MANADO,PGI.OR.ID-Pdt Dr Hein Arina terpilih menjadi Ketua Badan Pekerja Majelis Sinode Gereja Masehi Injili di Minahasa (BPMS GMIM) ke-16.
Arina mengungguli Pdt Hendry Runtuwene MTh MSi dan Pdt Petra Rembang MTh pada pemilihan Ketua Sinode GMIM di Sidang Majelis Sinode ke-79 di Novotel Manado Golf Resort & Convention Center, Kawasan Grand Kawanua International City di Jalan AA Maramis Kayuwatu-Kairagi Dua, Mapanget, Kota Manado, Rabu (21/3/).
Hasil itu sekaligus menjawab siapa suksesor Pdt Dr HWB Sumakul. Doktor teologi lulusan Presbyterian University and Theological Seminary Korea Selatan ini akan memimpin gereja terbesar di Sulawesi Utara empat tahun ke depan (periode 2018-2018).
Lahir sebagai anak petani, Hein kecil dikenal sederhana, rajin belajar dan suka ke gereja. Setelah meraih sarnaja teologi di Univesitas Kristen Indonesia Tomohon (UKIT), pria kelahiran 27 Mei 1974 di Desa Temboan, Kecamatan Langowan Selatan, Kabupaten Minahasa mengenyam pendidik strata dua dan tiga di Presbyterian University and Theological Seminary.
Doktor teologi ini menikah dengan Pdt Vanny Suoth dan dikaruniai tiga anak. Ayah dari Kristi, Kim dan Gemmy ini mengawali karier pelayanan di Jemaat Beitel Kamasi Wilayah Tomohon Dua.
Ia sempat dipercayakan menjadi Dekan Fakultas Teologi di Univesitas Kristen Indonesia Tomohon (UKIT). Kemudian terpilih menjadi Rektor UKIT.
Tak hanya cemerlang di bidang akademik, suami dari Pdt Vanny Suoth ini dikenal sukses di berbagai organisasi termasuk gereja. Arina dipercayakan menjadi Wakil Ketua BPMS GMIM di masa kepemimpinan Pdt Sumakul. Kini sang anak petani menjadi Ketua Sinode GMIM ke-16, menggantikan Pdt Sumakul.
Usai mengumumkan hasil pemilihan, seluruh panitia dan peserta langsung menyanyikan lagu Haleluya kemudian dilanjutkan dengan foto bersama. “Terima kasih karena bisa berfoto bersama dengan ketua sinode terpilih,” kata Ketua Panitia Pemilihan Olly Dondokambey tadi malam.
Syamas Toar Pandeiroth, peserta sidang utusan Jemaat Baitel Kamasi Tomohon mengatakan, hasil pemilihan itu harus diterima semua pihak. Ini bagian dari demokrasi iman yang telah terlaksana dengan aman, damai, dan sukacita. “Ketua BPMS GMIM harus bisa membawa pelayanan gereja ini ke depan menjadi lebih baik,” kata dia.
Persoalan yang mendera GMIM, menurutnya, harus segera diselesaikan. Seperti UKIT dan penataan aset gereja. “Semua masalah yang muncul di publik harus diselesaikan,” katanya.
Pemberdayaan jemaat, kata Toar, penting juga diperhatikan. “Berdayakan jemaat dengan turun dan lihat serta rumuskan formulasi yang tepat untuk mensejahterakan mereka,” tegasnya.
Pdt Sumakul, Ketua BPMS GMIM periode 2014-2018, berharap penerusnya Pdt Arina bisa menjalankan program kerja pelayanan lebih sukses. “Pdt Arina harus kerja lebih keras dari saya, agar program yang ada saat ini bisa terus dilanjutkan,” kata Sumakul.
Program yang harus dilanjutkan Arina, menurut Sumakul, di antaranya adalah global church, sebab bermanfaat positif untuk membangun masyarakat. “Pdt Arina tak boleh ambil keputusan sendiri, tapi harus kompak dengan BPMS lainnya,” kata dia.
Pada periode 2014-2018, diakui Sumakul, BPMS GMIM sangat tidak kompak, terutama memasuki tahun kedua pelayanan. “BPMS di periode kami tidak kompak. Ada koordinasi tapi itupun merayap,” ujar dia. (tribunmanado.com)
Be the first to comment