
Perayaan Injil masuk Mamasa dipusatkan di Mamasa, ibukota Kabupaten Mamasa, bertempat di halaman bekas gedung SR-PGI 2009. Hadir mewakili pemerintah: utusan Gubernur SULBAR, Bupati Mamasa serta Instansi terkait, baik dari Pemprov maupun Pemkab. Turut hadir juga gereja-gereja tetangga, antara lain: Gereja Toraja, GKSS, Gepsultra, GKSB, mitra GTM, lembaga keumatan; GMKI, GAMKI, dan RS PGI Cikini. Hadir pula perwakilan dari ZCGK dan Badan Zending Christelijke Gereformeerde Kerken, Belanda.
Perayaan HUT 100 tahun Injil masuk Mamasa ini megambil tema: “Datanglah Kerajaan-Mu,” dan subtema: “Gereja Memelihara Lingkungan Hidup Ciptaan Allah.” Ibadah puncak berlangsung pada 12 Oktober 2013, dipimpin oleh Pdt. Dr. Robert Borrong. Sambutan-sambutan disampaikan oleh MPHS GTM, Bupati, Gubernur, Wakil Dirjen Bimas Kristen dan PGI. Perayaan 1 abad ini diramaikan juga oleh festival budaya dan gereja dengan melibatkan sekitar 75 peserta, dari 64 Klasis, perwakilan GTM dari Kendari, Makassar, Jakarta, Pare-pare, dan Poliwali. Festival ini sangat bernuansa Adat dan Lingkungan Hidup. Sekitar 25 ekor babi dilelang yang dimasukkan ke dalam Miniatur rumah adat, gereja, dan berbagai macam kreasi panitia.
Sambutan PGI
PGI menyampaikan Selamat kepada GTM dan seluruh masyarakat dan rakyat Mamasa atas Perayaan Jubileum 100 tahun Injil masuk di Mamasa. PGI berterima kasih kepada GTM yang telah menjadi tuan-nyonya rumah SR PGI tahun 2009, dengan tema: “Tuhan itu baik bagi semua orang.” PGI bangga atas sejarah Pekabaran Injil di Mamasa, yang telah berhasil mentransformasikan kehidupan orang Mamasa di semua sektor kehidupan. Di saat yang sama juga PGI prihatin atas perkembangan pembangunan di Provinsi Sulawesi Barat, terutama infrastruktur jalan antara Poliwali dan Mamasa, yang sangat rusak berat. PGI juga meminta perhatian Pemprov Sulbar dan Pemda Mamuju untuk proyek PLTA di kecamatan Kalumpang dan Bonehan, yang jika dilaksanakan, akan menenggelamkan 21 desa dan 126 dusun.
PGI bersama gereja-gereja anggota DGD akan menghadiri SR DGD ke 10 di Busan Korsel, di bawah tema: “God of Life, lead us to justice and peace.” Tema ini merefleksikan suatu doa permohonan kepada Tuhan sang pemberi Hidup untuk menegakkan keadilan di tengah praktek-praktek ketidakadilan di bidang ekonomi, politik hukum, dan HAM yang menyebabkan kehidupan itu tidak dinikmati jutaan penduduk dunia ini. Permohonan ini juga merupakan doa kita, gereja-gereja di Indonesia, yang menghadapi tantangan dalam berbagai kebijakan Pembangunan, hukum, politik, ekonomi, termasuk relasi antaragama; yang menyebabkan jutaan rakyat Indonesia, tidak lagi merasakan keadilan serta perdamaian yang dicita-citakan oleh pendiri Republik ini.
Dalam Sidang MPL-PGI di Kupang awal tahun ini, PGI menggumuli fenomena konflik Agraria dan SDA di seantero negeri ini. Rakyat telah kehilangan tanah-tanah pusaka yang diwarisi dari nenek moyangnya, yang pada hakekatnya adalah titipan anak cucu mereka.
PGI juga sedang mempersiapkan diri menuju SR ke XVI PGI di Nias pada 2014. Tema yang sudah ditetapkan terambil dari Mazmur 71:20b: “Dari Samudera Raya Bumi, TUHAN mengangkat kita kembali.” Tema ini merupakan analogi alam untuk menggambarkan kondisi manusia sebagaimana yang dinyanyikan dalam ayat 20a; yakni Engkau yang membuat aku mengalami banyak kesusahan dan malapetaka, Engkau akan menghidupkan aku kambali.
Tema ini berupa pengakuan dan pengharapan di tengah semua bentuk kesusahan malapetaka dalam gereja, bangsa, dan Negara, di sana ada Tuhan yang akan memberi pertolongan. Rakyat Mamasa yang menghadapi begitu banyak tantangan berat di masa lalu hingga hari ini, pasti akan diangkat kembali dari “berbagai samudera raya” yang sedang menenggelamkan banyak orang.
Oleh: Pdt. Dr. Karel Phil Erari (Ketua PGI)
Editor: Boy Tonggor Siahaan
Be the first to comment