Duka OASE INTIM Atas Wafatnya Marie Claire Barth Frommel

Oleh: Zakaria Ngelow

DUKA OASE INTIM atas wafatnya Dr hc Marie Claire Barth Frommel dalam usia 93 tahun (Feb 1927 – Des 2019), teolog yang memberi perhatian besar pada pengembangan teologi kontekstual, termasuk isu perempuan, dengan menulis dan mengajar, serta mengupayakan dukungan biaya studi sejumlah teolog muda.

Jajaran Oase Intim berduka bersama keluarganya, namun juga bersyukur atas hidupnya yang diabdikan bagi pendidikan dan pengembangan teologi di Indonesia. Beberapa tahun lalu, “Nenek” — demikian kami menyapanya — menulis suatu surat akhir tahun dengan perhatian pada studi teologi beberapa rekan:

Bagi saya tahun yang hampir silam ini ditandai oleh gelar “doctor theologia“. Pertama-tama Ati Hildebrand-Rambe menulis tentang upacara pada kematian orang di Sumba dan Mamasa, menganalisa makna dan peran dalam hidup orang yang berduka dan dalam masyarakat. Ia memikirkan arti kematian baik dalam agama lokal maupun dalam Alkitab dan melihat bahwa ayat seperti “Ishak dikumpulkan pada leluhurnya“ (Kej 29:33) dan “di rumah BapaKu banyak tempat tinggal“ searah dengan harapan duduk bersama leluhur di rumah Pencipta.

Dikembangkan pastoral baru yang menghormati agama lokal tetapi melihat dengan jelas bahwa dalam Injil semua anak Allah setingkat-sederajat dan oang yang masih hidup di dunia ini tidak tergantung pada berkat (atau kutuk) leluhur, tetapi pada Allah sajalah. Disertasi ini akan diterbitkan dalam bentuk dan bahasa Indonesia dan cukup penting!

Disertasi kedua ditulis oleh Septemmy Lakawa di Boston: ia menganalisa akibat kerusuhan atas kehidupan penduduk di suatu desa di Halmahera Utara dan mencatat bahwa istilah inti iman kita mendapat warna baru: seorang martir adalah orang yang seperti Yesus sendiri menderita karena iman dan kini mengajak kita untuk mengikuti Jesus dan mencari perdamaian dan hidup dengan Tuhan, Salib tidak lagi mengingat akan pengampunan saja, melainkan akan penderitaan Yesus dan penderitaan sendiri yang bermuarah dalam kebangkitan dan mengajak kita memelihara hidup bersama.

Disertasi ini amat kaya dan iapun akan diindonesiakan. Disertasi ketiga ditulis di Kampen oleh Agustinus Setiawidi yang melihat di mana ahli Perjanjan Lama telah berpikir secara kontekstual, Disertasi keempat dikerjakan oleh Yuberlian Padele di UKSW Salatiga dan berinti pada keadilan serta sumbangan yang dinberikan Agustina Lumentut, ketua sinode per. yang pertama di Indonesia, dalam perjuangan untuk keadilan itu.

Akhirnya saya sendiri dikaruniakan doctor theologia honoris causa untuk karya sehidup di tengah gereja-gereja di Indonesia.; saya sangat heran menerima kehormatan ini dan merasa bahwa saya jauh lebih banyak belajar dari pada teman-teman dari memberikan sendiri; saya menjadi semacam penerjemah antara dua budaya. (Pidato di depan fakultas dengan judul “Persoalan toelogis yang kini dihadapi gereja-gereja protestan di Indonesia “ dapat diminta dan akan dikirim sebagai attachement mail). Saya berusaha menulis tafsiran kitab Ayub, tugas indah, sulit dan menantang dan maju pelan-pelan.

Nenek terkasih, selamat jalan ke dekapan kerahiman Ilahi.