Pembukaan Konas Perempuan Gereja: Meningkatkan Kemampuan dan Kapasitas di Era Digital

Peserta Konas Perempuan Gereja yang mengikuti secara langsung di Pondok Remaja PGI, Senin (22/11/2021).

BOGOR,PGI.OR.ID-Biro Perempuan dan Anak (BPA) PGI melaksanakan kegiatan Konsultasi Nasional (Konas) Perempuan Gereja secara hybrid, di Pondok Remaja PGI, Cisarua, Bogor, Jawa Barat, pada 22-24 November 2021. Konas yang dilaksanakan satu kali dalam tiga tahun ini, mengusung tema Aku Adalah Yang Awal dan Yang Akhir (Why 22:12-13) dan sub tema Perempuan Gereja Mampu Menghadapi Tantangan Era Digital Tatanan Baru Pada Masa Pandemi Covid-19.

Dalam sambutannya pada saat pembukaan konas yang berlangsung pada Senin (22/11/2021), Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) RI I Gusti Ayu Bintang Darmawati, S.E, M.Si, melalui Asisten Bidang Pembangunan Keluarga KPPA Indra Gunawan, memberikan apresiasi kepada PGI yang selama ini telah banyak memberi komitmen dalam pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.

“Ini terbukti sudah ada Biro Peremuan dan Anak di PGI, yang telah ikut dalam membantu penyusunan program-program pemerintah terkait isu ini, sehingga keberpihakan gereja terhadap perempuan dan anak sangat nyata, termasuk juga kepedulian terhadap pekerja migran,” jelasnya melalui zoom.

Ibadah Pembukaan Konas Perempuan Gereja 2021

KPPA berharap agar disinergikan yang selama ini telah dibangun, terutama dalam mendukung pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, dapat terus berjalan sehingga akan membuahkan hasil yang maksimal.

Sementara itu, Sekretaris Umum PGI Pdt. Jacklevyn F. Manuputty dalam sambutannya menegaskan, tantangan  yang harus dihadapi perempuan pada masa pandemi covid-19 ini semakin kompleks. Karena itu, perempuan harus mampu meningkatkan kemampuan dan kapasitasnya untuk menjawab berbagai tantangan yang ada di depan mata, yaitu era digital, yang  mau tidak mau harus dihadapai dan mampu menfaatkannya dalam kehidupan para perempuan.

Lebih jauh dijelaskan, para perempuan Indonesia juga masih menghadapi tantangan eksternal, seperti sikap bias gender, dari sejumlah pihak karena cara pandang patriarki yang sudah membudaya dalam kehidupan sehari-hari,  juga tantangan dari perempuan itu sendiri yang enggan bangkit untuk memperbaiki kondisi kesetaraan yang dialami.

“Untuk menjawab seluruh tantangan  para perempuan harus mulai mengkritisi diri dan tidak boleh takut dalam mengambil kesempatan di semua sektor sesuai dengan minat dan kapasitas yang kita punya.  Selain itu perlu juga meningkatkan pengetahuan yang berkelanjutan  sehingga mampu menjawab tantangan dan kesempatan  yang tersedia,” kata Pdt. Jacky, panggilan akrabnya.

Hari pertama Konas Perempuan Gereja ditutup dengan praktik pembuatan batik eco print

Kegiatan Konas Perempuan Gereja bertujuan untuk mendapatkan catatan evaluatif pelaksanaan program bersama, meningkatkan dukungan gereja untuk program pemberdayaan perempuan, mensosialisasikan isu strategis khususnya untuk mengadapi era digital dan kehidupan tatanan para pada masa pandemi covid-19, merumuskan action plan/RTL dari masing-masing sinode terkait isu strategis di nasional dan lokal, serta memperkuat jaringan kelembagaan.

Pembukaan konas diawali dengan ibadah, dan peserta dari wilayah Jabodetabek yang mengikuti kegiatan ini secara langsung, diwajibkan mengikuti protokol kesehatan.

 

 

 

 

 

Pewarta: Markus Saragih