Biro Pemuda-Remaja PGI Sayangkan Pelarangan Camp Pemuda

Ilustrasi Wonogondang Camp. (Foto:madinaonline.com)

JAKARTA, PGI.OR.ID – Atas pelarangan kegiatan kemah pemuda Gereja Advent dalam acara Pathfinder Camporee Java Plus 2015 di Bumi Perkemahan Wonogondang – Yogyakarta, Abdiel Fortunatus Tanias, Kepala Biro Pemuda dan Remaja PGI menyayangkan peristiwa tersebut karena tidak berdasar dan ada kekuatiran yang berlebihan.

“Merespon persoalan ini, bagi saya ini sesuatu yang sangat disayangkan, ada kekuatiran berlebihan, ada ketakutan akan adanya kristenisasi. Ini adalah kecurigaan yang tak berdasar, sejauh yang saya tahu dari media. Kecurigaan seperti ini semestinya sdh tidak ada lagi,” demikian kata Abdiel Tanias.

Sebuah lembaga yang menamakan diri Front Jihad Islam (FJI) menuduh acara perkemahan siswa Kristen itu adalah kegiatan kristenisasi, mereka menurunkan spanduk acara, memblokir jalan, dan mencegah peserta dari luar kota masuk daerah perkemahan yang terletak di kaki Gunung Merapi.  Polisi yang berada di lokasi kejadian tidak melakukan tindakan apapun. Mereka bahkan ikut mempermasalahkan izin penyelenggaraan tersebut.

“Ini adalah kegiatan keagamaan yang melibatkan peserta dari luar provinsi. Mereka harus memberi tahu Polres Sleman, Polda Yogyakarta, Mabes Polri, dan Kementerian Agama,” kata Ajun Kombes Faried Zulkarnean, Kepala Kepolisian Resort Sleman.

Abdiel Tanis mengatakan, “Bila kemudian yang dipermasalahkan adalah ijin kegiatan, berat saya mengatakan ini cukup berdasar. Kemah pemuda yang diadakan di areal perkemahan apakah benar menggagngu, dan saya dengar warga justru keberatan dengan pelarangan, karena aktivitas kegiatan ekonomi mereka yang berkaitan dengan perkemahan terganggu.”

Abdiel Tanias tak lupa mengapresiasi para pemuda dan remaja yang memanfaatkan momen liburan dengan kegiatan yang positif dan membangun. “Para pemuda, saya salut dengan kegiatan kreatif, tetap teguh. Semua pihak harus memyadari situasi ini. Tak seharusnya ada lagi pelarangan-pelarangan yang tak perlu. Semua pihak harus menghilangkan kecurigaan, ini hal yang buruk, karena dampaknya akan berkepanjangan.”

Terkait dengan pemberitaan ini, Agnes Dwi Rusjiyati, aktivis Solidaritas Korban Tindak Pelanggaran Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan  (Sobat KBB) di Yogyakarta, menyayangkan sikap polisi. Menurut Agnes semestinya kepolisian melindungi kelompok minoritas. Terkait perizinan semestinya polisi membantu menyelesaikannya.

Kegiatan Biro Pemuda-Remaja PGI

Mengambil pelajaran dari kejadian pelarangan kemah pemuda di Yogyakarta, Abdiel Tanias berpendapat ke depannya, pemuda harus mampu membuat kegiatan dengan persiapan yang lebih baik, yakni dengan membangun komunikasi dengan semua pihak, dan pihak keamanan.

Kegiatan pemuda dan remaja, juga di Biro Pemuda dan Remaja PGI harus didukung karena banyak hal yang positif dan kreatif yang dilakukan oleh pemuda. Abdiel Tanis menjelaskan, pada momen-momen seperti ini, adalah bagian penting ketika pemuda juga membicarakan peran pemuda menyikapi issu sekitar, dengan diskusi refleksi dan aksi nyata yang dilakukan oleh para pemuda dan remaja.

“Apa yang dilakukan pemuda adalah baik, mereka melakukan Aksi sosial, aksi pelayaman diakonia, upaya reboisasi sebagai bentuk kepedulian lingkungan,” sembari mengingatkan apa yang dilakukan pemuda dengan saling berkunjung, seperti yang dilakukan pemuda Gereja Advent juga dalam rangka mempelajari kekayaan budaya yang ada di negeri kita.

Biro pemuda-remaja PGI di masa mendatang juga akan melakukan banyak pertemuan-pertemuan di tingkat wilayah dan nasional. “Semua ini dilakukan dengan tujuan yang baik dan tidak ada hal yang perlu dicurigai. Anak muda perlu diberi kepercayaan, bukan upaya menaruh bibit-bibit kebencian.  Ibaratnya, kita semua dalam rumah bersama yang sedang membangun kebersamaan dan persaudaraan,” kata Abdiel Tanias, yang kini tengah aktif menggalang kerjasama dengan para pemuda dan remaja.