MANADO,PGI.OR.ID-34 tahun setelah Asia Youth Assembly terakhir dilaksanakan pada 1984, pada akhirnya Asian Ecumenical Youth Assembly (AEYA) kembali dilaksanakan pada 6-14 April 2018 di Manado, Sulawesi Utara.
Seperti diketahui, kegiatan ini terselenggara atas kerjasama Dewan Gereja-Gereja di Asia (CCA), bekerjasama dengan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM), yang juga didukung penuh oleh Pemerintahan Provinsi Sulawesi Utara. Kegiatan ini bertujuan memfasilitasi para pemuda Kristen dari berbagai penjuru di Asia untuk bersama-sama menggumuli berbagai tantangan pemuda dalam konteks Asia yang pluralistik yang juga kian maju pesat dalam berbagai sektor kehidupan.
Selain itu, kegiatan ini menjadi momentum bagi para pemuda yang berasal dari berbagai negara di Asia untuk berbagi pengalaman dalam tantangan yang dihadapi di negara masing-masing dalam rangka membangun solidaritas bersama. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah para pemuda Kristen yang berkumpul ini dapat membangun jaringan dalam berbagai bentuk kerjasama yang dapat di lakukan di waktu-waktu mendatang.
Di bawah tema Lords, Send Your Light and truth, selama satu pekan ke depan para peserta yang berasal dari 23 negara di Asia yang berjumlah lebih dari 350 orang akan terlibat dalam berbagai bentuk kegiatan yang secara menarik dan efektif baik dalam bentuk diskusi panel, diskusi kelompok, aktivitas kreatif, exposure, dan lainnya. Dengan demikian diharapkan para peserta tidak hanya sekedar belajar bersama dari berbagai pengalaman, dapat membangun relasi antar gereja antar negara, namun juga dapat merencanakan apa yang akan dilakukan bersama dalam spirit oikoumenis pasca AEYA 2018.
Di hari pertama, Sabtu (7/4), secara resmi kegiatan AEYA dibuka, dan diawali dengan Ibadah pembukaan yang dihadiri oleh para tokoh diantaranya adalah Moderator of CCA Bishop Dr. W.T.P Simarmata, Sekretaris Umum CCA Dr. Mathews George Chunakara, Ketua Umum PGI Pdt. Dr. Henriette Hutabarat Lebang, Ketua Sinode GMIM Pdt. Dr. Hein Arina, Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey, dan sejumlah pejabat pemerintah.
Dan, di hari pertama ini, para peserta diajak untuk membahas isu-isu yang menonjol di Asia di antaranya tentang peran perempuan muda Kristen dalam kehidupan sosial oleh Ruth Mathen, isu perdamaian yang dipresentasikan oleh Kim Minji, dan isu radikalisme oleh Jimmy Marcos Immanuel. Setelah itu, dilanjutkan dengan diskusi dalam kelompok berdasarkan beberapa isu mengemuka seperti terkait dengan lima topik yang terdiri dari Religious Intolerance and Politicization of Religion dengan difasilitasi oleh Abdiel Fortunatus Tanias, Trafficking in Persons and People on The Move dengan difasilitasi oleh Jec Dan Silencino Borlado, Artificial Intelligence: Future of Asian Youths dengan difasilitasi oleh Simi Thambi, HIV, AIDS and Human Sexuality: Respons of Asian Youths dengan difasilitasi oleh Jay Roy Tipayan, dan Gender Injustice and Asian Culture Values dengan difasilitasi oleh K. Logeswar.
Seluruh hasil dari diskusi yang membahas lima topik di atas akan dirangkum oleh tim perumus, untuk dijadikan sebagai dokumen hasil AEYA 2018 untuk didistribusikan kepada gereja-gereja di Asia. Selain itu hasil rumusan dari pembahasan topik-topik ini diharapkan nantinya dapat dijadikan sebagai dasar dalam membangun gerakan bersama di kalangan pemuda Kristen se-Asia dalam spirit oikoumenis. (Abdiel P)
Be the first to comment