CHIANG MAI,PGI.OR.ID-Perwakailan lintas agama dari Indonesia yaitu PGI, komunitas Muslim, dan Majelis Nichiren Shoshu Budha, mengikuti kegiatan Konsultasi Antaragama di Asia dalam Memperkuat Advokasi HIV dan AIDS (Asian Interfaith Consultation in Strengthening HIV and AIDS Advocacy), yang di selenggarakan oleh Christian Conference Of Asia (CCA), pada 27-31 Januari 2020, di kantor pusat CCA, Chiang Mai, Thailand.
Sebanyak 10 negara peserta dari Asia, bersama-sama merumusukan permasalahan yang ada terkait isu HIV dan AIDS, baik secara penularan, pencegahan, dan penaggulangan pada umumnya, serta mengambil peranan dalam strategi untuk mencari solusi bersama, dan rencana tindak lanjut yang menjadi komitmen bersama, yang akan dilakukan oleh masing-masing negara peserta, melalui organisasi di negara mereka dalam 6 bulan ke depan.
Sebagaimana diketahui, angka kasus baru HIV dan AIDS terus meningkat bukan hanya di Indonesia, tetapi di beberapa negara Asia. Dengan transmisi yang berbeda tetap saja masalah HIV dan AIDS masih akan terus mengalami peningkatan. Seperti fenomena gunung es, semakin hanya terlihat lapisan atasnya saja dan menjadi menarik, karena untuk permasalahan HIV dan AIDS ini, ketika kita mencari dan temuan akan semakin banyak.
Semua strategi sudah dilakukan, baik secara kebijakan, maupun banyaknya organisasi-organisasi yang ikut berperan serta dalam penanggulangan ini. Dan ini akan menjadi tantangan bagi organisasi yang berbasis keagamaan, untuk melakukan perannya dalam hal spiritual dan dukungan-dukungan yang bersifat kerohanian. WHO sudah mencanangkan target Getting To Zero pada 2030 yang mana adalah tidak adanya infeksi baru, tidak ada kematian sia-sia karena HIV dan AIDS, serta tidak adanya diskriminasi.
Target tersebut dapat dicapai melalui Fast Track 90-90-90 yaitu, 90% dari estimasi masing-masing wilayah yang melakukan tes, 90% yang ditemukan positif melakukan pengobatan atau terapi ARV dan 90% yang melakukan terapi mendapatkan tes viral loud dengan hasil tidak terdeteksi. Dengan pencanangan target tersebut, tentu semua negara mempunyai strategi yang berbeda karena melihat demografis dan karakter dari masing-masing negara.
Dalam pertemuan ini, dipaparkan beberapa sudut pandang tentang HIV dan AIDS itu sendiri, serta langkah-langkah yang sudah dilakukan dalam penanggulangan HIV dan AIDS. Yang menjadi garis besar dari semua strategi adalah bahwa penularan HIV ini didasari dari perilaku beresiko yang akhirnya masuk kedalam area yang tabu yaitu pendidikan seks sejak dini.
Konfrensi ini menjadi sangat menarik karena terjadi dialog antar lintas agama dan memberi gambaran bagaimana peranan lintas agama ini sangat penting. Semua pihak sudah melakukan perannya akan tetapi akan lebih maksimal ketika dilakukan secara bersama-sama.
Dari hasil diskusi bersama, diketahui kondisi masing-masing negara sangatlah berbeda. Namun terdapat beberapa kesamaan dalam hal stigma dan diskriminasi yang masih sangat kuat dan sepertinya akan menjadi permasalahan yang selalu ada. Disinilah para tokoh dan pemuka agama mempunyai peranan yang sangat penting di dalam memberikan pandangan dan masukan yang benar kepada masing-masing umat beragama tentang HIV dan AIDS dengan sikap yang arif dan bijak, karena dalam agama manapun sudah tentu diajarkan tentang cinta kasih. Hal ini tentu menjadi tantangan bagaimana melakukan hal tersebut menjadi sebuah langkah kongkrit, dan bisa membuka mata semua pihak bahwa permasalahan HIV dan AIDS bukan hanya permasalahan kesehatan semata akan tetapi sudah masuk ke dalam permasalahan kemanusiaan.
Konferensi juga membahas mengenai assessment tentang hal apa saja yang sudah dimiliki oleh masing-masing lembaga keagamaan, yang bisa dijadikan sebagai kekuatan dalam penanggulangan HIV dan AIDS,serta bagaimana peran lintas agama ini bisa merumuskan sebuah strategi bersama.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan yang menjadi rencana tindak lanjut yaitu, pertama, melakukan upaya dialog persuasive dengan masing-masing pemuka agama terkait angka kasus HIV dan AIDS terbaru,hal ini dilakukan agar bisa menggugah apa yang harus dilakukan seperti mengajak semua pihak yang terlibat dalam sebuah organisasi untuk menjadi peer educator tentang penanggulangan HIV.
Kedua, melakukan dialog antar umat beragama dan mengambil peran dalam organisasinya masing-masing. Ketiga, mengajak semua pihak untuk bersungguh-sungguh melakukan perannya dan konsisten, mengingat ini adalah sebuah upaya dalam penyelamatan sebuah generasi bangsa.
Pewarta: Lidya P. Mantiri