi beberapa diantara peserta perjumpaan ini adalah menjadi pengalaman pertama. Pasti canggung satu dengan yang lain, tetapi itu akan menjadi menarik saat interaksi selama 4 hari mendatang. Perjumpaan di kalangan komunitas lintas iman ini adalah upaya membangun NKRI yang sejahtera bagi semua keberagamannya,” jelas Pdt. Retno Ratih.
Di satu sisi, lanjut Pdt. Retno, keragaman ini adalah rahmat untuk menjadi sebuah keindahan. Namun di sisi lain keragaman bisa menimbulkan prasangka, kecurigaan dan tumbuhnya intoleransi jika tidak diterima secara dewasa. Karena itu ruang perjumpaan seperti saat ini penting untuk membangun kebersamaan, pesan Pdt. Retno Ratih saat membuka kegiatan ini atas nama MPH PGI. Pemuda-pemudi lintas iman Solo harus bisa berkarya menjadi penggerak perdamaian bagi Indonesia.
Penyampaian orientasi kegiatan dilakukan oleh Pdt. Penrad Siagian sebagai Sektetaris Eksekutif bidang Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan PGI. Di awal penyampaian orientasi kegiatan, Pdt. Penrad menyampaikan terima kasih pada GKI Klasis Solo sebagai host (tuan dan nyonya rumah) beserta seluruh Panitia dan semua peserta yang hadir.
Training Penggerak Perdamaian ini berbasis pada komunitas. Karena PGI sangat mengharapkan komunitas akan menjadi bagian dalam menjaga dan merawat keragaman yang ada di Indonesia.
Indonesia yang dirahmati dengan segala keragamannya akhir-akhir ini mengalami ancaman intoleransi dan radikalisasi yang mengatassnamakan identitas-identitas primordial, termasuk agama yang sering tanpil dalam wajah kekerasan untuk mekasakan kehendak. Bahkan, pemaksaan untuk mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi yang berbasis pada agama tertentu. Untuk itu perlu bagi setiap anak bangsa untuk terlibat dan berkontribusi menjaga Ke Indonesiaan.
Keterlibatan bersama ini tentu tidak mudah di tengah perbedaan yang ada di antara kita, warga bangsa Indonesia. Maka, kegiatan ini dirancang berbasis pada konunitas anak muda lintas iman yang tujuannya untuk saling mengenal satu dengan yang lain. Sebagai ruang perjumpaan satu dengfan yang lain sehingga diharapkan bisa menjadi tempat belajar tentang perbedaan sehingga bisa saling menghargai, menerima dan merawat perbedaan yang ada untuk kedamaian Indonesia.
Menurut Pdt. Penrad, tujuan lain dalam kegiatan ini adalah agar anak-anak muda dapat menjadi pioneer penggerak dalam kampanye bersama tentang perdamaian dan keberagaman. Krenanya, dari Solo kita akan kampanyekan tentang perdamaian dan kehidupan bersama dalam ke Indonesiaan.