JAKARTA,PGI.OR.ID-Dalam rangka Hari Perdamaian Dunia dan Deklarasi Indonesia Bergerak Menyelamatkan Bumi (SIAGA BUMI), sejumlah pimpinan agama mewakili Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI), Persekutuan Gereja Indonesia (PGI), Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi), Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin), Nahdlatul Ulama (NU), dan Muhammadiyah, Senin (21/9), berkumpul di Taman Perdamaian Komplek Parlemen Senayan, Jakarta. Mereka menegaskan komitmen pentingnya perdamaian demi penyelamatan bumi.
Dalam orasinya para pimpinan agama mengatakan: “Perdamaian pada hakikatnya tidak hanya terjadi antara manusia dengan manusia, tetapi juga antara manusia dengan alam. Konflik yang terjadi selama ini juga berdampak terhadap rusaknya bumi atau alam. Padahal, jika kita melindungi alam, maka alam akan melindungi kita. Sebab itu, manusia dituntut kesadarannya untuk menjaga bumi.”
Menurut Pendeta Penrad Siagian, Sekretaris Eksekutif Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan PGI, dewasa ini makin disadari bahwa tatanan ekonomi global dijiwai oleh etos dan struktur kerakusan yang menciptakan serangkaian krisis kemanusiaan, termasuk di dalamnya kerusakan ekologis. Kekayaan sumber daya alam hanya dikuasai dan dinikmati oleh sebagian kecil kalangan, sementara orang-orang miskin dan lemah makin banyak dan tersingkir dari laju pertumbuhan ekonomi. Gejala itu juga tampak nyata dari proses pembangunan yang berlangsung di Indonesia.
Dia juga menambahkan: “Kerusakan alam telah mencapai titik kritis. Perubahan iklim makin ekstrim dewasa ini. Di seluruh belahan dunia, iklim sudah hampir tidak bisa diramalkan lagi. Bencana alam timbul di mana-mana. Dampak dari perubahan iklim telah dirasakan oleh negara-negara, komunitas dan ekosistem dengan ketahanan yang rendah. Resiko yang terkait dengan perubahan iklim telah terjadi di beberapa sistem dan sektor penting dengan kelangsungan hidup manusia, termasuk sumber daya air, ketahanan pangan dan kesehatan yang juga berdampak pada kemiskinan. Pada komunitas dengan ketahanan paling rendah, pengaruh perubahan iklim langsung berhadapan dengan kelangsungan hidup manusia. Dampak kehancuran, kenaikan temperatur dan kenaikan muka air laut akan memperparah dan berdampak pada siapapun.”
Sebab itu, PGI mengajak Agama-agama untuk mengembangkan spiritualitas keugaharian yang memupuk etos hidup berkecukupan guna melawan arus konsumerisme dan etos keserakahan, serta gaya dan pola hidup yang ramah lingkungan untuk memperjuangkan agar seluruh alam ciptaan dapat menjadi rumah bagi seluruh mahluk.
Siti Nurbaya Bakar, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI dalam sambutannya di acara ini menegaskan, komitmen para tokoh agama ini menggugah dan mempertegas kembali bahwa ada ancaman persoalan lingkungan yang cukup serius.
Kebakaran, kekeringan, banjir, dan lainnya, lanjut Siti, merupakan beberapa tantangan alam yang ada di depan mata. Ini merupakan tantangan dalam hal tata kelola lahan dan hutan. Sebab itu, konsep pembangunan berkelanjutan yang kini dicanangkan oleh pemerintah, yaitu menggunakan sumber daya alam secara arif, supaya generasi yang akan datang memiliki akses yang sama.
Lebih jauh dia menjelaskan, tantangan lain yaitu bagaimana pengelolaan hutan secara lestari. Di dalam pengelolaan hutan secara lestari, menjadi penting untuk melibatkan masyarakat hukum adat, dan kelompok-kelompok sasaran masyarakat, agar hutan dapat dirasakan manfaatnya dalam bentuk ketahanan sosial dalam masyarakat. Siti melihat, konsep kearifan lokal menjadi sangat penting.
“Kita memimpikan ekosistem yang ideal, yang punya ciri-ciri tidak hanya secara fisik seperti unsur-unsur alamnya terjaga, fungsinya terjaga, kemudian juga kehidupan masyarakat yang ideal antara lingkungan dan ekonomi, masyarakat yang bisa melakukan dan memperoleh manfaat alam dalam bentuk rekreasi misalnya, penguatan spiritual, dan masyarakat yang bebas bergerak dalam wilayah dan juga masyarakat yang tetap terjaga kohesi sosialnya. Itulah sebetulnya bagian yang sedang kita kembangkan,” katanya.
Acara yang diinisiasi oleh organisasi keagamaan di Indonesia ini, siap membantu kementerian dan pemerintah untuk memuliakan hidup dan bumi. Gerakan ini juga akan melakukan penanaman pohon di rumah ibadah dan sekolah-sekolah. Dengan keberadaan Siaga Bumi akan bisa menjaga, melestarikan dan memuliakan bumi.
Editor: Jeirry Sumampow