JAKARTA, PGI.OR.ID – Ephorus Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Pdt. Willem T.P. Simarmata, MA mengucap syukur atas pembukaan Sidang Raya Gereja Asia (Christian Conference of Asia – CCA) yang telah berjalan dengan baik dan telah dapat mengirimkan pesan yang dapat diserap gereja-gereja, bangsa dan juga komunitas dunia internasional. Pendeta Simarmata berharap melalui pemberitaan kegiatan ini, telah terkirim sebuah pesan moral dari hasil pergumulan gereja-gereja di Asia, demikian disampaikan Ephorus, di sela acara Sidang Raya Gereja Asia di Jakarta, Jumat (22/5).
Pada ibadah pembukaan secara khusus Pendeta Simarmata dalam kotbahnya menyampaikan sebuah pesan tema “Living toghether in the household of God” dimana melalui talenta-talenta yang dimiliki gereja-gereja dapat saling melayani satu dengan yang lain. Gereja HKBP sendiri berusaha menterjemahkan misi yang serupa dengan tema tersebut agar dapat menjadi gereja yang membawa berkat bagi bangsa dan dunia.
Mengenai tema tersebut Pendeta Simarmata lebih lanjut mengharapkan melalui Sidang Raya Gereja Asia yang berlangsung di Jakarta ini sekaligus mendorong sebuah tanggung untuk saling menghargai kemajemukan seperti yang dikehendaki oleh Tuhan. Kemajemukan bukanlah awal dari konflik, kemajemukan menjadi kekayaan untuk saling mangisi dan memperkaya.
Hal berikutnya menurut Pendeta Simarmata adalah melalui tema sidang raya untuk membangun sebuah rumah tangga bersama, gereja juga belajar untuk menghargai umat beragama yang lain, dimana gereja harus berbagi untuk semua.
Pendeta Simarmata pada akhirya menekankan gereja harus berbuat sesuatu yang nyata bagi kemanusiaan. Hal ini dicontohkan oleh Pendeta atas keterlibatan gereja-gereja di Indonesia dan juga gereja HKBP dalam kasus-kasus yang menjadi perhatian bersama, seperti bencana di Sinabung, berbagai bencana alam yang terjadi di Indonesia, hingga perhatian atas para pengungsi di Rohingya.
“Kita dipanggil untuk menjaga dan memelihara keutuhan ciptaan Allah meskipun kita berbeda-beda. Kita diajak untuk membangun rumah tanggal Allah dalam arti yang luas, sehingga bumi ini menjadi tempat yang layak untuk dihuni, secara khusus di Asia. Allah sengaja menciptakan kita berbeda-beda sehingga kita dapat saling menopang satu dengan yang lain, ini saya kira semangat yang dibangun dalam sidang kali ini,” jelas Pendeta Simarmata.Pendeta Siamarmata berharap, Sidang Raya Gereja Asia ini menghasilkan sesuatu yang dapat dilakukan terhadap persoalan-persoalan kemanusiaan yang sedang terjadi sekarang ini, seperti pengungsi Rohingnya, dan korban gempa di Nepal. Menurut Halomoan: “Kasus Rohingnya itu kasus kemanusiaan bukan kasus agama, dan apalagi gereja menekankan kasih kepada sesama kepada segala yang bernapas, gereja harus berbuat sesuatu. Minggu lalu kami masih mengumpulkan persembahan dari segenap warga HKBP untuk pengungsi Rohingnya dan Nepal.
CCA dan HKBP
CCA memiliki nilai historis dan kedekatan yang kental HKBP, sebab CCA hadir dari pertemuan para pemimpin gereja-gereja di Asia berkumpul di Parapat pada tahun 1957, pada waktu itu HKBP menjadi salah satu gereja yang membidani berdirinya CCA.
“Kedekatan HKBP dan CCA memang luar biasa. Saat awal berdirinya HKBP menjadi tuan rumah, dan pada tahun 2007 saat Jubileum 50 Tahun kami juga menjadi tuan rumah dan yang sekarang ini juga,” ujarnya memaparkan keinginan HKBP untuk menjadi tuan rumah dilatarbelakangi oleh kerinduan HKBP agar dapat menjadi berkat bagi dunia sesuai dengan misi HKBP.
Dari pengalaman menjadi tuan rumah pelaksanaan sidang raya ini Pendeta Simarmata menceritakan yang menjadi kunci suksesnya, “Tanpa orang lain, tanpa warga jemaat yang dapat bekerjasama, kita tidak akan dapat berbuat apa-apa”. Demikian kata Pendeta Simarmata tentang petingnya menumbuhkan kesadaran akan tanggung jawab bersama.