JAKARTA,PGI.OR.ID-Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) mengajak Pimpinan Sinode Gereja Anggota PGI, Pimpinan PGIW/SAG, Pengurus POUK dan BP POUK serta Pimpinan STT-STT Anggota PERSETIA gereja-gereja untuk merayakan 500 tahun Reformasi. (Surat ajakan dalam bentuk PDF dapat diklik di bagian bawah).
Terkait dengan itu, PGI dan KWI telah menyiapkan Bahan Pekan Doa Untuk Kesatuan Umat Kristiani tahun 2017. Bahan tersebut dapat dipakai dalam Ibadah pada puncak perayaan 500 tahun reformasi, yaitu pada 31 Oktober 2017.
Berikut Bahan Pekan Doa Untuk Kesatuan Umat Kristiani tahun 2017:
KATA PENGANTAR
Saudara-Saudara yang kekasih di dalam Kristus,
Kita bersyukur atas kesetiaan Tuhan dalam perjalanan gereja-gereja-Nya. Sekalipun sebagai gereja, sering kita tidak menampakkan dengan benderang kesatuan kita sebagai tubuh Kristus, namun Tuhan tidak membiarkan kita binasa. Dengan sabar Ia mengajak kita kepada pembaruan hidup, untuk mengatasi sikap-sikap kecurigaan dan permusuhan satu terhadap yang lain, yang membawa kita kepada perpecahan, baik dalam keluarga, gereja maupun masyarakat. Dalam kemurahan-Nya, Firman Tuhan melalui rasul Paulus mengingatkan kita: “Berubahlah oleh pembaruan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Roma 12:2)
Pada tahun 2017 ini tema Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristiani adalah: “Pendamaian: Kasih Kristus Menguasai Kita (bdk. II Korintus 5:14). Tema ini hendak mengingatkan semua umat kristiani sedunia tentang kasih Kristus yang mampu merobohkan tembok-tembok pemisah buatan manusia, karena karya pendamaian yang dilakukan-Nya pada kayu salib. Dia mendekatkan kembali mereka yang saling berjauhan, bahkan bermusuhan, karena perbedaan, kecurigaan satu terhadap yang lain, dan pementingan diri sendiri yang tak terbendung. Tema ini dipilih, ketika dalam kaitan dengan peringatan 500 tahun peristiwa Reformasi di Barat yang menyebabkan hubungan yang tak mesra, bahkan permusuhan, di antara gereja-gereja selama berabad-abad, yakni ketika gereja Protestan memisahkan diri dari gereja Roma Katolik. Peristiwa ini telah menyebabkan luka yang dalam, yang menyebabkan gereja sebagai tubuh Kristus terpecah, yang juga mempengaruhi relasi di antara kita gereja-gereja di Indonesia. Ancaman perpecahan seperti ini masih sering terlihat dalam gereja, maupun antar komunitas, bahkan di tengah bangsa kita.
Yakin akan karya pendamaian Allah di dalam Kristus, di bawah tuntunan Roh Allah, gereja-gereja yang bertikai sudah lama mengupayakan dialog, yang acap sulit. Kita bersukacita karena kuasa pemulihan Allah semakin menjadi nyata di tengah kehidupan gereja-gereja. Jembatan-jembatan relasi dan kerja sama dibangun kembali. Itulah yang kita rayakan dan terus doakan dalam Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristiani setiap tahun, juga pada tahun 2017 ini. Kita perlu menyadari bahwa hanya jika kita terbuka kepada karya pendamaian Kristus, kita dapat menjadi teman sekerjaNya menjadi duta-duta pendamaian di tengah lingkungan kita. Semoga Roh Kudus membarui kita terus menerus untuk melakukan hal-hal yang dikehendaki Allah bagi perdamaian dunia ciptaanNya yang sungguh Ia kasihi.
Bahan ini dipersiapkan oleh wakil-wakil gereja-gereja di Jerman, dari berbagai denominasi gereja, yakni: Protestan, Katolik, Ortodoks, Baptis, Metodis, Menonite dan gereja-gereja injili yang independen. Mereka tergabung dalam Dewan Gereja-gereja di Jerman. Sebagai mana biasanya sejak tahun 1968 bahan Pekan Doa ini diterbitkan bersama oleh Dewan Kepausan untuk Kesatuan Umat Kristiani, Vatikan, dan Komisi Iman dan Tata Gereja, Dewan Gereja-gereja Sedunia, Jenewa.
Oleh kedua lembaga ini, gereja-gereja di Indonesia diajak untuk mempersiapkan bahan Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristiani untuk tahun 2019, dimana Indonesia menjadi tuan rumah untuk puncak kegiatan Pekan Doa tersebut pada level internasional. Ajakan tersebut disambut dengan gembira oleh KWI dan PGI. Selain untuk Pekan Doa Sedunia, untuk memperingati 500 tahun Reformasi pada tahun 2017, KWI dan PGI telah membentuk tim kerja oikoumenis yang merancang perayaan ini dalam konteks Indonesia. Tim inilah yang mempersiapkan bahan yang ada di tangan Saudara-Saudara sekalian saat ini untuk digunakan oleh masing-masing jemaat atau komunitas gereja lokal. Tim kerja yang sama akan mempersiapkan bahan Pekan Doa tahun 2019, dengan mengingat konteks bangsa kita pada tahun itu yang akan menyelenggarakan sebuah hajatan nasional atau pesta demokrasi, yakni Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, DPD, DPR RI dan DPRD.
KWI telah lama mempersiapkan bahan Pekan Doa tahunan ini, yang telah digunakan di keuskupan-keuskupan. Kita patut bersyukur bahwa untuk Pekan Doa Sedunia pada tahun 2017 KWI dan KWI telah menyiapkan bersama satu bahan doa yang dapat dipergunakan, baik oleh umat Katolik maupun Protestan, entah secara bersama-sama ataupun sendiri-sendiri. Semoga upaya bersama yang baik ini akan tetap berlanjut terus.
Dalam momen historis peringatan 500 tahun Reformasi pada tahun 2017 ini, PGI ikut serta menjadikan Pekan Doa ini sebagai agenda gerejawi, dengan mengajak semua gereja lainnya di Indonesia untuk ikut serta dalam gerakan doa ini bagi persatuan seluruh umat kristiani. Semoga perayaan dan doa bersama ini akan menolong kita mengatasi keterasingan kita satu dengan yang lain, memulihkan hubungan kita yang kurang bersahabat di masa lampau dan mempererat perSaudaraan kita, demi kesaksian kita bersama menjadi duta pendamaian-Nya di tengah dunia yang makin terancam oleh perpecahan.
Salam dan Doa,
PGI – KWI
PEKAN DOA UNTUK PERSATUAN UMAT KRISTIANI TAHUN 2017
Tema: Pendamaian: Kasih Kristus Menguasai Kita (bdk. 2 Korintus 5:14-20)
Latar belakang
Pekan Doa untuk Persatuan Umat Kristiani dirayakan setiap tahun sejak tahun 1908. Tujuannya adalah untuk mendoakan kesatuan umat Kristen bagi tugas pelayanan dan kesaksiannya di tengah dunia. Secara tradisional Pekan Doa ini diadakan pada 18-25 Januari terutama untuk gereja-gereja di belahan bumi utara. Tanggal ini diusulkan oleh Pdt. Paul Wattson, yang mengacu pada dua tanggal istimewa yang dirayakan oleh sebagian gereja, yakni: peringatan Rasul Petrus (18 Januari) dan peringatan Rasul Paulus (25 Januari). Karena itu tabnggal-tanggal ini mempunyai makna simbolis. Namun ada juga gereja-gereja yang merayakan Pekan Doa ini di sekitar peringatan hari Pentakosta, yang juga mempunyai makna simbolis sebagai perayaan kesatuan gereja.
Tema Pekan Doa untuk Persatuan Umat Kristiani tahun 2017 adalah: “Pendamaian – Kasih Kristus Menguasai Kita” (bdk. 2 Korintus 5:14-20). Dewan Kepausan untuk Kesatuan Umat Kristiani (Vatikan) dan Komisi Iman dan Aturan Dewan Gereja-gereja Sedunia meminta gereja-gereja di Jerman untuk mempersiapkan bahan Pekan Doa tahun 2017 ini. Tahun 2017 adalah peringatan 500 tahun gerakan Reformasi gereja-gereja di Barat. Pada tahun 1517 Martin Luther menyampaikan berbagai keprihatinannya mengenai apa yang dilihat sebagai penyalahgunaan kekuasaan dalam Gereja pada masanya, dengan menempelkan 95 tesis di pintu gereja Wittenberg di Jerman. Peristiwa ini telah menyebabkan perpecahan gereja yang sungguh menyakitkan. Muncul Gereja Lutheran, yang kemudian disusul oleh gereja-gereja Protestan lainnya, yang memisahkan diri dari Gereja Katolik Roma. Permusuhan bahkan konflik antar kelompok tidak dapat dielakkan. Hal ini terjadi di berbagai tempat, mempengaruhi hubungan antar gereja selama waktu yang cukup panjang. Ketegangan ini bukan hanya terjadi di Jerman, tetapi juga di berbagai tempat, termasuk di Indonesia.
Kita bersyukur bahwa lambat laun para pemimpin gereja menjadi sadar tentang panggilan gereja yang tidak berubah, yang diinspirasi oleh doa Tuhan Yesus: “agar semua menjadi satu…supaya dunia percaya (Yoh. 17:21). Berbagai upaya diadakan untuk membangun kembali komunikasi antara pihak-pihak yang tadinya bertikai, khususnya antara Gereja-gereja Protestan dan Gereja Katolik Roma. Salah satu capaian yang sungguh mengagumkan adalah sebuah hasil kerja keras Komisi Lutheran dan Roma Katolik untuk Persatuan, yang menghasilkan sebuah pemahaman bersama yang dituangkan dalam sebuah dokumen berjudul, “Dari Konflik kepada Persekutuan” (From Conflict to Communion). Dokumen ini memberi inspirasi bagi perayaan 500 tahun Reformasi. Berkat hasil dialog selama lima puluh tahun, dan dengan pemahaman-pemahaman yang baru mengenai sejarah dan teologi mereka masing-masing, kedua tradisi Kristen ini mampu memaknai perayaan ini secara baru, dalam semangat oikumenis. Terlepas dari apa yang bersifat polemik dari pandangan-pandangan teologi Reformasi, Gereja Katolik Roma sekarang mampu mendengar tantangan Luther bagi Gereja masa kini, mengakui Luther sebagai “saksi injil” (From Conflict to Communion, p. 29). Setelah saling mengutuk dan menyerang satu sama lain selama berabad-abad, pada tahun 2017 umat Kristen Protestan dan Katolik untuk pertama kalinya akan merayakan bersama-sama Reformasi dalam perspektif dan semangat yang baru.
Setelah melalui diskusi yang panjang, dan kadang-kadang sulit, Gereja-gereja di Jerman sepakat bahwa cara untuk mengenang secara oikumenis peristiwa Reformasi adalah dengan merayakannya sebagai Perayaan Kristus (Christusfest). Jika penekanan diberikan pada Yesus Kristus dan karya rekonsiliasi-Nya sebagai pusat iman Kristen, maka seluruh denominasi gereja: Protestan, Katolik, Ortodoks, Baptis, Metodis, Menonite dan gereja-gereja injili yang independen, dapat berpartisipasi dalam perayaan ini. Bahan ini berhasil dipersiapkan bersama oleh sebuah tim oikumenis yang terdiri dari 12 orang, mewakili berbagai denominasi gereja di Jerman yang tergabung dalam Gereja-gereja Kristen di Jerman.
Tema
Ketika panitia nasional Jerman bertemu pada musim gugur tahun 2014 untuk merencanakan bahan ini, mereka sepakat bahwa Pekan Doa bagi Persatuan Umat Kristiani 2017 perlu mendapat dua penekanan. Pada satu sisi, merupakan perayaan atas kasih dan anugerah Allah, bahwa pembenaran manusia hanya oleh anugerah semata yang diterima dalam iman. Pada sisi lain, disadari pula bahwa pada peringatan ini harus diadakan pengakuan dosa tentang luka yang dalam dan hubungan antar gereja yang rusak akibat perpecahan gereja. Pengakuan salah dan dosa, serta tekad bersama untuk melangkah menuju rekonsiliasi merupakan bagian integral dari perayaan ini. Seruan Apostolik Paus Fransiskus pada tahun 2013, Evangelii Gaudium (The Joy of the Gospel, Sukacita Injil) memberi inspirasi lahirnya Tema tahun ini, terutama ketika kutipan berikut ini digunakan: “Kasih Kristus Menguasai Kita” (Paragraf 9). Komite Jerman memformulasikan tema Pekan Doa bagi Persatuan Umat Kristiani tahun 2017 dengan menggunakan teks Alkitab 2 Korintus 5:14.
Teks Alkitab ini menekankan bahwa pendamaian atau rekonsiliasi adalah karunia Allah, yang diberikan kepada seluruh ciptaan. “Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami” (ayat 19). Sebagai hasil dari tindakan Allah ini, mereka yang telah diperdamaikan oleh dan di dalam Kristus dipanggil untuk segera mewujudnyatakan pendamaian ini melalui kata dan perbuatannya. “Kasih Kristus menguasai kita” (ayat 14) untuk melakukan hal ini. “Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah” (ayat 20). Ayat ini menekankan bahwa pendamaian atau rekonsiliasi ini terjadi bukan tanpa pengorbanan. Yesus telah memberikan hidup-Nya. Dia mati untuk semua ciptaan Allah. Kita, para utusan pendamaian dipanggil, dalam nama-Nya, untuk memberikan hidup kita dengan cara yang sama, yaitu kita tidak lagi hidup untuk diri sendiri, tetapi kita hidup bagi Dia yang telah mati bagi kita.
Renungan Delapan Hari dan Ibadah Oikumenis
Teks 2 Korintus 5:14-20 menjadi penekanan refleksi atau perenungan teologis alkitabiah, setiap hari selama delapan hari, dengan pokok-pokok sebagai berikut:
Hari 1: Satu telah mati untuk semua
Hari 2: Hidup tidak lagi untuk diri sendiri
Hari 3: Kita tidak menilai siapa pun menurut ukuran manusia
Hari 4: Semua yang lama telah berlalu
Hari 5: Semua telah menjadi ciptaan yang baru
Hari 6: Allah mendamaikan kita dengan diri-Nya sendiri
Hari 7: Pelayanan pendamaian
Hari 8: Didamaikan dengan Allah
Dalam Ibadah Oikumenis, fakta bahwa Allah dalam Kristus telah memdamaikan dunia dengan diri-Nya sendiri adalah alasan untuk mengadakan perayaan bersama. Hal ini diawali dengan pengakuan dosa, lalu kita meneguk kesegaran dari mata air pengampunan Allah, sebelum kita mendengar Firman yang diberitakan. Setelah itu, barulah kita dapat menyaksikan kepada dunia bahwa pendamaian atau rekonsiliasi bukan hal yang mustahil. Dengan kekuatan Roh Allah, kita dapat melakukannya.
Didesak untuk Bersaksi
Kasih Kristus mendesak kita untuk berdoa, tetapi juga untuk bergerak melampaui doa-doa kita memohon persatuan umat kristiani. Gereja memerlukan karunia pendamaian Allah yang adalah mata air kehidupan bagi dunia. Hal ini dibutuhkan untuk kesaksian semua gereja secara bersama-sama kepada dunia, sebagaimana doa Tuhan Yesus: “supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku” (Yohanes 17:21). Dunia kita saat ini, termasuk Indonesia, yang terpecah oleh berbagai kepentingan, memerlukan pelayan-pelayan pendamaian, yang mampu mengatasi berbagai rintangan, membangun jembatan-jembatan komunikasi, menabur benih-benih kasih, mengusahakan pendamaian atau rekonsiliasi serta memulihkan luka-luka masa lampau. Dengan demikian pintu-pintu bagi cara-cara hidup baru terbuka, dalam nama Kristus yang telah mendamaikan kita dengan Allah dan dengan segenap ciptaan-Nya. Semoga Roh Kudus menuntun langkah kita agar kita tetap berada pada jalan pendamaian dalam nama-Nya.
Ketika teks ini dipersiapkan pada tahun 2015, banyak orang Kristen secara individu maupun sebagai gereja di Jerman sedang terlibat dalam karya pendamaian, antara lain dengan sikap terbuka menerima banyak pengungsi yang tiba dari Siria, Afganistan, Eritrea, dan juga dari negara-negara di bagian barat Balkan. Mereka ini melarikan diri dari negerinya karena tekanan situasi sosial politis atau perang, mencari perlindungan dan kehidupan yang baru. Tindakan menolong serta aksi-aksi yang melawan kebencian kepada orang asing, adalah sebuah kesaksian pendamaian yang nyata yang diperlihatkan oleh sebagian besar penduduk Jerman. Sebagai pelayan pendamaian, gereja-gereja di Jerman secara aktif membantu para pengungsi untuk beradaptasi dengan tempat mereka yang baru, dan pada saat yang sama berusaha membantu upaya perbaikan kondisi sosial di negara-negara yang mereka tinggalkan. Tindakan-tindakan konkrit gereja untuk menolong para pengungsi yang lari dari situasi negerinya yang mengerikan – apapun latar belakang sosial, budaya dan agama dari para pengungsi tersebut – memberi penghiburan bagi para pengungsi dan harapan baru bagi dunia. Tindakan kasih seperti ini sama pentingnya dengan berdoa bersama bagi rekonsiliasi. Semoga mata air pendamaian Allah yang murah hati membanjiri Pekan Doa ini, agar banyak orang dapat menemukan damai, dan agar jembatan-jembatan komunikasi dapat dibangun demi perSaudaraan kemanusiaan dan integritas seluruh ciptaan. Semoga gereja sebagai persekutuan orang percaya semakin meyakini bahwa penghayatan akan kasih Kristus mendesak kita untuk merobohkan berbagai bentuk tembok pemisah ciptaan manusia, yang acap masih nampak dalam kehidupan keluarga, gereja dan masyarakat. Demikian pula, sekat-sekat suku, budaya, agama seharusnya kita atasi, karena yakin akan karya penebusan Kristus serta kepedulian Allah bagi dunia ini, sebab “Tuhan itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya.” (Maz. 145:9)
Petunjuk Tehnis
Adaptasi bahan
Bahan ini tentu dapat disesuaikan dengan konteks jemaat, baik menyangkut liturgi maupun acara-acara lainnya, termasuk penyesuaian konteks sosial budaya. Di beberapa tempat, mungkin telah ada tim kerja yang mempersiapkan bahan ini. Di tempat-tempat lain, di mana belum ada tim kerja seperti ini, semoga kebutuhan untuk mengadaptasi bahan ini dapat menjadi dorongan untuk membentuk tim kerja oikumenis untuk maksud tersebut.
Menggunakan bahan Pekan Doa
Bahan Minggu Doa ini terdiri dari:
Penjelasan tentang Tema, yang menggambarkan latar belakang pemilihan Tema. Sebaiknya penjelasan ini disampaikan sebagai pengantar kepada peserta ibadah atau kegiatan berkaitan dengan Pekan Doa ini, yang panjangnya dapat disesuaikan dengan kondisi setempat.
Liturgi Ibadah Oikoumenis
Dalam rangka Pekan Doa ini, kami anjurkan untuk mengadakan Ibadah oikumenis di tempat Saudara. Termuat di sini Liturgi atau Tata Ibadah perayaan tersebut. Jika Ibadah Oikumenis ini tidak memungkinkan karena satu dan lain hal, Liturgi ini juga dapat digunakan oleh jemaat atau paroki lokal. Tentu Liturgi ini juga dapat disesuaikan dengan kondisi setempat.
Bahan Pendalaman Alkitab dan Doa
Sudah menjadi tradisi untuk mengadakan rangkaian kegiatan pendalaman Alkitab dan Doa selama 8 hari. Untuk maksud tersebut telah tersedia bahan, yang dikembangkan dari tema tahun ini. Bahan ini dapat digunakan dalam kelompok atau secara pribadi. Semoga hal ini menyadarkan kita bahwa lewat ibadah dan doa di minggu khusus ini, kita sedang berada dalam persekutuan dengan anggota tubuh Kristus lainnya di seluruh dunia, yang turut berdoa bagi pewujudan kesatuan Gereja Kristus yang lebih nyata untuk menjadi pelayan pendamaian di tengah dunia.
Mengenal Kehidupan Gereja dan Dewan Gereja-gereja di Jerman
Pada bagian akhir dari buku kecil ini dapat kita peroleh informasi mengenai kehidupan gereja-gereja di Jerman, yang mempersiapkan bahan ini. Sebaiknya informasi ini disampaikan kepada warga yang hadir sebagai pengantar sebelum ibadah atau kegiatan dimulai, agar latar belakang penyusunan bahan ini dapat dipahami bersama.
IBADAH OIKUMENIS
Pengantar ke dalam Ibadah
Pendamaian – Kasih Kristus Menguasai Kita
(bdk. 2 Korintus 5:14-20)
Mengenang Perayaan 500 Tahun Reformasi
Bahan ini dipersiapkan secara bersama oleh suatu tim kerja oikumenis, yang terdiri dari wakil-wakil dari gereja-gereja: Protestan, Katolik, Ortodoks, Baptis, Metodis, Menonite dan gereja-gereja injili yang independen. Mereka tergabung dalam Dewan Gereja di Jerman. Tahun 2017 merupakan peringatan 500 tahun Reformasi gereja di Barat yang mempunyai pengaruh juga bagi gereja-gereja di berbagai tempat di dunia, termasuk Indonesia. Tim kerja ini sepakat bahwa peringatan ini akan dirayakan sebagai sebuah Christusfest, perayaan tentang Kristus.
Reformasi adalah sebuah kesempatan untuk membaharui fokus kita pada keselamatan melalui anugerah di dalam Yesus Kristus. Kita bersukacita atas keselamatan Allah yang berpusat pada salib Kristus, yang mengatasi perpecahan dan mempersatukan kita semua. Dalam ibadah ini kita secara terbuka mengakui dosa dan memohon pengampunan dari Allah, khususnya atas perpecahan yang terjadi dalam gereja sebagai tubuh Kristus, setelah Reformasi gereja di Barat 500 tahun yang lalu. Melalui ibadah ini kita merayakan anugerah Kristus dan karya pendamaianNya, yang seharusnya menggerakkan hati setiap orang Kristen untuk saling menerima dan mengampuni, agar dapat menjadi utusan-utusan Kristus sebagai pelayan-pelayan pendamaian atau rekonsiliasi di tengah dunia kita masa kini, termasuk di Indonesia, yang terancam perpecahan karena berbagai kepentingan.
Dalam Ibadah Oikumenis ini kita berkumpul bersama merenungkan apa makna Tema Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristiani tahun 2017, “Pendamaian – Kasih Kristus Menguasai Kita” bagi kehadiran gereja di tengah dunia, khususnya di Indonesia, dengan pergumulan dunia dan bangsa yang sedang kita hadapi bersama. Kasih Kristus menjadi kekuatan pendorong yang menggerakkan kita mengatasi kecenderungan kita berpikir dan bertindak sektarian, menjauhi perpecahan, serta bersama-sama menumbuhkembangkan budaya damai.
Melalui mazmur-mazmur dan nyanyian-nyanyian, kita berkumpul dalam nama Yesus untuk memuji tindakan penyelamatan Allah yang mengagumkan. Kita mengakui dosa-dosa perpecahan kita, dan memohon pengampunanNya. Proklamasi Firman menekankan karya Kristus yang mendamaikan semua, sebagai “Ia telah mati untuk semua” (ayat 14). Orang-orang beriman dengan sukacita menanggapi kabar baik ini dengan menerima panggilan untuk menjadi pelayan-pelayan pendamaian.
Tindakan Simbolis dalam Ibadah: Tembok
Tahun 1989 Tembok Berlin runtuh. Peristiwa ini diawali dengan Gerakan Doa Damai di Republik Demokratis Jerman (German Democratic Republic/GDR, di bagian timur Jerman), ketika banyak penduduk meletakkan lilin-lilin di jendela-jendela dan lorong-lorong, dan berdoa bagi pembebasan.
Mendirikan dan meruntuhkan “Tembok” dipilih menjadi simbol dalam ibadah ini, yang menggambarkan perpecahan orang Kristen, dan pendamaian serta pemulihan yang mungkin terjadi karena karya Kristus. Hal ini dapat menjadi simbol pengharapan bagi situasi apapun, ketika sebuah perpecahan tampaknya tidak mungkin diatasi. Dengan demikian, pembangunan tembok dilakukan ketika pengakuan dosa berlangsung, tembok ini tetap berdiri ketika Firman diberitakan. Setelah itu tembok diruntuhkan pada bagian “Tanggapan Iman: Hidup Berdamai”. Batu-batu tersebut digunakan untuk membentuk sebuah salib sebagai tanda pengharapan.
Petunjuk untuk kegiatan simbolis: Membangun dan Meruntuhkan Tembok
Sebuah pengantar singkat disampaikan mengenai simbol Tembok, bahwa berbagai perpecahan dan tembok pemisah kita bangun karena dosa kita yaitu kecenderungan untuk menganggap diri lebih hebat daripada yang lain. Wakil jemaat akan membangun tembok pemisah yang merepresentasikan dosa dan perpecahan yang kita buat. Tembok tersebut tetap berdiri selama ibadah hingga sampai pada bagian “Tanggapan Iman — Hidup Berdamai.” Pada bagian ini, tembok diruntuhkan dengan cara memindahkan batu-batu dari tembok tersebut dan disusun membentuk sebuah salib.
Bahan-bahan berikut ini diperlukan untuk kegiatan simbolis ini: 12 kotak dengan ukuran yang sama (misalnya: kotak sepatu atau kotak makanan), dibungkus dengan kertas pembungkus untuk membuat “batu-batu.” Ukuran tembok tergantung kepada tempat yang tersedia untuk kegiatan ‘membangun dan meruntuhkan tembok.’ Di bagian depan setiap kotak dilekatkan sebuah kata kunci (sesuai dengan pengalaman komunitas Saudara), misalnya: miskin kasih, kebencian dan dendam, tuduhan palsu, diskriminasi, penganiayaan, persekutuan yang rusak, intoleransi, perang agama, perpecahan, penyalahgunaan kekuasaan, isolasi, kesombongan. Sementara setiap dosa disebutkan, batu-batu tersebut dibawa ke depan untuk membangun tembok dimaksud. Setelah waktu hening, pembawa batu tersebut memohon pengampunan, yang dijawab oleh anggota Jemaat “ampunilah kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami.”
Setelah pemberitaan Firman Allah, yang berarti berakhirnya khotbah, menyusul sebuah doa pendamaian. Sementara tembok diruntuhkan dan batu-batu dipakai untuk membentuk salib, sebuah nyanyian dengan tema pendamaian, atau yang mengagungkan salib dinyanyikan.
Untuk ibadah dalam kelompok-kelompok kecil, bisa juga simbol tembok dalam liturgi diganti dengan kesaksian-kesaksian pribadi. Pada bagian awal dari kesaksian-kesaksian ini setiap pribadi menyebut situasi-situasi yang telah menyakitkan orang lain. Bagian berikutnya, yang terkait tanggapan iman, peserta dapat membagi mengungkapkan ceritera-ceritera tentang pendamaian dan tindakan pemulihan.
Lilin-lilin
Setelah pengakuan iman, empat orang menyampaikan doa syafaat. Setelah setiap permohonan, tiga orang akan menyalakan lilin-lilin mereka dari sebuah sumber terang sentral, atau lilin besar, dan tetap berdiri mengelilingi salib hingga saat “pengutusan Kristus.” Setelah pengutusan, kedua belas orang tersebut membagikan terang tersebut kepada anggota jemaat lainnya hingga lilin setiap orang telah menyala. Ini berarti lilin perlu disediakan untuk setiap orang. Ibadah ini kemudian ditutup dengan berkat dan pengutusan.
TATA IBADAH
Rekonsiliasi – Kasih Kristus Menguasai Kita
(bdk. 2 Korintus 5:14-20)
PF Pelayan Firman
J Jemaat
PL Pelayan Liturgi
- Berkumpul dalam nama Yesus
Nyanyian Berkumpul (dipilih oleh gereja setempat)
Prosesi pemimpin ibadah dengan membawa Alkitab
Pembukaan
PF Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus.
J Amin.
PF Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, yang telah mendamaikan kita dengan diri-Nya sendiri melalui Kristus, beserta kamu semua. (2 Kor. 5:18)
J Dan besertamu juga.
Kata Pembukaan
PF Saudara-saudara terkasih di dalam Kristus. Banyak gereja yang memperingati 500 tahun Reformasi pada tahun ini. Rasul Paulus mengingatkan kita bahwa Allah telah mendamaikan kita melalui Yesus Kristus, dan kasih Allah telah mendesak kita untuk menjadi pelayan-pelayan pendamaian. Marilah kita menyembah dan memuji Allah bersama-sama dalam kesatuan Roh Kudus!
Mazmur 98 (dinyanyikan) atau sebuah nyanyian pujian lain
II. Pengakuan dosa
PF Dalam sejarah, telah muncul banyak gerakan pembaruan di dalam gereja, yang menyadari perlunya sebuah pertobatan yang sungguh kepada kepalaNya, yaitu Yesus Kristus. TIdak jarang gerakan-gerakan ini mengakibatkan perpecahan yang tidak direncanakan. Keadaan ini berlawanan dengan apa yang diminta oleh Yesus kepada Bapa dalam Yohanes 17:23: “supaya mereka semua menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku.”
Marilah kita mengaku dosa-dosa kita dan memohon pengampunan dan pemulihan atas luka-luka yang diakibatkan oleh berbagai bentuk perpecahan di antara kita. Dengan menyebut dosa-dosa ini, kita akan melihat bagaimana dosa-dosa tersebut telah menjadi tembok pemisah di antara kita.
Hening
PF Marilah kita berdoa: Allah Bapa di surga, kami datang kepadaMu dalam nama Yesus. Walaupun kami mengalami pembaruan melalui Roh-Mu yang Kudus, namun kami acap sering membangun tembok-tembok yang memisahkan kami, tembok-tembok yang menghalangi adanya persekutuan di antara kami. Kini kami membawa ke hadapanMu batu-batu yang kami gunakan untuk membangun tembok-tembok pemisah di antara kami, sambil memohon pengampunan dan pemulihan-Mu.
J Amin.
(Sementara setiap dosa disebutkan, batu yang mewakilinya dibawa ke depan untuk membangun tembok pemisah. Setelah waktu hening yang singkat, pembawa batu [PL, pembaca liturgi] menyampaikan permohonan pengampunan, jemaat mengatakan: “ampunilah kesalahan kami, seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami.“)
PF Salah satu batu dalam tembok kami adalah “kurangnya kasih.”
(Batu “kurangnya kasih” diletakkan.)
PL1 Allah Pemurah, kasih Kristus mendesak kami untuk meminta pengampunan karena kami telah gagal untuk mengasihi. Dengan rendah hati kami berdoa:
J Ampunilah kesalahan kami, seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami.
Hening
PF Salah satu batu dalam tembok kami adalah “kebencian dan dendam.”
(Batu “kebencian dan dendam” diletakkan.)
PL2 Allah Pemurah, kasih Kristus mendesak kami untuk meminta pengampunan atas kebencian dan dendam kami satu kepada yang lain. Dengan rendah hati kami berdoa:
J Ampunilah kesalahan kami, seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami.
Hening
PF Salah satu batu dalam tembok kami adalah “tuduhan palsu.”
(Batu “tuduhan palsu” diletakkan.)
PL3 Allah Pemurah, kasih Kristus mendesak kami untuk meminta pengampunan karena kami menghianati dan membuat tuduhan palsu kepada sesama. Dengan rendah hati kami berdoa:
J Ampunilah kesalahan kami, seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami.
Hening
PF Salah satu batu dalam tembok kami adalah “diskriminasi.”
(Batu “diskriminasi” diletakkan.)
PL4 Allah Pemurah, kasih Kristus mendesak kami untuk meminta pengampunan atas segala bentuk prasangka jahat dan sikap kami yang mendiskriminasi sesama. Dengan rendah hati kami berdoa:
J Ampunilah kesalahan kami, seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami.
Hening
Nyanyian: “Tuhan, ampunilah kami.“
(Tim ibadah setempat dapat memilih lagu yang berbeda)
PF Salah satu batu dalam tembok kami adalah “penganiayaan.”
(Batu “penganiayaan” diletakkan.)
PL5 Allah Pemurah, kasih Kristus mendesak kami untuk meminta pengampunan atas penganiayaan dan penyiksaan yang kami lakukan terhadap sesama. Dengan rendah hati kami berdoa:
J Ampunilah kesalahan kami, seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami.
Hening
PF Salah satu batu dalam tembok kami adalah “komunikasi yang rusak.”
(Batu “komunikasi yang rusak” diletakkan.)
PL6 Allah Pemurah, kasih Kristus mendesak kami untuk meminta pengampunan karena mempertahankan persekutuan yang rusak di antara gereja-gereja kami. Dengan rendah hati kami berdoa:
J Ampunilah kesalahan kami, seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami.
Hening
PF Salah satu batu dalam tembok kami adalah “intoleransi.”
(Batu “intoleransi” diletakkan.)
PL7 Allah pemurah, kasih Kristus mendesak kami untuk meminta pengampunan atas tindakan intoleransi yang kami lakukan terhadap sesama yang berbeda latar belakang sosial, suku, budaya dan agama. Dengan rendah hati kami berdoa:
J Ampunilah kesalahan kami, seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami.
Hening
PF Salah satu batu dalam tembok kami adalah “ekstrimisme agama.”
(Batu “ekstrimisme agama” diletakkan.)
PL8 Allah pemurah, kasih Kristus mendesak kami untuk meminta pengampunan, jika ada sikap ekstrimisme agama di antara kami, yang membenci sesama dengan mengatasnamakan Engkau. Dengan rendah hati kami berdoa:
J Ampunilah kesalahan kami, seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami.
Nyanyian: “Tuhan, ampunilah kami.“
PF Salah satu batu dalam tembok kami adalah “perpecahan.”
(Batu “perpecahan” diletakkan.)
PL9 Allah Pemurah, kasih Kristus mendesak kami untuk meminta pengampunan karena kami menghidupi kekristenan kami dalam permusuhan dan perpecahan dengan sesama, dan kami melalaikan tugas panggilan kami bersama untuk merawat dan menyembuhkan seluruh ciptaan. Dengan rendah hati kami berdoa:
J Ampunilah kesalahan kami, seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami.
Hening
PF Salah satu batu dalam tembok kami adalah “penyalahgunaan kuasa.”
(Batu “penyalahgunaan kuasa” diletakkan.)
PL10 Allah Pemurah, kasih Kristus mendesak kami untuk meminta pengampunan, jika kami menyalahgunakan kuasa yang Engkau percayakan kepada kami. Dengan rendah hati kami berdoa:
J Ampunilah kesalahan kami, seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami.
Hening
PF Salah satu batu dalam tembok kami adalah “pemisahan.”
(Batu “pemisahan” diletakkan.)
PL11 Allah pemurah, kasih Kristus mendesak kami untuk meminta pengampunan untuk masa-masa ketika kami memisahkan diri kami dari Saudara-Saudara seiman, maupun dari masyarakat di mana kami berada. Dengan rendah hati kami berdoa:
J Ampunilah kesalahan kami, seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami.
Hening
PF Salah satu batu dalam tembok kami adalah “kesombongan.”
(Batu “kesombongan” diletakkan.)
PL12 Allah pemurah, kasih Kristus mendesak kami untuk meminta pengampunan atas kesombongan kami. Dengan rendah hati kami berdoa:
J Ampunilah kesalahan kami, seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami.
Nyanyian: “Tuhan, ampunilah kami.“
PF Marilah kita berdoa: Tuhan, Allah kami, lihatlah tembok yang telah kami dirikan ini, yang memisahkan kami dari pada-Mu, dari sesama kami dan dari semua ciptaanMu. Ampunilah dosa-dosa kami. Pulihkanlah kami. Tolonglah kami untuk merubuhkan seluruh tembok pemisah dan jadikanlah kami satu keluarga di dalam Engkau.
J Amin.
Hymn/Nyanyian/Musik meditatif
III. Didamaikan dengan Allah, mendengarkan Firman Allah
Bacaan Pertama: Yehezkiel 36:25-27
Mazmur Responsoris: 18:25-32 (dibacakan atau dinyanyikan)
Respons: Aku mengasihi Engkau, ya Tuhan, kekuatanku.
Terhadap orang yang setia Engkau berlaku setia,
terhadap orang yang tidak bercela Engkau berlaku tidak bercela,
terhadap orang yang suci Engkau berlaku suci,
tetapi terhadap orang yang bengkok Engkau berlaku belat-belit.
Karena Engkaulah yang menyelamatkan bangsa yang tertindas.
Tetapi orang yang memandang dengan congkak Kaurendahkan.
Respons: Aku mengasihi Engkau, ya Tuhan, kekuatanku.
Karena Engkaulah yang membuat pelitaku bercahaya;
TUHAN, Allahku, menerangi kegelapanku.
Karena dengan Engkau aku berani menghadapi gerombolan,
Dan dengan Allahku aku berani melompati tembok.
Adapun Allah, jalanNya sempurna;
Janji Tuhan adalah murni;
Dia menjadi perisai bagi semua orang yang berlindung padaNya.
Sebab siapakah Allah selain dari TUHAN,
dan siapakah gunung batu kecuali Allah kita?
Respons: Aku mencintai Engkau, ya Tuhan, kekuatanku.
Bacaan kedua: 2 Korintus 5:14-20
Haleluya (dinyanyikan)
Pembacaan Injil: Lukas 15:11-24
Haleluya (dinyanyikan)
Khotbah
IV. Tanggapan Iman – Hidup Berdamai
(Sementara tembok dihancurkan dan batu-batu disusun membentuk sebuah salib, sebuah lagu rekonsiliasi atau nyanyian tentang kemuliaan salib dinyanyikan.)
PF Marilah kita berdoa: Allah yang Murah Hati, Bapa di Surga, kami telah mendengar firman-Mu bahwa Engkau telah mendamaikan kami dengan diri-Mu melalui anak-Mu Yesus Kristus, Tuhan kami. Oleh kuasa Roh Kudus, lembutkanlah hati kami yang keras seperti batu. Tolonglah kami untuk menjadi pelayan-pelayan pendamaian, dan pulihkanlah perpecahan gereja-gereja kami, agar kami dapat melayani dengan lebih baik sebagai alat pendamaian-Mu di dalam dunia.
J Amin.
Salam Damai
PF Damai sejahtera Tuhan bersama-Mu selalu. Marilah kita memberikan tanda damai satu kepada yang lain.
Hymn/Nyanyian
(Persembahan)
- Respon dalam Iman – Memberitakan Pendamaian
Pengakuan Iman
Doa Syafaat/Umat
(Setelah setiap permohonan, tiga orang akan menyalakan lilin dari sebuah sumber api sentral dan tetap berdiri di sekeliling salib hingga pada bagian “pengutusan oleh Kristus.”)
PL1 Allah yang Maha Kuasa, Engkau mengutus anak-Mu Yesus Kristus untuk mendamaikan dunia dengan diri-Mu sendiri. Kami memuji-Mu karena Engkau telah mengutus anak-anak-Mu dalam kuasa Roh Kudus untuk memberitakan Injil ke seluruh bangsa. Kami berterimakasih karena di seluruh bagian bumi ada persekutuan kasih yang berkumpul bersama berdoa dan bekerja, dan bahwa di setiap tempat pelayan-pelayan-Mu berseru kepada-Mu. Kiranya Roh-Mu membangkitkan dalam persekutuan itu rasa lapar dan haus akan kesatuan di dalam Engkau. Marilah kita berdoa kepada Tuhan:
Tanggapan yang diucapkan atau dinyanyikan: Tuhan, dengarlah doa kami.
(Berikan waktu yang cukup untuk mereka yang akan menyalakan lilin dari lilin utama.)
PL2 Allah yang Murah Hati, kami berdoa bagi gerejaMu, penuhilah dengan kebenaran dan damai. Ketika iman dirusak, murnikanlah; ketika umat menjadi sesat, kembalikanlah ke arah yang benar; ketika mereka gagal untuk memberitakan Injil-Mu, baharuilah mereka; di mana pun mereka bersaksi mengenai yang benar, kuatkanlah mereka; ketika mereka dalam kesesakan, penuhilah kebutuhan mereka; dan di mana mereka terpecah, persatukanlah mereka. Marilah kita berdoa kepada Tuhan:
Tanggapan yang diucapkan atau dinyanyikan: Tuhan, dengarlah doa kami.
(Berikan waktu yang cukup untuk mereka yang akan menyalakan lilin dari lilin utama.)
PL3 Allah Pencipta, Engkau membuat kami menurut gambar-Mu, dan menebus kami dari dosa melalui Yesus Kristus, Anak-Mu. Pandanglah seluruh keluarga manusia dengan belas kasihMu; ambillah sikap arogansi dan kebencian yang mewabah di hati kami; runtuhkanlah tembok-tembok yang memisahkan kami; persatukanlah kami dalam ikatan kasih. Bahkan dalam kelemahan-kelemahan kami, berkaryalah untuk menggenapi rencana-Mu bagi bumi, sehingga setiap orang dan bangsa akan melayani Engkau dalam harmoni di sekitar takhta surgawi-Mu. Jauhkanlah bangsa kami dari perpecahan, dan ajarlah kami untuk menghargai perbedaan di antara kami, agar kami mampu membangun bersama masyarakat Indonesia yang majemuk. Marilah kita berdoa kepada Tuhan:
Tanggapan yang diucapkan atau dinyanyikan: Tuhan, dengarlah doa kami.
(Berikan waktu yang cukup untuk mereka yang akan menyalakan lilin dari lilin utama.)
PL4 Roh Kudus, Pemberi Kehidupan, kami diciptakan untuk menjadi utuh di dalam Engkau, dan untuk berbagi kehidupan ini di bumi dengan Saudara-saudari kami. Bangkitkanlah di dalam setiap kami kasih dan belas kasihan. Berikanlah kami kekuatan dan daya juang untuk: menghadirkan keadilan di sekeliling kami, menciptakan damai di dalam keluarga kami, menghibur mereka yang sakit dan yang sekarat, memiliki hati yang menjauhi kerakusan dan rela berbagi dengan sesama. Untuk pembaruan setiap hati manusia, marilah kita berdoa kepada Tuhan:
(Tanggapan yang diucapkan atau dinyanyikan:) Tuhan, dengarlah doa kami.
(Berikan waktu yang cukup untuk mereka yang akan menyalakan lilin dari lilin utama.)
Doa Bapa Kami
Bapa Kami yang di surga,
Dikuduskanlah nama-Mu.
Datanglah Kerajaan-Mu,
Jadilah kehendak-Mu,
Di bumi seperti di surga.
Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya,
dan ampunilah kesalahan kami,
seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami;
dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan,
tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat.
Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan
sampai selama-lamanya. Amin. (Mat. 6: 9 – 13).
VI. Utusan-utusan Kristus — Pelayan-pelayan Pendamaian
Pengutusan oleh Kristus
(Dua belas orang membagikan cahaya lilin ke seluruh anggota jemaat hingga lilin setiap orang menyala.)
PF Lilin yang dinyalakan adalah sebuah simbol manusiawi yang dalam: ia menerangi kegelapan, menciptakan kehangatan di tengah kemajemukan masyarakat, menghadirkan rasa aman dan membangun semangat perSaudaraan. Ia menyimbolkan Kristus, terang dunia. Sebagai utusan-utusan Kristus kita membawa terang ini ke tengah dunia, ke tempat-tempat yang gelap di mana pertikaian, perselisihan dan perpecahan menguasai komunitas kita. Biarlah terang Kristus menghadirkan pendamaian dalam pikiran, perkataan dan perbuatan kita.
Terimalah Terang Kristus dan bawalah ke tempat-tempat yang gelap di sekitar kita! Jadilah pelayan-pelayan pendamaian! Jadilah duta-duta Kristus!
Berkat dan Pengutusan
PF Kami berseru kepada Engkau, Allah yang sangat Murah Hati:
Biarlah semua yang mengusahakan perdamaian mendapatkan pertolongan-Mu
sehingga mereka dapat memberitakan perbuatan kasih-Mu yang agung!
Kami memohonnya dalam nama anak-Mu, Yesus Kristus Tuhan kami.
J Amin.
PF Semoga berkat Allah yang Maha Kuasa
Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus besertamu,
dan tetap melekat dalam dirimu selamanya.
J Amin.
PF Pergilah dalam Damai Allah.
J Syukur kepada Allah.
Nyanyian pengutusan
(dipilih oleh tim ibadah setempat)
PENDALAMAN ALKITAB DAN DOA
UNTUK DELAPAN HARI
Hari Pertama
Satu orang telah mati untuk semua
(2 Korintus 5:14)
Yesaya 53:4-12: | Ia telah memberikan hidup-Nya sebagai sebuah persembahan penebusan
|
Mazmur 118:1, 14-29: | Allah tidak membiarkanku mati
|
1 Yohanes 2:1-2 | Kristus mati untuk semua
|
Yohanes 15:13-17 | Menyerahkan hidup-Nya bagi sahabat-sahabat-Nya
|
Renungan
Ketika Paulus bertobat kepada Kristus, ia memiliki sebuah pandangan baru yang radikal: satu orang telah mati untuk semua. Yesus tidak hanya mati bangsa-Nya, tidak semata-mata bagi mereka yang bersimpati pada ajaran-ajaran-Nya. Ia mati bagi semua orang, di masa lalu, masa kini, dan masa depan. Karena kesetiaannya terhadap Injil, sepanjang sejarah, banyak orang Kristen yang telah menyerahkan nyawa mereka untuk sahabat-sahabatnya. Salah satunya adalah Franciscan Maximilian Kolbe, yang dipenjara di sebuah kamp konsentrasi di Auschwitz, Jerman. Pada tahun 1941 dia rela menyerahkan nyawanya agar rekan sepenjaranya dapat hidup.
Oleh karena Yesus telah mati untuk semua, semua telah mati bersama-Nya (2 Kor. 5:14). Dengan mati bersama Kristus, kehidupan lama kita menjadi sesuatu yang ada pada masa lampau dan kita memasuki sebuah eksistensi yang baru: hidup yang berkelimpahan – sebuah kehidupan di mana kita bisa mengalami kenyamanan, kepercayaan dan pengampunan, dan bahkan pada masa kini – sebuah kehidupan yang terus memiliki makna bahkan setelah kematian. Hidup yang baru ini adalah hidup di dalam Allah.
Menyadari hal ini, Paulus merasa terdesak oleh kasih Kristus untuk memberitakan Kabar Baik mengenai pendamaian dengan Allah. Orang Kristen, secara pribadi maupun sebagai gereja, juga turut mengambil bagian dalam pengutusan yang sama untuk memberitakan pesan Injil. Kita perlu merenungkan bagaimana kita dapat mengabarkan Injil pendamaian ini di tengah berbagai bentuk perpecahan yang kita hadapi.
Pertanyaan-pertanyaan
- Apa artinya ketika kita mengatakan bahwa Yesus telah mati bagi semua orang?
- Pendeta Jerman, Dietrich Bonhoeffer, menulis: “Saya adalah Saudara bagi orang lain melalui apa yang dilakukan oleh Yesus Kristus bagi saya dan kepada saya; orang lain tersebut telah menjadi Saudara saya melalui apa yang Yesus Kristus lakukan baginya.” Bagaimanakah pernyataan ini mempengaruhi cara pandang Saudara terhadap yang lain?
- Apa konsekuensi-konsekuensi hal ini bagi dialog oikumenis dan antar agama?
Doa
Allah Bapa kami,
dalam Yesus, Engkau memberikan kami Dia yang mati bagi semua.
Ia menghidupi kehidupan kami dan mati karena kematian kami.
Engkau menerima pengorbananNya,
dan membangkitkan Dia ke dalam kehidupan baru bersama Engkau.
Berikanlah agar kami, yang telah mati bersamaNya,
dapat dipersatukan oleh Roh Kudus
dan hidup dalam kelimpahan hadirat ilahiMu
sekarang dan selamanya. Amin.
Hari ke 2
Tidak lagi hidup untuk diri sendiri
(2 Korintus 5:15)
Mika 6:6-8: | Allah telah memberitahukanmu apa yang baik |
Mazmur 25:1-5: | Allah keselamatanku, tunjukkanlah jalan-jalan-Mu |
1 Yohanes 4:19-21: | Kita mengasihi karena Allah terlebih dahulu mengasihi kita |
Matius 16:24-26: | Mereka yang kehilangan nyawanya karena Aku akan memperolehnya |
Renungan
Melalui kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, kita telah dibebaskan dari kecenderungan untuk menciptakan makna bagi diri sendiri, dan mengandalkan kekuatan diri. Oleh anugerahNya, kita hidup dalam kuasa Kristus yang telah hidup, mati, dan bangkit kembali bagi kita. Ketika kita rela meneladani Dia untuk “kehilangan” nyawa, kita mendapatkannya.
Para nabi terus-menerus berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan terkait cara yang benar untuk hidup di hadapan Allah. Nabi Mikha menemukan jawaban yang jelas bagi pertanyaan ini: “Berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu.” Penulis Mazmur 25 mengetahui bahwa kita tidak dapat melakukan hal ini sendiri, dan memohon kepada Allah untuk bimbingan dan kekuatan.
Beberapa tahun belakang ini, isolasi sosial dan rasa kesepian semakin meningkat, telah menjadi isu yang penting tidak hanya di Jerman, tetapi juga dialami oleh masyarakat-masyarakat masa kini. Orang Kristen dipanggil untuk hidup tidak hanya bagi dirinya sendiri, tetapi untuk Kristus. Hal ini merupakan sebuah panggilan untuk menjangkau yang lain, dan untuk menghancurkan sekat-sekat yang memisahkan kita satu dari yang lain.
Pertanyaan-pertanyaan
- Bagaimanakah budaya kita menggoda kita untuk hanya hidup bagi diri kita sendiri dan mengabaikan orang lain?
- Dalam cara seperti apakah kita dapat hidup bagi yang lain dalam kehidupan sehari-hari kita?
- Apakah implikasi oikumenis dari panggilan untuk hidup bukan untuk diri kita sendiri?
Doa
Allah Bapa kami,
dalam Yesus Kristus, Engkau telah membebaskan kami untuk
sebuah kehidupan yang melampaui diri kami sendiri.
Bimbinglah kami dengan Roh-Mu
dan arahkanlah kehidupan kami bersama sebagai Saudara dalam Kristus,
yang hidup, menderita, mati dan bangkit kembali bagi kami,
dan yang hidup dan memerintah selama-lamanya. Amin.
Hari ke 3
Kami tidak menilai siapa pun dari sudut pandang manusia
(2 Korintus 5:16)
1 Samuel 16:6-7: | Tuhan tidak memandang penampilan luar tetapi hati |
Mazmur 19:7-13: | Perintah Tuhan itu murni, membuat mata bercahaya |
Kis. Rasul 9:1-19: | Saulus menjadi Paulus |
Matius 5:1-12: | Khotbah di atas bukit |
Renungan
Perjumpaan dengan Kristus akan menjungkir-balikkan segalanya. Paulus mengalaminya dalam perjalanan ke Damaskus. Untuk pertama kalinya, ia dapat melihat Yesus yang sesungguhnya: Juruselamat dunia. Sudut pandangnya diubahkan sepenuhnya. Ia harus meninggalkan penilaiannya yang bersifat manusiawi dan duniawi.
Mengalami perjumpaan dengan Kristus juga mengubah perspektif kita. Meskipun demikian, seringkali kita bergantung pada masa lalu dan menilai berdasarkan ukuran manusia atau dunia ini. Acap kita mengklaim atau melakukan sesuatu “dalam nama Tuhan”, yang sebenarnya mungkin bertujuan untuk memuaskan diri sendiri. Di sepanjang sejarah, di Jerman dan beberapa negara lainnya, tidak jarang para pemimpin dan gereja telah menyalahgunakan kuasa dan pengaruh mereka untuk mengejar tujuan-tujuan politik yang tidak adil.
Diubahkan oleh perjumpaan mereka dengan Kristus, pada tahun 1741, orang-orang Kristen dari Gereja Moravia (Herrnhuter) menjawab panggilan untuk tidak memandang siapa pun dari perspektif manusia, dengan memilih untuk “tunduk pada Aturan Kristus.” Dengan tunduk pada aturan Kristus pada masa kini, kita dipanggil untuk melihat yang lain sebagaimana Allah melihat mereka, tanpa keraguan atau prasangka.
Pertanyaan-pertanyaan
- Di manakah Anda dapat mengidentifikasi pengalaman-pengalaman Damaskus dalam hidup saya?
- Apakah yang berubah ketika kita memandang orang Kristen lainnya atau penganut agama lain sebagaimana Allah memandang mereka?
Doa
Allah Trinitas, Engkau adalah asal dan tujuan dari segala yang hidup.
Ampunilah kami ketika kami hanya memikirkan diri kami sendiri
dan dibutakan oleh ukuran-ukuran kami sendiri.
Bukalah hati dan mata kami.
Ajarilah kami untuk mengasihi dan menerima sesama, serta murah hati,
sehingga kami dapat bertumbuh dalam kesatuan yang merupakan karuniaMu.
Bagimulah kemuliaan dan pujian, kini dan selamanya. Amin.
Hari ke 4
Semua yang lama telah berlalu
(2 Korintus 5:17)
Kejadian 19:15-26: | Jangan melihat ke belakang |
Mazmur 77:5-15: | Allah selalu setia |
Filipi 3:7-14: | Melupakan apa yang di belakang |
Lukas 9:57-62: | Tetaplah membajak |
Renungan
Seringkali hidup kita dikuasai oleh masa lalu. Melihat ke belakang dapat membantu, dan seringkali penting untuk menyembuhkan ingatan-ingatan masa lalu. Akan tetapi, terpusat pada masa lampau, dapat juga melumpuhkan dan menghalangi kita untuk hidup di masa kini. Dalam hal ini, pesan Paulus memerdekakan kita: “yang lama sudah berlalu.”
Alkitab mendorong kita untuk menyimpan masa lalu di pikiran, untuk menarik kekuatan dari ingatan-ingatan kita, dan untuk mengingat kebaikan yang telah dilakukan oleh Allah. Tapi pada saat yang sama, Alkitab juga meminta kita untuk meninggalkan yang lama, sekalipun mungkin saat itu kita anggap baik, untuk mengikut Kristus dan menghidupi sebuah kehidupan baru di dalam Dia.
Selama tahun ini, karya Martin Luther dan tokoh reformasi lainnya diperingati oleh banyak orang Kristen. Reformasi telah banyak mengubah kehidupan Gereja Barat. Banyak orang Kristen memperlihatkan kesaksian yang tidak tanggung-tangung. Banyak yang mengalami pembaruan kehidupan Kristen mereka. Pada saat yang sama, sebagaimana kesaksian Alkitab, adalah penting untuk tidak terikat pada apa yang terjadi pada masa lalu, tetapi sebaliknya, kita mengijinkan Roh Kudus untuk membuka sebuah masa depan baru di mana perpecahan dapat kita atasi, dan umat Allah dijadikan utuh kembali.
Pertanyaan-pertanyaan
- Apakah yang dapat kita pelajari dengan menelusuri bersama sejarah perpecahan kita, dan kecurigaan yang ada di antara kita?
- Apakah yang harus berubah dalam gereja Saudara agar perpecahan dapat diatasi, dan semangat persatuan dapat semakin diperkuat?
Doa
Tuhan Yesus Kristus,
yang kemarin, hari ini, dan selamanya tetap sama.
Sembuhkanlah luka-luka masa lampau yang ada di antara kami,
berkatilah peziarahan kami bersama menuju kesatuan umatMu,
dan bimbinglah kami ke dalam masa depan-Mu,
hingga Engkau menjadi segalanya,
dengan Bapa dan Roh Kudus,
selama-lamanya. Amin.
Hari ke 5
Semua telah menjadi ciptaan yang baru
(2 Korintus 5:17)
Yehezkiel 36:25-27: | Menerima hati yang baru dari Allah |
Mazmur 126: | Dipenuhi oleh sukacita |
Kolose 3:9-17: | Diperbarui di dalam Kristus |
Yohanes 3:1-8: | Dilahirkan kembali di dalam Roh |
Renungan
Paulus mengalami Kristus, Tuhan yang bangkit, dan menjadi seseorang yang diperbarui, sama seperti yang dialami oleh setiap orang yang percaya kepada Kristus. Ciptaan yang baru ini tidak terlihat dengan kasad mata. Sebaliknya, merupakan sebuah realitas iman. Allah hidup di dalam kita melalui kuasa Roh Kudus. Marilah kita berbagi kehidupan dalam Trinitas.
Melalui proses ciptaan yang baru ini, kejatuhan ke dalam dosa telah diatasi, dan kita dibawa ke dalam sebuah hubungan yang menyelamatkan dengan Allah. Sungguh, banyak perkara ajaib yang dapat kita sebutkan tentang hal ini, sebagaimana kesaksian Paulus: dalam Kristus kita adalah ciptaan yang baru; dalam kebangkitan-Nya kematian ditaklukkan; tidak ada seorangpun atau apapun yang dapat merebut kita dari tangan Allah. Kita satu dalam Kristus, dan Ia hidup di dalam kita. Di dalam Kristus kita adalah “sebuah kerajaan dan imam-imam” (Wahyu 5:10), yakni ketika kita berterimakasih kepada-Nya karena Ia mengalahkan maut, dan ketika kita mewartakan janji sebagai ciptaan yang baru.
Kehidupan yang baru ini menjadi nyata ketika kita mewujudkan “belas kasih, kebaikan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.” Hal ini juga harus nampak dalam hubungan-hubungan oikumenis kita. Sebuah keyakinan bersama di banyak gereja adalah semakin kita berada dalam Kristus, semakin kita dekat satu dengan yang lain. Pada peringatan Reformasi yang ke-500 ini, kita diingatkan kembali tentang hal-hal yang telah kita capai, maupun berbagai tragedi dalam sejarah kita. Kasih Kristus mendesak kita untuk hidup sebagai makhluk yang telah diperbarui, yang secara aktif mengusahakan kesatuan dan pendamaian.
Pertanyaan-pertanyaan
- Apakah yang membantu Saudara untuk mengenali bahwa Saudara adalah ciptaan yang baru dalam Kristus?
- Apakah langkah-langkah yang harus kita tempuh untuk menghidupi kehidupan yang baru dalam Kristus?
- Apakah implikasi-implikasi oikumenis menjadi sebuah ciptaan yang baru?
Doa
Allah Trinitas, Engkau menyatakan diri-Mu kepada kami
sebagai Bapa dan Pencipta, sebagai Anak dan Juruselamat,
dan sebagai Roh dan pemberi kehidupan.
Tetapi Engkau adalah satu.
Engkau menerobos
batas-batas manusia dan memperbarui kami.
Berikanlah kami hati yang baru untuk mengatasi
semua yang mengancam kesatuan kami dalam Engkau.
Kami berdoa dalam nama Yesus Kristus,
oleh kuasa Roh Kudus. Amin.
Hari ke 6
Allah memperdamaikan kita dengan diri-Nya sendiri
(2 Korintus 5:18)
Kejadian 17:1-8: | Allah membuat perjanjian dengan Abraham |
Mazmur 98: | Dunia telah melihat kemenangan Allah |
Roma 5:6-11: | Allah memperdamaikan kita dengan diri-Nya melalui Yesus Krisus |
Lukas 2:8-14: | Pemberitaan kabar baik |
Tafsiran
Rekonsiliasi memiliki dua sisi: mengagumkan dan mengerikan pada saat yang sama. Ia menarik kita agar mewujudkannya: di dalam diri kita sendiri, dengan sesama, dan di antara kita yang mempunyai latar belakang perbedaan tradisi dan konfesi gereja. Kita menyadari resikonya, dan hal ini acap menimbulkan rasa takut. Karena rekonsiliasi berarti menyangkal hasrat kita akan kuasa dan pengakuan. Dalam Kristus Allah secara murah hati memperdamaikan kita dengan diri-Nya sendiri, meskipun kita telah berpaling dariNya. Tindakan Allah bahkan melampaui hal ini: Allah memperdamaikan bukan hanya kemanusiaan kita, tetapi seluruh ciptaan dengan diriNya sendiri.
Dalam Perjanjian Lama, Allah adalah setia dan murah hati kepada orang-orang Israel. Allah mengadakan perjanjian dengan mereka sebagai umat Allah. Perjanjian ini tetap adanya: “Sebab Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilanNya” (Roma 11:29). Yesus, yang telah memulai perjanjian yang baru dalam darahNya, adalah anak Israel. Di dalam sejarah, terlalu sering gereja-gereja kita gagal menghormati perjanjian ini. Setelah era Nazi yang biadab, tugas gereja-gereja di Jerman yang paling penting, yang mungkin berbeda dari gereja-gereja lain, adalah melawan anti-semitisme. Serupa dengan itu, semua gereja dipanggil untuk menghadirkan rekonsiliasi di dalam komunitas-komunitas mereka masing-masing, dan melawan segala bentuk diskriminasi manusia, karena kita semua adalah bagian dari perjanjian Allah.
Pertanyaan-pertanyaan
- Bagaimanakah kita sebagai komunitas-komunitas Kristen memahami diri kita sebagai bagian dari perjanjian Allah?
- Bentuk-bentuk diskriminasi seperti apa yang kini ada dalam masyarakat Saudara yang harus ditantang oleh gereja-gereja di tempat Saudara?
Doa
Allah yang penuh belas kasih,
oleh kasihMu, Engkau membuat perjanjian dengan umatMu.
Mampukan kami untuk melawan
segala bentuk diskriminasi.
Biarlah karunia yang berasal dari perjanjian-Mu yang penuh kasih
memenuhi kami dengan sukacita dan
menginspirasi kami untuk mendatangkan kesatuan yang lebih besar.
Melalui Yesus Kristus, Tuhan kami yang telah bangkit,
yang kini hidup dan bertakhta dengan Engkau dan Roh Kudus,
sekarang dan selamanya. Amin.
Hari ke 7
Pelayanan pendamaian
(2 Korintus 5:18-19)
Kejadian 50:15-21: | Yusuf diperdamaikan dengan Saudara-Saudaranya |
Mazmur 72: | Kerajaan Allah menghadirkan kebenaran dan damai |
1 Yohanes 3:16b-21: | Kasih Allah mendesak kita untuk mengasihi satu sama lain |
Yohanes 17:20-26: | Yesus berdoa bagi kesatuan gereja-Nya |
Renungan
Rekonsiliasi antara Allah dan manusia adalah kunci realitas iman kita sebagai pengikut Kristus. Paulus meyakini bahwa kasih Kristus mendesak kita untuk mewujudnyatakan rekonsiliasi Allah dalam seluruh aspek kehidupan kita. Kini, hal ini memimpin kita untuk merenungkan perpecahan di antara kita. Sebagaimana diperlihatkan oleh kissah Yusuf, Allah selalu memberikan karunia yang kita perlukan untuk memulihkan hubungan-hubungan yang telah rusak.
Para tokoh reformasi seperti Martin Luther, Ulrich Zwingli dan Yohanes Calvin, demikian juga dengan yang lainnya yang tetap menjadi Katolik, seperti Ignatius Loyola, Francis de Sales dan Charles Borromeo, berusaha untuk membawa pembaruan di dalam gereja Barat. Akan tetapi, apa yang seharusnya menjadi sebuah kisah anugerah Allah, telah dinodai oleh keberdosaan manusia dan menjadi sebuah kisah yang memecah kesatuan umat Allah. Selama berabad-abad, kebencian, bahkan kekejaman menguasai kelompok yang bertikai. Sikap saling mencurigai semakin diperdalam selama berabad-abad.
Pelayanan rekonsiliasi termasuk usaha untuk mengatasi perpecahan-perpecahan di dalam kekristenan. Pada masa kini, banyak gereja Kristen yang telah bekerja sama, sikap saling mencurigai makin menipis diganti dengan sikap saling menghargai satu terhadap yang lain. Salah satu contoh positif mengenai rekonsiliasi yang oikumenis adalah dialog antara Lutheran World Federation (LWF) dengan Mennonite World Conference (MWC). Setelah dialog tersebut, hasil-hasilnya diterbitkan dalam dokumen “Ingatan-ingatan yang Dipulihkan: Berdamai di dalam Kristus.” Kedua denominasi gereja ini mengadakan ibadah penyesalan bersama pada tahun 2010 yang kemudian disusul oleh ibadah rekonsiliasi di seluruh Jerman dan di banyak tempat lainnya.
Pertanyaan-pertanyaan
- Di manakah kita melihat adanya kebutuhan sebuah pelayanan rekonsiliasi pada konteks kita?
- Bagaimanakah cara kita meresponi kebutuhan ini?
Doa
Allah Segala Kebaikan, kami bersyukur kepada-Mu
karena dalam Kristus Engkau telah memperdamaikan kami
dan seluruh dunia dengan diriMu.
Mampukan kami, sebagai gerejaMu
untuk terlibat dalam pelayanan rekonsiliasi.
Pulihkan hati kami dan tolonglah kami
untuk menyebarkan damaiMu.
“Di mana ada kebencian, biarlah kami menyemai kasih;
di mana ada kesalahan, pengampunan;
di mana ada keraguan, iman;
di mana ada keputusasaan, harapan;
di mana ada kegelapan, terang;
di mana ada kesedihan, sukacita.”
Kami berdoa dalam nama Yesus Kristus, oleh kuasa Roh Kudus. Amin.
Hari ke 8
Diperdamaikan dengan Allah
(2 Korintus 5:20)
Mika 4:1-5: | Pada hari-hari terakhir, keadilan akan berkuasa |
Mamzur 78: | Perbuatan-perbuatan ajaib Allah diceritakan |
Wahyu 21:1-5a: | Allah akan membuat sebuah langit dan bumi yang baru |
Yohanes 20:11-18: | Perjumpaan dengan Kristus yang telah bangkit membuat setiap kita terlibat dalam misi Kristus di tengah dunia |
Renungan
Bagaimana seandainya?
Bagaimana seandainya nubuatan-nubuatan di dalam Alkitab benar-benar terjadi? Jika perang antara manusia berhenti, dan jika hal-hal yang mendatangkan kehidupan dibuat dari senjata-senjata perang? Bagaimana seandainya keadilan dan kedamaian Allah berkuasa, sebuah damai yang bukan semata-mata berarti tidak adanya perang? Bagaimana seandainya semua umat manusia berkumpul bersama untuk menghadiri sebuah perayaan, dimana tidak ada satu orangpun yang dikesampingkan? Bagaimanakah seandainya benar-benar tidak ada lagi ratapan, tidak ada lagi tangisan, dan tidak ada lagi kematian? Kenyataan ini akan menjadi titik kulminasi bagi rekonsiliasi yang Allah hadirkan bagi dunia ini di dalam Yesus Kristus. Inilah surga!
Mazmur dan nyanyian dilantunkan ketika tiba harinya bagi seluruh ciptaan yang telah disempurnakan mencapai tujuan akhirnya, hari di mana Allah akan “menjadi segalanya di dalam semua.” Mereka akan menceritakan tentang harapan Kristen bagi penggenapan kuasa Allah, ketika penderitaan akan diubahkan menjadi sukacita. Ketika itu, gereja akan disingkapkan dalam keindahan dan anugerah sebagai satu tubuh Kristus. Kapan pun kita berkumpul dalam Roh untuk menyanyikan penggenapan janji-janji Allah, surga terbuka, di sini dan sekarang kita mulai menari dalam melodi kekekalan.
Sebagaimana kini kita telah mengalami kehadiran surga, marilah kita merayakannya bersama. Semoga kita akan terinspirasi untuk membagi refleksi pengalaman iman itu lewat lukisan-lukisan, gambar-gambar, puisi-puisi dan nyanyian-nyanyian dari tradisi dan budaya kita masing-masing. Berbagai ekspresi ini membuka ruang bagi kita untuk mengalami iman kita bersama dalam pengharapan akan Kerajaan Allah.
Pertanyaan-pertanyaan
- Bagaiamanakah Saudara membayangkan surga?
- Lagu, ceritera, puisi, dan gambaran apa dari tradisi dan budaya Saudara yang memberikan sebuah perasaan bahwa Saudara berpartisipasi dalam realitas kekekalan Allah?
Doa
Allah Trinitas, Bapa, Putera dan Roh Kudus,
kami berterimakasih atas Minggu Doa ini,
atas kesempatan berkumpul bersama sebagai orang Kristen
dan mengalami kehadiranMu melalui berbagai cara.
Biarlah kami selalu memuji nama-Mu yang kudus bersama-sama,
agar kami dapat terus bertumbuh dalam pemulihan dan kesatuan. Amin.
Ya domba Allah, surga memuja-Mu,
orang-orang kudus dan para malaikat bernyanyi di hadapan-Mu
dengan suara kecapi dan gambus yang sangat jernih.
Dengan setiap mutiara yang memancarkan cahaya terang,
yang bergabung dalam paduan suara kekekalan,
kami berkumpul di sekeliling takhta-Mu yang bersinar.
Tidak ada mata yang pernah melihat terang itu,
tidak ada telinga yang pernah mendengar kehebatan kemuliaan-Mu;
namun dalam kemenangan
kami bernyanyi bersorak karena sukacita kekekalan! Amin
[Dalam bahasa Jerman: “Wachet auf, ruft uns die Stimme,” pengarang: Philipp Nicolai (1599); dalam bahasa Inggris: “Wake, awake, the night is flying” (bait ketiga), diterjemahkan oleh Catherine Winkworth]
SITUASI OIKUMENIS DI JERMAN[1]
Bekerja di Tengah Masyarakat yang Berubah
Penduduk Jerman saat ini berjumlah 81 juta. Di antaranya ada 50 juta yang beragama Kristen. Kebanyakan dari mereka adalah anggota Gereja Katolik Roma atau salah satu dari Gereja-gereja Protestan regional yang bersama-sama membentuk Gereja Evangelis di Jerman (Evangelical Church in Germany/EKD). Di samping itu ada juga gereja-gereja independen dan Gereja Ortodoks dalam jumlah yang lebih kecil. Saat ini, hampir semua tradisi Kristen ada di Jerman.
Beberapa abad yang lalu, Jerman terdiri dari banyak kerajaan dan pemerintahan tetapi disatukan oleh gereja yang sama. Peristiwa Reformasi, yang dipimpin antara lain oleh Martin Luther, mengakibatkan perpecahan di dalam kekristenan di Barat, yang berpuncak pada perang antara kekuatan Katolik dan Protestan. Perdamaian Augsburg tahun 1555 untuk sementara berhasil mengakhiri konflik-konflik saat itu, dengan menetapkan bahwa penduduk sebuah kerajaan atau pemerintahan harus menganut agama pemimpinnya. Mereka yang berkeyakinan lain dipaksa untuk mengganti agama atau pindah ke wilayah lain. Ketetapan ini berlaku bagi kaum Lutheran dan Katolik, kecuali bagi pengikut Calvin dan Anabaptis, yang karena ketetapan ini mengalami penganiayaan. Perdamaian Augsburg berlaku selama enam dekade hingga pecahnya Perang Tiga Puluh Tahun (1618-1648). Perdamaian ditegakkan kembali oleh Perdamaian Westphalia yang mengafirmasi Perdamaian Augsburg. Para pengikut Calvin tidak dapat tidak harus menyesuaikan diri pada aturan tersebut. Akibatnya, orang-orang Jerman hidup dalam kotak-kotak denominasi dan wilayah. Saat itu, keberagaman pengakuan di dalam sebuah negeri, sulit dibayangkan. Menghadapi ancaman perang, kecurigaan dan kebencian antar-denominasi semakin memburuk.
Pada abad ke-19, berbagai denominasi gereja datang di Jerman, antara lain Baptis dan Metodis; demikian juga gereja-gereja yang menggunakan konfesi lama (Gereja-gereja Lutheran Lama, Reformasi Lama dan Katolik Lama). Munculnya denominasi-denominasi ini seringkali disebabkan oleh gerakan-gerakan protes di dalam gereja. Sebagai hasilnya, gereja-gereja ini cenderung kecil dalam jumlah dan kebanyakan menolak hubungan-hubungan oikumenis.
Setelah Perang Dunia Kedua, situasi Gereja-gereja Kristen di Jerman berubah secara signifikan. Sekitar 12 juta orang keturunan Jerman lari atau diusir dari bagian timur Eropa. Ketika mereka tinggal di Jerman, tidak ada aturan terkait tradisi kekristenan yang mereka anut. Kaum Protestan hidup di wilayah-wilayah Katolik dan sebaliknya. Hasilnya, hubungan kaum Protestan dan Katolik menjadi lebih dekat satu dengan yang lain.
Pertumbuhan ekonomi dan industri paska perang menciptakan permintaan tenaga kerja yang berujung pada perjanjian antara pemerintah Jerman dengan banyak negara Timur Tengah terkait “pekerja-pekerja tamu.” Melalui hal ini, orang-orang dari Itali, Spanyol, Portugal, Yunani, Yugoslavia, Turki, Maroko dan Tunisia datang ke Jerman, yang semakin meningkatkan keberagaman konfesi dan agama di negara ini. Dengan perkembangan ini, warga gereja Orthodox di Jerman bertambah. Meskipun pada awalnya ada pemikiran bahwa mereka akan kembali ke negara mereka masing-masing setelah beberapa tahun (itulah sebabnya mereka disebut “pekerja-pekerja tamu”), banyak yang tetap tinggal dan memberikan warnanya dalam kehidupan dan kebudayaan Jerman. Beberapa tahun belakangan ini, perang, teror dan pertikaian di Timur Tengah, Afrika, Afganistan, Ukraina dan banyak negara lainnya telah menggerakkan sebuah laju pengungsi yang besar. Banyak di antara mereka yang lari ke negara-negara tetangga. Namun jumlah migran yang mencari perlindungan di Jerman dan negara-negara Eropa lainnya semakin bertambah.
Di wilayah yang dulu merupakan wilayah timur Jerman, gereja-gereja, terutama gereja Protestan, memainkan peran utama dalam runtuhnya tembok Berlin (1989) dan jatuhnya pemerintahan komunis. Meskipun demikian, pengaruh kekristenan di Jerman Timur semakin merosot. Koran Inggris, The Guardian, menggambarkan Jerman Timur sebagai “tempat di muka bumi yang paling tidak berTuhan.” Kekuasaan pemerintahan komunis bukanlah satu-satunya alasan kurangnya keagamaan di tempat tersebut; pengaruh iman Kristen telah menurun di Jerman Timur jauh sebelum komunis berkuasa. Ateisme di sana tidaklah agresif sifatnya, bukan seperti yang disebut sebagai “ateis-ateis baru.” Sebaliknya, ateisme dicirikan oleh sebuah kesamaan yang dalam terhadap agama apapun. Ketika orang-orang di Berlin ditanya apakah mereka menggolongkan diri mereka sebagai orang percaya atau orang tidak percaya, satu orang merespons: “Saya bukan keduanya, saya normal saja.”
Saat ini Jerman adalah rumah bagi orang-orang dengan latar belakang kebudayaan dan kepercayaan, atau tanpa kepercayan, yang berbeda. Sekitar sepertiga dari penduduknya adalah anggota gereja-gereja Prostestan regional di bawah EKD, sepertiga Katolik Roma dan kurang dari sepertiga tidak menganut agama apapun. 1,7% dari penduduk yang Kristen Ortodoks, 1,8% lainnya adalah anggota gereja-gereja independen. Gereja-gereja yang disebut belakangan ini kemungkinan besar adalah gereja-gereja yang memiliki hubungan historis dan teologis dengan Reformasi, tetapi tidak memiliki ikatan dengan pemerintah, sebagaimana Gereja Katolik Roma dan EKD. 4,9% penduduk Jerman adalah Muslim, dan 0,1% beragama Yahudi.
Gereja-gereja di Jerman belum bisa mengatasi semua perbedaan yang ada, tetapi mereka telah belajar untuk bekerjasama. Pada masa pemerintahan Nasional Sosialis, terdapat orang-orang Kristen yang berkolaborasi dengan pemerintah. Sebagian lain yang menolak untuk bekerjasama dengan pemerintahan tersebut, dipenjara atau dikirim ke kamp konsentrasi. Pengalaman bersama hidup dan menderita di bawah kediktatoran Nazi telah membuat orang-orang Kristen dari tradisi-tradisi yang berbeda menjadi lebih dekat satu sama lain. Hingga saat ini, nampak kerjasama yang baik di antara mereka dalam melakukan misi gereja, dan bersaksi tentang Injil dalam perkataan dan perbuatan. Oleh karena Gereja Katolik Roma dan EKD memiliki banyak anggota, mereka juga memainkan peran besar dalam kerjasama oikumenis yang terjadi di Jerman.
Banyak kegiatan oikumenis terjadi di jemaart-jemaat lokal, misalnya Pekan Doa Aliansi Evangelis (Evangelical Alliance) dan Pekan Doa bagi Kesatuan Kristiani. Paroki-paroki dan jemaat-jemaat yang bertetangga sering mengadakan berbagai aktivitas oikumenis, seperti pendalaman Alkitab, diskusi topik-topik teologis, merayakan festival-festival, membuat website bersama, mengunjungi mereka yang baru dalam komunitas, dan membagikan brosur di stasiun kereta setempat yang berisi informasi tentang gereja-gereja Kristen. Pekerjaan seperti ini biasanya dilakukan oleh para relawan yang merupakan anggota jemaat atau paroki lokal. Di beberapa wilayah, jemaat dan paroki setempat menjadi rekan kerja kegiatan-kegiatan oikumenis, yang didasari oleh perjanjian kerjasama yang mereka tandatangani.
Kerjasama oikumenis juga terjadi pada level kepemimpinan gereja. Sebagai contoh, sebuah kelompok bishop dari Katolik dan Protestan dari EKD bertemu dua kali dalam setahun untuk mendiskusikan topik-topik terkini yang memengaruhi kehidupan gereja. Kelompok-kelompok yang lainnya mendiskusikan isu-isu teologis, misalnya menyangkut martabat manusia. Sebagai tambahan atas pertemuan-pertemuan bilateral ini, ada juga pertemuan-pertemuan regular antara perwakilan Konferensi Bishop-bishop Ortodoks (Orthodox Bishops’ Conference) dengan Katolik Roma dan dengan bishop-bishop Protestan, dan antara Asosiasi Gereja-gereja independen (Association of Free Churches) dan EKD.
Salah satu ciri utama yang menandai panorama kekristenan di Jerman adalah pertemuan akbar yang dihadiri oleh anggota-anggota gereja dalam jumlah yang besar. Bagi kaum Katolik, disebut Katholikentage, dan bagi kaum Protestan, Kirchentage. Keduanya diadakan setiap dua tahun, diselenggarakan oleh panitia khusus (untuk Katolik oleh Central Committee of German Catholics dan untuk gereja Protestan oleh Kirchentag Evangelis Jerman (German Evangelical Kirchentag/DEKT). Pada awalnya pertemuan-pertemuan itu dikhususkan bagi anggota-anggota gereja yang bersangkutan. Namun beberapa tahun belakangan ini anggota-anggota dari gereja-gereja yang berbeda telah menghadiri atau telah diundang sebagai pembicara tamu.
Pada tahun 2003 dan tahun 2010, seluruh gereja anggota Dewan Gereja-gereja Jerman bersatu untuk melaksanakan pertemuan akbar serupa dalam semangat ekumenis, yang disebut Okumenischer Kirchentag. Banyak isu yang penting bagi masyarakat Jerman didiskusikan, misalnya krisis keuangan global, perubahan iklim, pertanyaan-pertanyaan etis mengenai kehidupan manusia, keadilan, dlsb.). Juga kegiatan-kegiatan pendalaman Alkitab, diskusi-diskusi teologis, dan ibadah-ibadah ekumenis diadakan. Pertemuan-pertemuan akbar seperti ini, terutama Kirchentage oikumenis, adalah sebuah kesempatan penting bagi orang-orang Kristen di Jerman untuk mendemonstrasikan bahwa mereka bukan saja masih aktif, tetapi juga siap untuk bekerja bersama dan terbuka untuk berdialog dengan masyarakat Jerman lainnya.
Dewan Gereja-gereja di Jerman
Dewan Gereja-gereja di Jerman (Arbeitsgemeinschaft Christlicher Kirchen, ACK) dibentuk pada 10 Maret 1948, beberapa bulan sebelum Dewan Gereja-gereja Sedunia didirikan. Anggota-anggota pendirinya adalah EKD, Menonite, Baptis, Metodis dan Gereja Katolik-Lama. Pada tahun 1974, sepuluh tahun setelah Dekrit Oikumenis diadopsi oleh Konsili Vatikan II, Konferensi Bishop-bishop Katolik Jerman bergabung dengan Dewan Gereja-gereja nasional ini. Demikian juga halnya dengan Gereja Ortodoks pada tahun 1974. Setelah penyatuan Jerman, Dewan Gereja-gereja Jerman Barat dan Jerman Timur bersatu. Struktur dan aturan mereka yang tadinya berbeda, dibarui. Saat ini Dewan Gereja-gereja di Jerman memiliki 17 gereja anggota. Selain itu, ada enam gereja yang mendapat status sebagai anggota tamu, dan empat organisasi oikumenis sebagai peninjau.
Kirchentag oikumenis yang pertama diadakan di Berlin pada tahun 2003 yang dihadiri oleh wakil-wakil dari seluruh anggota ACK. Peristiwa penting ini ditandai dengan perayaan dan ibadah oikumenis, dan penandatanganan Charta Oecumenica atau kesepakatan oikoumenis yang dihasilkan oleh Konferensi Gereja-gereja Eropa dan Dewan Uskup Gereja Roma Katolik di Eropa. ACK menerbitkan refleksi mereka mengenai makna Charta Oecumenica tersebut dalam konteks Jerman, dan bagaimana Charta tersebut dapat diterapkan di Jerman.
Pada Kirchentag Oikumenis kedua di Munich tahun 2010, ACK mengimplementasikan salah satu rekomendasi Charta Oecumenica dengan menetapkan “Hari Oikumenis tentang Penciptaan” (Ecumenical Day of Creation)”. Penetapan hari Oikoumenis tersebut yang dirayakan setiap Jumat pertama bulan September, merupakan kesaksian bersama mengenai keyakinan kita kepada Allah sebagai Pencipta, dan untuk mengingatkan kita akan tugas kita bersama untuk merawat ciptaan. Perayaan pertama diadakan oleh ACK di sebuah Gereja Ortodoks di Bruhl. Kini, Hari Oikumenis Penciptaan dirayakan di berbagai kota di seluruh Jerman. ACK mendorong semua orang Kristen Jerman untuk merayakan hari ini. Bahan untuk ibadah dan materi-materi tambahan lainnya untuk perayaan tersebut diterbitkan sebelum bulan September, agar dapat digunakan oleh jemaat-jemaat dalam mempersiapkan perayaan tersebut.
Hal lain yang mendapat perhatian khusus ACK adalah mengenai Baptisan. Pada tahun 2007, sebelas gereja anggota ACK menandatangani sebuah perjanjian untuk saling mengakui pelayanan Baptisan. Sementara ini, lima gereja anggota ACK, di antaranya Menonite dan Baptis, belum dapat menandatangani perjanjian tersebut. ACK masih terus melanjutkan percakapan mengenai Baptisan, termasuk pada Sidang Raya ACK, yang dituangkan dalam sebuah konperensi pers pada Maret 2014. ACK juga mengadakan konsultasi dengan Dewan Oikumenis Finlandia terkait topik yang sama.
Artikel 10 dan 11 Charta Oecumenica merekomendasikan untuk meningkatkan dialog dengan para wakil agama Yahudi, dan mendorong perjumpan-perjumpaan antara orang-orang Kristen dan orang-orang Muslim. Sejalan dengan itu, ACK telah bekerja sama dengan satu organisasi Yahudi dan dua organisasi Muslim dalam sebuah proyek yang disebut “Weibt du, wer ich bin?” (Apakah kamu tahu siapa saya?). Proyek ini memberi pendampingan dan dukungan dana untuk mendorong orang-orang dari tiga iman ini untuk saling mengenal dan terlibat dalam aktivitas-aktivitas bersama pada tingkat lokal. Seorang perempuan Muslim muda dipekerjakan untuk mengkoordinasi kegiatan ini. Pendanaanuntuk proyek ini didukung oleh lembaga-lembaga negara Jerman dan negara-negara Eropa lainnya.
ACK juga memberikan banyak perhatian kepada dokumen “Kesaksian Kristen di tengah Dunia yang Memiliki Kemajemukan Agama,” dan telah membentuk sebuah kelompok kerja untuk mengkordinasi percakapan-percakapan menyangkut topik tersebut. Pada tahun 2014, ACK dan Persekutuan gereja Injili (Evangelical Alliance, EA) mengadakan sebuah konferensi menyoroti hal-hal berhubungan dengan kesaksian Kristen dan dialog antar agama. Sebagai hasilnya, EA dan ACK semakin mengembangkan hubungan yang lebih dekat. EA telah meminta untuk bergabung dengan ACK, dengan status sebagai peninjau.
Tantangan-tantangan Oikumenis
Salah satu tantangan ekumenis yyang dihadapi oleh Jerman adalah mempertahankan sebuah platform yang melaluinya gereja-gereja yang memiliki jumlah anggota lebih sedikit dapat secara langsung bertemu dengan dua gereja yang mempunyai anggota lebih besar, yakni Gereja Roma Katolik dan EKD. Kedua gereja tersebut mempunyai jumlah anggota yang kurang lebih sama dan memiliki dukungan sumber daya yang juga kurang lebih sama. Faktor ini mendukung mereka untuk secara bilateral membicarakan hal-hal yang dianggap penting, mulai dari pernikahan antar gereja hingga pertanyaan seputar hubungan negara dengan gereja. Hal ini acap menyebabkan gereja-gereja anggota lainnya, bahkan ACK sendiri, tidak dilibatkan dalam membicarakan hal-hal yang bersifat oikumenis. Dalam hal ini, ACK berupaya untuk mendorong dan memampukan diskusi multilateral dan kerjasama antar gereja yang lebih luas.
Tantangan lainnya adalah rasa frustasi yang dialami oleh banyak orang, terutama mereka yang telah lama bekerja keras mengupayakan kegiatan-kegiatan oikumenis pada lingkup lokal. Namun mereka tidak melihat kemajuan yang signifikan dalam gerakan oikoumenis. Frustasi yang paling kuat dirasakan adalah bahwa hingga saat ini perayaan Ekaristi atau Perjamuan Tuhan masih belum bisa dirayakan bersama. Sementara cukup besar jumlah pasangan di Jerman yang merupakan anggota gereja yang berbeda. Mereka berharap gerakan oikumenis seharusnya berbuah, dapat melangkah ke depan dengan lebih berani, demi mewujudkan kesatuan umat Kristen yang berbeda denominasi secara lebih nyata.
Banyak orang di Jerman pada masa kini tidak memiliki pengetahuan mengenai iman Kristen. Mereka tampaknya tidak tertarik untuk memahami kekristenan, apalagi memeluknya. Jika gereja-gereja menganggap serius misi mereka untuk “pergi ke segala bangsa dan jadikanlah mereka murid-Ku” (Matius 28:19), maka semestinya gereja-gereja terlibat dalam dialog dengan orang-orang seperti ini. Gereja-gereja harus menghadapinya secara bersama-sama dan bukan sendiri-sendiri, sehingga mereka dapat belajar dari pengalaman masing-masing dan saling mendorong. Dengan memusatkan perhatian pada iman bersama akan semakin memperkuat ikatan di antara gereja-gereja. Usaha bersama untuk mengkomunikasikan iman Kristen dalam cara yang dapat dipahami oleh orang masa kini, dapat menolong gereja-gereja untuk memahami secara mendalam iman mereka sendiri. Perayaan 500 tahun Reformasi dapat merupakan kesempatan untuk menjelaskan kepada publik – baik orang Kristen maupun orang yang bukan Kristen – mengenai iman Kristen, yaitu tentang kasih Allah dalam Kristus bagi manusia dan seluruh ciptaan. Inilah yang menjadi alasan bagi gereja-gereja di Jerman untuk mengajak kita semua menjadikan peringatan ini sebagai sebuah perayaan tentang Yesus Kristus (“Christusfest”).
MINGGU DOA BAGI KESATUAN UMAT KRISTEN
Tema-tema sejak 1968-2017
Bahan-bahan yang dipersiapkan bersama oleh Komisi Faith and Order dari Dewan Gereja-gereja se-Dunia dan Konsili Pontifisial untuk Mempromosikan Kesatuan Kristen digunakan untuk pertama kali pada tahun 1968.
1968 Untuk memuji kemuliaan-Nya (Efesus 1:14)
1969 Dipanggil untuk merdeka (Galatia 5:13)
(Pertemuan persiapan diadakan di Roma, Italia)
1970 Kami adalah kawan sekerja Allah (1 Korintus 39)
(Pertemuan persiapan diadakan di Biara Niederaltaich, Republik Federal Jerman)
1971 …dan persekutuan Roh Kudus (2 Korintus 13:13)
(Pertemuan persiapan diadakan di Bari, Italia)
1972 Aku memberikan perintah baru kepadamu (Yohanes 13:34)
(Pertemuan persiapan diadakan di Jenewa, Switzerland)
1973 Tuhan, ajarlah kami berdoa (Lukas 11:1)
(Pertemuan persiapan diadakah di Abbey of Montserrat, Spanyol)
1974 Agar setiap lidah mengaku: Yesus Kristus adalah Tuhan (Filipi 2:1-13)
(Pertemuan persiapan di adakan di Jenewa, Switzerland)
1975 Tujuan Allah: segala sesuatu di dalam Kristus (Efesus 1:3-10)
(Bahan diperoleh dari sebuah kelompok di Australia – Pertemuan persiapan diadakan di Jenewa, Switzerland)
1976 Kita akan MENJADI sama dengan Dia (1 Yohanes 3:2) atau, Dipanggil untuk menjadi diri kita
(Bahan dari Konferensi Gereja-gereja Karibia. Pertemuan persiapan diadakan di Roma, Italia)
1977 Bertahan dalam pengharapan (Roma 5:1-5)
(Bahan dari Libanon, dari tengah perang sipil. Pertemuan persiapan diadakan di Jenewa
1978 Bukan lagi orang-orang asing (Efesus 2:13-22)
(Bahan dari sebuah kelompok oikumenis di Manchester, Inggris)
1979 Layanilah satu akan yang lain demi kemuliaan Allah (1 Petrus 4:7-11)
(Bahan dari Argentina – Pertemuan persiapan diadakan di Jenewa, Switzerland)
1980 Kerajaan-Mu datanglah (Matius 6:10)
(Bahan dari sebuah kelompok ekumenis di Berlin, Republik Demokratis Jerman – Pertemuan persiapan diadakan di Milan, Italia)
1981 Satu Roh – Banyak karunia – satu tubuh (1 Korintus 12:3b-13)
(Bahan dari Graymoor Fathers, Amerika Serikat – Pertemuan persiapan diadakan di Jenewa, Switzerland)
1982 SEMOGA SEMUA MENEMUKAN RUMAHNYA DI DALAM ENGKAU, YA TUHAN (Mazmur 84)
(Bahan dari Kenya – Pertemuan persiapan diadakan di Milan, Italia)
1983 Yesus Kristus – KEHidupAN dunia (1 Yohanes 1:1-4)
(Bahan dari sebuah kelompok ekumenis di Irlandia – Pertemuan persiapan diadakan di Celigny (Bossey), Switzerland)
1984 Dipanggil menjadi satu melalui salib Tuhan kita (1 Korintus 2:2 dan Kolose 1:20 – Pertemuan persiapan diadakan di Venice, Italia)
1985 Dari kematian KEpada kehidupan BERSAMA Kristus (Efesus 2:4-7)
(Bahan dari Jamaika – Pertemuan persiapan diadakan di Grandchamp, Switzerland)
1986 Kamu akan menjadi saksi-SAKSIKu (Kisah Para Rasul 1:6-8)
(Bahan dari Yugoslavia [Slovenia] – Pertemuan persiapan diadakan di Yugoslavia)
1987 Disatukan dalam Kristus – SUATU Ciptaan baru (2 Korintus 5:17-6:4a)
(Bahan dari Inggris – Pertemuan persiapan diadakan di Taize, Perancis)
1988 Kasih Allah melenyapkan ketakutan (1 Yohanes 4:18)
(Bahan dari Italia – Pertemuan persiapan diadakan di Pinerolo, Italia)
1989 Membangun komunitas: satu tubuh di dalam Kristus (Roma 12:5-6a)
(Bahan dari Kanada – Pertemuan persiapan diadakan di Whaley Bridge, Inggris)
1990 Agar mereka menjadi satu…Agar dunia menjadi percaya (Yohanes 17).
(Bahan dari Spanyol – Pertemuan persiapan diadakan di Madrid, Spanyol)
1991 Pujilah Tuhan, hai segala bangsa! (Mazmur 117 dan Roma 15:5-13)
(Bahan dari Jerman – Pertemuan persiapan diadakan di Rotenburg an der Fulda, Republik Federal Jerman)
1992 Aku akan menyertaimu selalu…karena ITU, pergilah (Matius 28:16-20) Je suis avec vous…allez donc
(Bahan dari Belgia – Pertemuan persiapan diadakan di Bruges, Belgia)
1993 Menghasilkan buah Roh bagi kesatuan UMAT Kristen (Galatia 5:22-23)
(Bahan dari Zaire – Pertemuan persiapan diadakan di Zurich, Switzerland)
1994 Rumah tangga Allah: dipanggil untuk menjadi satu DALAM hati dan pikiran (Kisah Para Rasul 4:23-37)
(Bahan dari Irlandia – Pertemuan persiapan diadakan di Dublin, Republik Irlandia)
1995 Koinonia: persekutuan di dalam Allah dan dengan sesama (Yohanes 15:1-17)
(Bahan dari Faith and Order – Pertemuan persiapan diadakan di Bristol, Inggris)
1996 Lihatlah, Aku berdiri di pintu dan mengetuk (Wahyu 3:14-22)
(Bahan dari Portugal – Pertemuan persiapan diadakan di Lisbon, Portugal)
1997 Kami meminta demi Kristus, berikanlah diriMU diperdamaikan dengan Allah (2 Korintus 5:20)
(Bahan dari Dewan Ekumenis Nordik – Pertemuan persiapan diadakan di StockhoLm, Swedia)
1998 Roh Kudus menolong kita dalam kelemahan kita (Roma 8:14-27)
(Bahan dari Perancis – Pertemuan persiapan diadakan di Paris, Perancis)
1999 Ia akan berdiam dengan mereka sebagai Allah mereka, mereka akan menjadi umat-Nya (Wahyu 21:1-7)
(Bahan dari Malaysia – Pertemuan persiapan diadakan di Biara Bose, Italia)
2000 Terpujilah Allah yang telah memberkati kita dalam Kristus (Efesus 1:3-14)
(Bahan dari Dewan Gereja-gereja Timur Tengah – Pertemuan persiapan diadakan di La Verna, Italia)
2001 Akulah Jalan, Kebenaran dan Hidup (Yohanes 14:1-6)
(Bahan dari Romania – Pertemuan persiapan diadakan di Vulcan, Romania)
2002 Engkaulah mata air kehidupan (Mazmur 36:5-9)
(Bahan dari CEEC dan CEC – Pertemuan persiapan diadakan dekat Augsburg, Jerman)
2003 Kami memiliki harta ini di dalam bejana (2 Korintus 4:4-18)
(Bahan dari gereja-gereja di Argentina – Pertemuan persiapan diadakan di Los Rubios, Spanyol)
2004 Damai sejahteraKu Kuberikan Kepadamu (Yohanes 14:23-31; Yohanes 14:27)
(Bahan dari Aleppo, Siria – Pertemuan persiapan diadakan di Palermo, Sisilia)
2005 Kristus, DASAR DARI gereja (1 Korintus 3:1-23)
(Bahan dari Slovakia – Pertemuan persiapan diadakan di Piestany, Slovakia)
2006 Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka (Matius 18:18-20)
(Bahan dari Irlandia – Pertemuan persiapan diadakan di Prosperous, Co. Kildare, Irlandia)
2007 Ia membuat yang tuli mendengar dan yang bisU berbicara (Markus 7:31-37)
(Bahan dari Afrika Selatan – Pertemuan persiapan diadakan di Faverges, Perancis)
2008 Berdoalah tanpa jemu (I Tesalonika 5:[12a]
13b-18)
(Bahan dari Amerita Serikat – Pertemuan persiapan diadakan di Graymoor, Garrison, Amerika Serikat)
2009 Agar mereka menjadi satu dalam tangan-Mu (Yehezkiel 37:15-28)
(Bahan dari Korea – Pertemuan persiapan diadakan di Marseilles, Perancis)
2010 Kamu adalah saksi atas hal-hal ini (Lukas 24:48)
(Bahan dari Skotlandia – Pertemuan persiapan diadakan di Glasgow, Skotlandia)
2011 Bersatu dalam ajaran para rasul, bersekutu bersama, memecah roti dan berdoa (bdk. Kisah Para Rasul 2:42)
(Bahan dari Yerusalem – Pertemuan persiapan diadakan di Saydnaya, Siria)
2012 Kita akan diubahkan oleh Kemenangan Tuhan kita Yesus Kristus (bdk. 1 Korintus 15:51- 58)
(Bahan dari Polandia – Pertemuan persiapan diadakan di Warsawa, Polandia)
2013 Apakah yang dituntut oleh Allah dari kita? (bdk. Mika 6:6-8)
(Bahan dari India – Pertemuan persiapan diadakan di Bangalore, India)
2014 Adakah Kristus terbagi-bagi? (1 Korintus 1:1-17)
(Bahan dari Kanada – Pertemuan persiapan diadakan di Montreal, Kanada)
2015 Yesus berkata padanya: Berilah Aku minum (Yohanes 4:7)
(Bahan dari Brazil – Pertemuan persiapan diadakan di Sao Paulo, Brazil)
2016 Dipanggil untuk memproklamasikan perbuatan Tuhan yang ajaib (bdk. 1 Petrus 2:9)
(Bahan dari Latvia – Pertemuan persiapan diadakan di Riga, Latvia)
2017 Rekonsiliasi – Kasih Kristus MenGUASAI Kita (bdk. 2 Korintus 5:14-20)
(Bahan dari Jerman – Pertemuan persiapan diadakan di Wittenberg, Jerman)
TANGGAL-TANGGAL PENTING DALAM SEJARAH MINGGU DOA BAGI KESATUAN KRISTEN
1740 Di Skotlandia, sebuah gerakan Pentakosta muncul, yang memiliki kaitan dengan Amerika Utara, dengan pesan-pesan tentang doa bagi dan dengan semua gereja.
1820 Rev. James Haldane Stewart menerbitkan “Petunjuk-petunjuk bagi Persekutuan Kristen mengenai Pencurahan Roh Kudus”.
1840 Rev. Ignatius Spencer, seorang yang beralih ke Roma Katolik, menyarankan sebuah “Persekutuan Doa Bagi Kesatuan”.
1867 Konferensi Lambeth Pertama. Para Uskup Anglikan menekankan doa bagi kesatuan dalam mukadimah keputusan-keputusannya.
1894 Paus Leo XIII mendorong praktik Doa Delapan Hari Bagi Kesatuan dalam konteks peringatan Pentakosta.
1908 Pelaksanaan pertama kali “Doa Kesatuan Delapan Hari” yang diprakarsai oleh Pdt. Paul Wattson.
1926 Gerakan Faith and Order mulai menerbitkan “Saran-saran untuk Doa Delapan Hari Bagi Kesatuan Kristen.”
1935 Abbe Paul Couturier dari Perancis mempromosikan “Pekan Doa Universal bagi Kesatuan Kristen” sebagai dasar bagi doa untuk “kesatuan yang diinginkan Kristus melalui cara yang Ia kehendaki.”
1958 Unite Chretienne (Lyons, Perancis) dan Komisi Faith and Order dari Dewan Gereja-gereja se-Dunia mulai melakukan persiapan bersama bahan-bahan Pekan Doa.
1964 Di Yerusalem, Paus Paulus VI dan Patriarch Athenagoras I mendoakanbersama-sama doa Yesus “agar mereka menjadi satu” (Yohanes 17).
1964 Dekrit mengenai Oikumenisme dalam Konsili Vatikan II menekankan bahwa doa adalah jiwa gerakan oikumenis, dan mendorong pelaksanaan Pekan Doa.
1966 Komisi Faith and Order dari Dewan Gereja-gereja se-Dunia dan Sekretariat untuk Mempromosikan Kesatuan Kristen (kini dikenal seabgai Dewan Pontifisial untuk Mempromosikan Kesatuan Kristen) mulai mempersiapkan secara resmi bahan-bahan untuk Pekan Doa.
1968 Penggunaan pertama secara resmi bahan Pekan Doa yang dipersiapkan bersama oleh Komisi Faith and Order dari Dewan Gereja-gereja se-Dunia dan Sekretariat untuk Mempromosikan Kesatuan Kristen (kini dikenal sebagai Dewan Pontifisial untuk Mempromosikan Kesatuan Kristen).
1975 Penggunaan pertama bahan Pekan Doa berdasarkan sebuah konsep yang dipersiapkan oleh kelompok oikumenis lokal. Sebuah kelompok dari Australia adalah yang pertama kali mempersiapkan konsep awal ini.
1988 Bahan-bahan Pekan Doa digunakan dalam ibadah pembentukan Federasi Kristen Malaysia, yang menghubungkan berbagai kelompok-kelompok Kristen di negara tersebut.
1994 Kelompok internasional yang mempersiapkan teks untuk tahun 1996 melibatkan perwakilan-perwakilan dari YMCA dan YWCA.
2004 Perjanjian dicapai agar bahan-bahan untuk Pekan Doa bagi Kesatuan Kristen diterbitkan dan dibuat bersama-sama oleh Komisi Faith and Order (Dewan Gereja-gereja se-Dunia) dan Dewan Pontifisial untuk Mempromosikan Kesatuan Kristen (Gereja Katolik).
2008 Memperingati 100 tahun perayaan Pekan Doa bagi Kesatuan Kristen. (Pendahuluan, Delapan Hari Kesatuan Gereja, dilakukan pertama kali pada 1908).
[1] Teks ini diterbitkan kembali di bawah tanggung jawab Dewan Gereja-gereja di Jerman (Council of Churches in Germany/ACK).
Be the first to comment