Gereja dan Lembaga Pelayanan Kristen Membangun Sinergi untuk Kemajuan Bangsa

Panitia, nara sumber, dan peserta foto bersama usai acara, di Grha Oikoumene, Jakarta, Rabu (12/2)

JAKARTA,PGI.OR.ID-Kemiskinan, sulitnya pendidikan, kesehatan, perusakan hutan, ketidakmampuan dalam pemanfaatan teknologi, hingga radikalisme, menjadi persoalan yang dialami oleh seluruh masyarakat, termasuk warga gereja, di seluruh desa di Indonesia. Untuk keluar dari kondisi ini, tentu tidak dapat mengandalkan pemerintah saja, namun diperlukan partisipasi dari seluruh elemen masyarakat, termasuk gereja dan lembaga-lembaga Kristen. Sebab itu, yang dibutuhkan adalah membangun sinergitas.

Hal tersebut mencuat dalam pertemuan para pemimpin gereja dan lembaga pelayanan dalam pembangunan desa dan daerah tertinggal, di Grha Oikoumene, Jakarta, Rabu (12/2). Kegiatan yang digagas oleh Transformation Connection Indonesia (TCI), PGI, dan Yayasan Pondok Sentosa ini, diikuti sekitar 40 orang pimpinan gereja dan lembaga pelayanan dari seluruh Indonesia.

Sebelumnya, peserta mendapatkan pencerahan dari sejumlah nara sumber, antara lain Leroy Samy Uguy dari Kemendes PDTT, Elia Muskita, dan Sekretaris Umum PGI Pdt. Jacklevyn Frits Manuputty. Dilanjut dengan sharing wilayah, meliputi Kalimantan Tengah, Sulawesi, Nias, Mentawai, NTT, dan Papua, untuk memetakan persoalan, tantangan, dan apa yang sudah dilakukan di setiap wilayah.

Sesi sharing wilayah

Menurut Sekretaris Umum PGI Pdt. Jacklevyn Frits Manuputty, kegiatan yang berlangsung sejak pagi hingga sore ini, dalam rangka menghimpun potensi-potensi gereja dan lembaga-lembaga Kristen di Indonesia, dalam panggilannya untuk menghadirkan shalom, kepenuhan, kedamaian, keadilan di Indonesia.

“Kita diperhadapkan dengan realitas krisis, dan tantangan yang ada, krisis kebangsaan, krisis keesaan, krisis ekologi, dan krisis teknologi. Ini adalah empat hal yang akan digumuli PGI ke depan. Dengan adanya krisis itu, kita melihat banyak masyarakat dengan kondisi yang sangat buruk, sementara di tempat lain kita melihat dan menemukan banyak sumber daya sangat berlimpah, baik sumber daya manusianya, dan sumber lainnya yang tidak hanya dimiliki gereja tetapi juga orang per orang. Nah, PGI memiliki peranan untuk membangun jembatan dengan apa yang menjadi tantangan dengan sumber daya yang ada di tempat lain,” jelasnya.

Lanjut Pdt. Jacky, biasa dia disapa, acara yang menurutnya sebagai model keesaan gereja berbasis kepada tantangan-tantangan kemanusian bersama ini, diharapkan dapat terus dikembangkan, dengan melibatkan lebih banyak lagi gereja, lembaga, dan orang-orang yang memiliki keahlian di antara jemaat.

Sekretaris Umum PGI Pdt. Jacklevyn Frits Manuputty saat menyampaikan materi

Hal senada juga diutarakan Pimpinan TCI, Dr. Iman Santoso. Melalui kegiatan diharapkan terbangun jejaring, sehingga bersama-sama dapat membantu menghadapi berbagai tantangan, dan krisis yang terjadi di setiap desa.

“Kami sadar betul keadaan Indonesia. Jejaring sangat penting karena sifatnya horizontal, tidak struktural dari atas ke bawah. Sehingga masing-masing dapat memainkan peran dan tugas yang berbeda, juga dengan karakteristiknya masing-masing. Seperti anggota tubuh Kristus, dia punya tujuan yang sama, memuliakan Kristus, dan bersama-sama saling membantu,” papar mantan Wakil Sekretaris Institut Leimena ini.

Salah seorang peserta dari Gereja Toraja, Alexander Mangoting, mengapresiasi acara ini, dan berharap tindaklanjut yang konkrit dapat terlaksana di daerah-daerah.

 

Pewarta: Markus Saragih