JAKARTA,PGI.OR.ID-Masih dalam rangkaian HUT ke 68, PGI bersama BPK Gunung Mulia dan GPIB Paulus menggelar acara Bedah Buku “Korban dan Pendamaian” di ruang pertemuan BPK Gunung Mulia, Jakarta, Senin (4/6).
Pada kesempatan itu, Keynote Speaker sekaligus penulis buku, Prof. Pdt. Emanuel Gerrit Singgih, PhD menuturkan, Korban dan Pendamaian merupakan mata kuliah lintas bidang ilmu teologi, yang diperlukan dalam berteologi kontekstual di Indonesia, yang seringkali mewarisi fragmentasi berteologi dari dunia Barat. Di samping mata kuliah yang mewakili bidang-bidang teologi, mahasiswa perlu juga diberikan mata kuliah yang bersifat integral.
“Saya membahas tema ini dari sudut Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, Sejarah Gereja, teologi sistematik, dan teologi kontekstual. Pembahasan tema ini tidak bisa tidak harus bersinggungangn juga dengan tema serupa di agama Islam, agama Yahudi, agama-agama purba, filsafat, antropolgi dan sastra,” jelasnya.
Ditambahkan, buku ini tidak termasuk bacaan ringan yang populer. Kaum awam tentu saja dapat membacanya, namun kaum awam yang terpelajar, terlebih mereka yang jebolan fakultas filsafat dan antropologi budaya. Sedangkan sub judul dari buku ini berbicara mengenai tantangan-tantangan terhadap kehidupan yang berada di luar kendali manusia. “Lambat laun atau cepat, kita semua akan menghadapi tantangan-tantangan semacam ini. Mereka yang sudah mengalaminya, mungkin bisa lebih berempati kepada warisan-warisan berupa upacara-upacara korban dan diskursus korban,” ujar Dosen Biblika-Perjanjian Lama di Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) ini.
Mengutip salah satu bagian dari buku tersebut, Gerrit menjelaskan, proses pengkambinghitaman korban telah menjadi masalah biasa. Sebab itu, cara berpikir seperti ini harus dipatahkan. Sebagai contoh kasus Ahok, dan kasus santet. “Dalam kasus ini orang yang tidak bersalah bisa dikambinghitamkan,” tandasnya.
Salah satu Penanggap, Ketua Umum PGI Pdt. Dr. Henriette Hutabarat-Lebang, mengungkapkan, dalam konteks masyarakat yang majemuk memang perlu upaya penelusuran terlebih dalam hal agama. Dan, perlunya melihat segala sesuatu dari berbagai sudut pandang agar tidak terjadi pengkambinghitaman.
Terbitnya buku ini mendapat apresiasi oleh mantan Ketua Komnas HAM Imdadun Rahmat, karena sebagai literasi yang menolong kita untuk memahami terkait korban dan pendamaian. Menurutnya, pengorbanan menjadi syarat penting bagi penegakkan Hak Asasi Manusia (HAM). (markus saragih)
Be the first to comment