Ibadah HDS 2020: Bangunlah, Angkatlah Tilammu, dan Berjalanlah

Perempuan gereja mengikuti HDS 2020 di GGP Ecclesia Christi, Jakarta, Rabu (4/3).

JAKARTA,PGI.OR.ID-Sekitar 20 orang perempuan berbaris rapi. Di paling depan, memagang spanduk bertuliskan Hari Doa Sedunia 2020: Bangunlah, Angkatlah Tilammu, dan Berjalanlah. Sementara dibarisan bekalang mengusung poster, bendera serta peta Negara Zimbabwe. Mereka bergerak menuju altar.

Prosesi Ibadah HDS 2020

Demikian prosesi kegiatan Ibadah Hari Doa Sedunia (HDS) 2020 yang berlangsung di  Gedung Gereja Gerakan Pantekosta (GGP) Jemaat Ecclesia Christi, Jalan Kramat Soka, Kramat, Senen, Jakarta Pusat, Rabu (4/5). Kegiatan yang diselenggarakan oleh Komisi Perempuan PGI Wilayah DKI Jakarta ini, diikuti oleh perwakilan Komper Gereja dari 5 wilayah di DKI Jakarta, serta undangan.

HDS 2020 mengusung tema Bangunlah, Angkatlah Tilamu dan Berjalanlah. Tata Ibadah HDS 2020 disusun oleh Tim HDS dari Negara Zimbabwe. Tim HDS Zimbabwe menyarakan agar seluruh umat Kristiani di seluruh dunia, termasuk Indonesia, mendukung aksi gereja dan organisasi ekumenis di Zimbabwe yang menyerukan persatuan dan proses damai.

Pada kesempatan itu, juga dibacakan surat dari Zimbabwe, salah satunya mengisahkan bagaimana perjuangam perjuangan rakyat Zimbabwe dari kekuasaan colonial, kemudian untuk pembentukan pemerintahahn nasional yang dipimpin oleh para pemimpin mayoritas penduduk. Namun, kaum perempuan menghadapi kekerasan politik selama pemilihan nasional terakhir.

Dalam khotbahnya, Pdt. Lydia Wowiling, MTh menegaskan, Allah berdaulat penuh atas dunia ini, sehingga tidak ada yang terjadi tanpa seizin Allah. Sebab Dia maha tau, maha kasih, dan maha kuasa. “Sebab itu, sebagai kaum perempuan, kita harus percaya dan bangkit untuk melakukan sesuatu bagi Tuhan. Jangan lihat penderitaan mu, sebab apa yang kau lakukan akan menyenangkanNya. Tuhan tidak berjanji hidup kita tidak ada masalah, tetapi Dia berjanji akan selalu menyertai kamu,” tegasnya.

Pdt. Lydia Wowiling, MTh saat khotbah

Sementara itu, dalam sambutannya, Ketua Komisi Perempuan PGIW DKI, Norry Mangindaan mengungkapkan, kegiatan HDS merupakan bentuk dari gerakan oikoumene, dan merupakan gerakan doa yang tidak bisa diabaikan. “Doa memiliki kekuatan yang luar biasa. Meski demikian doa juga memerlukan aksi nyata dalam memberikan pertolongan. Tidak pasif, tapi aktif mewujudkan doa,” tandasnya.

Sekilas HDS di Indonesia

Pengorganisasi HDS di Indonesia dimulai di Kota Malang, Jawa Timur. Christien Slotemaker de Bruine, perempuan Belanda,  dan KArtini Bezoen, perempuan Indonesia, yang mengorganisir perayaan HDS pada 1950.

Tahun 1957 Dewan Gereja-Gereja di Indonesia membentuk Panitia Pusat HDS Indonesia yang diketuai oleh Pdt. M. Dharma Angkuw, STh. Dan seterusnya Departemen Pembinaan dan Pendidikan (Bindik) DGI. Pada 1984 tanggung jawab HDS diserahkan pada Biro Pelayanan Wanita PGI karena eprubahan struktur baru DGI menjadi Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI).

 

Pewarta: Markus Saragih