JAKARTA,PGI.OR.ID-Jakarta banjir! Bukan lagi berita baru sejak awal tahun 2020 hingga hari ini. Januari lalu, ibukota Jakarta dan kota sekitarnya ditimpa bencana banjir. Disebut bencana karena sudah mengambil korban, terutama harta benda.
Ada dua faktor utama yang membuat air hujan menggenangi banyak wilayah di Jakarta dan sekitarnya. Pertama, curah hujan yang tinggi. Yang kedua banjir kiriman dari daerah hulu, yakni Jawa Barat, tepatnya Puncak Bogor. Di samping itu ada faktor tambahan, yakni banyaknya saluran air apakah got, sungai, kali atau parit yang tidak berfungsi dengan benar sebagai drainase, saluran pembuang. Gorong-gorong pembuangan air kurang mampu menyerap dan menyalurkan air limpahan dari permukaan tanah. Belum dihitung berapa banyak jumlah kerugian akibat bencana Januari – Pebruaru 2020 ini. Yang pasti banyak harta benda rusak dan tidak terpakai lagi.
Karena landasan pacu tergenang air, bandar udara Halim Perdanakusuma sempat ditutup dua hari bulan Januari lalu. Bisa dibayangkan betapa besar kerugian yang terjadi, bilamana bencana datang menyerbu.
Mengatasi bencana dimaksud banyak pihak sudah perbuat, sebab respons cepat mengurangi derita warga yang rumahnya tergenang air. Banyak orang mengungsi dengan terpaksa, sebab rumah tinggalnya tidak mungkin dihuni, ada yang dua malam ada yang lebih.Kesehatan penduduk pun terganggu.
Respon PGI
Dalam situasi dan kondisi demikian, Persekutuan Gereja-gereja di Indonesua (PGI), melalui Unit Pengurangan Risiko Bencana (PRB) ikut ambil bagian mengurangi derita warga jemaat yang terpapar dampak banjir. Meski pun tidak terlalu banyak, tetapi PGI sudah memberikan bantuan sosial kepada warga jemaat gereja yang menjadi korban banjir. Januari lalu PRB PGI memberikan bantuan sembako kepada beberapa pos pengungsi yang dibuatkan oleh gereja di kompleks gerejanya masing-masing.
Memasuki pertengahan Pebruari, berhubung bencana banjir masih terjadi, maka telah dikirim bantuan kepada warga Jemaat HKBP Marturia, Pulo Gebang, Jakarta Timur Jemaat GMIST Jalan Enggano Tanjung Priok Jakarta Utara dan GPIB Horeb Jalan Raya Bogor, Jakarta Timur.
Meski pun bantuan sosial itu secara kuantitatif sedikit, namun berharap menjadi penyemangat bagi warga jemaat gereja-gereja anggota PGI. Diharapkan nilai kualitatifnya cukup bagus. Tetap bersyukur dan berharap bahwa selesai banjir akan tiba musim yang baik. Gereja- gereja yang warganya menerima bantuan sosial PGI mengapresiasi bantuan yang disalurkan oleh PGI. Bantuan itu bersumber dari warga jemaat sebagai persembahan. Dari warga untuk warga.
Bertolong-tolongan dalam kesusahan dan bersama gembira bila ada sukacita, menjadi motivasi pendorong, banyak warga gereja memberi sumbangan menolong mereka yang menderita akibat perubahan iklim yang ekstrim seperti sekarang ini
Tetap Siap dan Waspada – Gereja Tangguh Bencana
Sebagaimana sudah diprediksi oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bahwa curah hujan di kawasan ibukota dan sebagian Jawa barat masih akan tinggi hingga Maret 2020. Karena itu kepada gereja-gereja anggota diharapkan agar lebih siap dan tetap waspada. Bencana pasti akan datang, hanya saja kita tidak tahu kapan dan seberapa besar dampak yang ditimbulkanya.
PGI lewat Unit PRB sendiri lebih memusatkan perhatian kepada upaya pendidikan dan penyiapan gereja anggota agar siap dan bisa menghadapi bencana yang pasti akan terulang terjadi di satu tempat di muka bumi ini. Karena itu, dalam Program Kerja Lima Tahun (PROKELITA) 2020-2024, bidang kebencanaan, program yang dirancang adalah penyiapan sinode-sinode gereja anggota untuk membentuk unit penanggulangan bencana atau nama lain seperti Biro Pengurangan Risiko Bencana. Baru hanya beberapa sinode gereja anggota yang telah memiliki unit tersebut. Selebihnya belum siap.
Kita harus bergerak bersama menuju Gereja Tangguh Bencana. Artinya, bencana yang akan datang berpotensi merusak kehidupan. Namun Gereja, sebagai institusi keagamaan yang memiliki kepedulian tinggi terhadap kemanusiaan, mampu dan bisa mempersiapkan anggota warga jemaatnya mengurangi risikonya. Baik terhadap diri dan rumah tangga (keluarga) mau pun orang lain yang pada saat tertentu menjadi korban.
Pewarta: Eliakim Sitorus