Dapatkah Perbedaan Iman Membuat Kita Berjalan dalam Kebersamaan?

PGI – Busan. Selasa pagi (5/11), Prof. Dr. Din Syamsuddin, Ketua Umum Muhammadyah dan Presiden Asia Conference for Religious and Peace, menyampaikan salam dalam Unity Planery SR X DGD, antara lain berkata: “Pluralitas adalah sebuah keniscayaan. Quran berkata bahwa pluralitas itu adalah kehendak Tuhan. Pluralitas bukan hanya realitas kemanusiaan, tetapi mencerminkan kemuliaan Tuhan.”

Sebagai bangsa Indonesia, kami telah ratusan tahun hidup dalam pluralitas ini dengan damai dan harmoni. Ini bisa terjadi bukan hanya karena falsafah Bhinneka Tunggal Ika, tetapi karena memang Tuhan memerintahkan untuk hidup damai di tengah perbedaan yang ada, termasuk perbedaan iman.

Memang ada sedikit ketegangan, tetapi itu lebih karena kesalahpahaman dan karena penyalahgunaan ajaran agama.

Hidup dalam kemajemukan bukanlah kemauan manusia, tetapi kehendak Allah. Kesediaan untuk hidup dalam damai di tengah pluralitas akan menjadikan Anda pemenang, dan sebaliknya, ketidaksediaan untuk hidup damai dalam kemajemukan, Anda akan menjadi pecundang.

Islam, Kristen, dan Yudaisme datang dari akar yang sama, dan olehnya banyak kesamaan ajaran. Hal itu penting bagi kita untuk mencari “commond word“. Dari Tuhan untuk kesejahteraan umat manusia, harus menjadi dasar bersama kita. Ini waktunya bagi kita untuk mencari “commond word” dan merumuskan musuh bersama, yang adalah kemiskinan, ketidakadilan, terorisme dll.

Dengan ini, dari perbedaan iman kita akan bisa berjalan dalam kebersamaan.

Oleh: Pdt. Gomar Gultom, M.Th. (Sekum PGI)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*