SUMBA,PGI.OR.ID-Biro Perempuan dan Anak Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (BPA-PGI) melaksanakan kegiatan Pelatihan Fasilitator/Pendamping Pekerja Migran untuk Daerah Hotspot Pekerja Migran di Indonesia Tengah dan Timur, pada 20-23 Juni 2017 di Jemaat GKS Tambolaka, Sumba Barat Daya, tuan dan nyonya rumah dari kegiatan ini. Pelatihan dibuka oleh Bupati Sumba Barat Daya, Markus D. Talo.
Dalam sambutannya, Wasekum PGI Pdt. Krise Gosal mengatakan, program ini merupakan run-down dari 4 isu besar amanat gereja-gereja di Indonesia yang diputuskan dalam Sidang Raya PGI di Nias.
Pada kesempatan itu, Pdt. Krise Gosal juga menyampaikan terima kasih kepada Sinode GKS yang telah bersedia menjadi tuan dan nyonya rumah, serta kepada Bupati Sumba Barat Daya, Markus D. Talo yang telah mendukung kegiatan ini.
Menurut Kepala BPA PGI Repelita Tambunan, kegiatan ini merupakan komitmen PGI untuk memfasilitasi gereja anggota-anggota PGI, khususnya yang ada di daerah hotspot, dengan pengetahuan dan ketrampilan menjadi pendamping bagi isu-isu pekerja migran. Selain itu, sebagai tindaklanjut dari pertemuan pemangku kepentingan (stakeholder meeting) gereja dan pekerja migran April 2016 yang merekomendasikan penyusunan modul sebagai pegangan pendamping, pelatihan dan pilot project di NTT.
Pelatihan pertama untuk daerah hotspot di Indonesia bagian barat telah dilaksanakan 16-18 Januari 2017 di Jakarta yang diikuti oleh perwakilan dari sinode GKJW, GKP, GKO, dan PGIW Jatim, PGIW Banten, serta tambahan peserta dari sinode yang direncanakan untuk pilot project yaitu GMIT dan GKS. Pelatihan pertama ini juga menjadi uji coba penggunaan modul yang disusun tim BPA-PGI.
Lebih jauh Repelita menjelaskan, dari kegiatan ini diharapkan peserta memiliki pengetahuan yang memadai mengenai isu pekerja migran secara holistik, mampu melakukan identifikasi persoalan-persoalan pekerja migran sesuai konteks lokal masing-masing, dan menyusun rencana aksi terkait isu pekerja migran sesuai konteks lokal masing-masing.
Tercatat sebanyak 43 orang peserta dari jemaat-jemaat GKS di 4 kabupaten, WCC, sinode GKS, pendeta rumah sakit, Disnakertrans, STT GKS Lewa, GKPB Bali, dan PGIW Bali mengikuti pelatihan tersebut.
Ruang lingkup pendekatan pelatihan yang akan mereka terima meliputi pengetahuan tentang pekerja migran antara lain: mengapa pekerja migran; kerentanan dan kompleksitas perempuan pekerja migran; mengapa gereja peduli pekerja migran; diskusi kelompok dan studi kasus, serta evaluasi.