PGI – Jakarta. Sejak November 2007 Indonesia diakui Asosiasi Ilmuwan Politik Internasional sebagai negara demokratis yang mengalami banyak kemajuan. Indonesia dianggap menjadi Negara Demokratis terbesar ke-3 di dunia, setelah Amerika Serikat dan India.
Menurut Victor Silaen, “Untuk melihat suatu masyarakat apakah sudah demokratis atau tidak, kita dapat melihatnya dari tindakan dan perilaku badan lembaga negara (legislatif, eksekutif, dan yudikatif) dan perlakuan terhadap pers (media jurnalistik). Namun dengan kemajuan globalisasi hingga saat ini, kita perlu menambahkan satu unsur lagi, yaitu media sosial. Media sosial yang berkembang dengan baik di masa kini ikut menentukan berjalannya demokrasi.”
“Di Indonesia proses demokrasi terus bergerak maju sejak tumbangnya Orde Baru yang digantikan Orde Reformasi,” tambah Harsanto Adi S. Meskipun proses demokrasi di negara yang berazas dasar negara Pancasila ini sering grafiknya naik-turun, tetapi Indonesia termasuk negara demokrasi yang mampu menerapkan demokrasi kepada penduduk Muslim terbesar di dunia dalam satu negara. Indonesia juga adalah negara yang mampu melaksanakan pemilihan langsung para pemimpin, baik pemimpin pusat (pemilihan kepala negara atau presiden) maupun pemimpin daerah (pemilihan kepala daerah).
Proses demokratisasi di Indonesia berjalan dengan baik jika didukung oleh nasionalisme yang baik dan benar. Apakah sebenarnya nasionalisme itu? Menurut Silaen, “Nasionalisme adalah sebuah kesadaran akan identitas sekaligus perasaan mencintai suatu bangsa. Kesadaran dan perasaan itu niscaya diperkuat oleh status kewarganegaraan dengan tidak mengabaikan asal-usul dan eksistensinya.”
Seorang yang berjiwa nasionalis juga harus toleran karena ia menghargai demokrasi dan tidak memandang perbedaan latar belakang suku, agama, golongan, dan lain-lain. Karena itu, nasionalisme dan toleransi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Pandangan tentang Demokrasi dan Nasionalisme di atas dipaparkan dalam acara Diskusi & Refleksi Seputar PILPRES 2014 sekaligus memperingati HUT Kemerdekaan RI ke-69. Acara tersebut diadakan Forum Bhinneka Tunggal Ika Indonesia (FBTII), Jumat, (15/08/2014), di Menara Gracia, Jakarta. Acara diawali dengan kebaktian singkat, lalu dirangkaikan dengan diskusi. Narasumber acara diskusi adalah Brigjen TNI (Purn.) Harsanto Adi S., M.M. (Mantan Asisten Deputi VII Menkopolhukam RI dan bekas Sekretaris Pribadi SBY saat menjabat Menkopolhukam dan pengamat sosial politik-militer) dan Dr. Victor Silaen, M.A. (Pakar Politik dari Universitas Pelita Harapan/UPH, Kota Tangerang) serta moderator Pemimpin Umum/Pemred Majalah NARWASTU, Jonro I. Munthe, S.Sos.
Acara diskusi yang dipimpin panitia Lukas Kacaribu, S.Sos, seorang pengusaha muda asal Bandung dan pendiri FBTII dimaksudkan untuk mendoakan Indonesia agar ke depan semakin sejahtera, makmur dan adil dengan kehadiran pemimpin baru. Pemimpin baru mendatang, kata relawan Jasmed Jokowi-JK ini, “Harus kita doakan, dukung dan kita kawal serta awasi agar bisa memimpin bangsa ini dengan kebijakan-kebijakan yang pro rakyat.” Acara ini dihadiri 80-an kaum intelektual, mantan anggota dewan, jurnalis, aktivis LSM, pemimpin gereja dan pemimpin ormas.
Penulis: Boy Tonggor Siahaan
Foto diambil dari Akun Facebook Victor Silaen
Be the first to comment