Melalui program Ambassador Funds for Cultural Preservation oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta, pada akhir tahun 2015 Pusat Dokumentasi Arsitektur (PDA) melakukan kegiatan Dokumentasi, penelitian dan Inventarisasi Kerusakan Bangunan Rumah Raden Salah yang kini menjadi Hall Rumah Sakit PGI CIkini, Jakarta.
Penelitian juga didukung pendanaannya oleh pihak Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia melalui bantuan penelitian ekskavasi pondasi oleh BPCB Serang, serta 3D laser scan dan penelitian material bangunan oleh Balai Konservasi Borobudur. Investigasi struktur bangunan dilaksanakan oleh PT. Risen Engeneering Consultant. Upaya ini sejalan dengan amanat UU Cagar Budaya No. 11 tahun 2010, yang menyatakan bahwa sebelum rencana pelestarian dibuat, perlu dilakukan kajian teknis mengenai bangunan bersejarah.
Dokumen hasil penelitian, dokumentasi, dan inventarisasi tersebut diserahkan secara resmi oleh Duta Besar Amerika Serikat Robert O’Blake Jr, kepada Ketua Pengurus Yayasan Kesehatan PGI Cikini Kol. Dr. Alexander K. Ginting S., SpP., FCCP, pada Selasa (26/4) di Hall RS PGI Cikini, Jakarta. Tampak hadir para pengurus Yayasan RS PGI Cikini, MPH-PGI serta sejumlah undangan.
Pada kesempatan itu, Robert O’Blake Jr mengungkapkan dana yang dihibahkan oleh kedutaan senilai USD22 ribu atau setara dengan Rp200 juta lebih. “Dana hibah hanya untuk tahap awal, untuk program ini khusus dari pendanaan keduataan, kita juga ingin mendorong pihak swasta dapat berkontribusi,” ucapnya.
Ditambahkan Robert, pendanaan tersebut merupakan ujud dari penghormatan terhadap kebudayaan Indonesia. Dia pun berharap agar kerjasama bisa terjalin tidak hanya sampai disini.
Ketua Pengurus Yayasan Kesehatan PGI Cikini Kol. Dr. Alexander K. Ginting S., SpP., FCCP menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang memberi perhatian dan berjanji akan tetap mempertahankan bangunan tersebut sebagaimana adanya.
Hal senada juga disampaikan Sekum PGI Pdt. Gomar Gultom, MTh. Dari hasil penelitian tersebut diharapkan dapat menjadi dasar dalam rangka merestorasi gedung yang telah dibangun sejak tahun 1852 ini.
“Kami berharap untuk selanjutnya bisa difungsikan kembali sebagai ballroom tetapi juga menjadi museum bagi peninggalan-peninggalan Raden Saleh. Kita sangat menghargai karya-karya historis dan gedung ini mencerminkan kekayaan arsitektur zaman dulu yang diwariskan oleh Raden Saleh kapada kita. Jadi ini bagaimanapun bisa menjadi pusat studi nantinya dari arsitektur dan seni-seni dari masa lalu,” jelasnya.
Rumah Raden Saleh akan dijadikan sebagai cagar budaya setelah dilakukannya konservasi dan restorasi terhadap bangunan. Setelah pendokumentasian dan penelitian, tahap selanjutnya adalah persiapan untuk pemugaran.
Editor: Jeirry Sumampow