Menguatnya Intoleransi, Sebuah Tantangan

Nara sumber dan moderator diskusi

BANJARMASIN,PGI.OR.ID-Menguatnya intoleransi di Indonesia terjadi sepanjang 15 tahun terakhir. Demikian disampaikan Ahmad Sueady, peneliti sekaligus editor buku Intoleransi, Revitalisasi Tradisi dan Tantangan Kebhinekaan Indonesia, pada diskusi buku yang dilaksanakan LK3 bekerjasama dengan Majelis Sinode GKE, Rabu (14/6), di kantor Sinode GKE di Banjarmasin.

Selain Ahmad Suaedy, hadir pula sebagai pembicara Pdt DR Wardinan, Ketua Umum Sinode GKE. Ia menyampaikan tentang toleransi yg selama ini terbangun antara Islam dan Kristen. Bahkan kedatangan Kristen ke tanah Kalimantan atas jasa dan bantuan kesultanan Banjar. Ini menunjukkan bahwa toleransi itu sudah terbangun lama. Demikian juga dengan tradisi rumah betang atau balai adat, menggambarkan kerukunan dan kebersamaan.

Peserta diskusi
Peserta diskusi

Dalam paparannya, Suaedy banyak mengutarakan contoh-contoh revitalisasi tradisi yang signifikan membangun toleransi. Bahwa Indonesia kaya akan tradisi dan jika terus dibangun maka toleransi juga akan terjaga. Dalam setiap masyarakat, selalu saja ada tradisi yang sangat kuat dalam membangun toleransi, karena kebhinekaan itu sesuatu yang melekat pada bangsa Indonesia.

Lebih dari 100 peserta, terdiri dari komunitas berbagai agama, hadir dalam diskusi yang dilanjutkan dengan buka puasa bersama ini. Diskusi hangat dengan mengutarakan berbagai tradisi agama dan budaya dalam membangun toleransi diutarakan oleh banyak tokoh agama, termasuk otokritik atas prilaku umat beragama yang cendrung intoleran sehingga menimbulkan ketegangan dalam hubungan antar agama.

Rafiqah, selaku direktur LK3 dan Pdt Jhon Wattimena selaku panitia penyelenggara mengatakan bahwa kegiatan diskusi buku ini merupakan bagian dari kerjama antara LK3 dan sinode GKE dalam membangun hubungan antara agama di Kalimantan. Sudah lebih 17 tahun kerjasama ini dibangun dan berbagai kegiatan dilakukan secara bersama. Dengan kegiatan seperti ini, diharapkan terbangun saling pengertian dan toleransi di antara umat beragama, sehingga terjaga kedamaian bagi daerah. (Noorcholis Majid-Banjarmasin)