PGI – Jakarta. Ketum PGI, Pdt. Dr. Andreas A. Yewangoe mengatakan bahwa situasi dan kondisi negara yang carut-marut dalam persoalan intoleransi dan kebebasan beragama/beribadah ini bukan melulu persoalan yang dihadapi Kristen, kaum Syiah dan jemaah Ahmadiyah, namun hal itu sudah menjadi persoalan bangsa, yang nyaris sudah tanpa harapan. Secara tegas Yewangoe mengatakan bahwa bangsa ini tak berdaya dan sakit; negara memang tak berdaya menghadapi kasus-kasus intoleransi di negeri ini; dan itu akibat pembiaran-pembiaran yang selama ini terjadi.
Pernyataan lugas dan tegas itu disampaikan Ketum PGI ketika beliau menghadiri acara Perayaan Natal dan Tahun Baru perwakilan warga GMIT (Gereja Masehi Injili di Timor) di Jakarta, Minggu (26/1). Acara tersebut diadakan di anjungan NTT, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. Dalam acara tersebut, Pdt. Yewangoe juga menyampaikan khotbah dan sambutan kepada mantan warga GMIT yang hadir.
Pada kesempatan berbicara dengan beberapa kru media, Ketum PGI menyatakan bahwa pernyataan Presiden tidak sesuai dengan perkembangan penyelesaian kasus-kasus intoleransi di negara Pancasila ini. Hal tersebut sudah berulang-ulang terjadi. Karena itu, harus ada penyelesaian mendasar dari bangsa ini. Bangsa ini sakit karena bangsa ini sudah tidak mampu lagi hidup rukun dan bersatu. Padahal kerukunan itu sejak dahulu kala adalah kerukunan otentik dari nenek moyang kita. Mengapa sekarang kok kita tidak bisa rukun? (Editor: Boy)
Be the first to comment