WAINGAPU, PGI.OR.ID-Kegiatan paripurna setelah ibadah pembukaan di hari kedua SR XVII PGI di Gedung Pertemuan Pdt.Hapu Bhay diisi dengan pemaparan tema utama yang diangkat dalam sidang, yaitu Aku adalah Alfa dan Omega.
Pdt.Dr. Henriette Hutabarat-Lebang sebagai Ketua Umum PGI dalam pemaparan tema yang diambil menjelaskan bahwa hasil SR XVI di Nias pada 2015 lalu menentukan tema besar yang terambil dari Wahyu 22: 12-13. Tema ini adalah tema yang digumuli untuk bisa menjawab perkembangan zaman.
Tema ini menjadi perenungan spiritual peserta dan gereja-gereja, yang selanjutnya diharapkan memberi inspirasi bagi percakapan dan dialog selama Sidang berlangsung, serta memberikan arah dan menghidupkan komitmen bagi kelanjutan ziarah iman persekutuan gereja-gereja di Indonesia ke depan.
Tema ini, kata Pdt. Ery -sapaan akrab Ketum PGI-, salah satu yang disoroti dalam penjelasan Pdt Ery adalah dengan pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi komunikasi, yang memasuki revolusi tehnologi, yang sering disebut revolusi industri 4.0 dan ditandai dengan lahirnya era digital.
“Anak-anak kita yang lahir setelah tahun 1995 sudah sangat fasih menggunakan berbagai alat tehnologi komunikasi yang canggih, secara simultan. Mereka adalah generasi “native digital”, lahir dan dibesarkan dengan tehnologi yang canggih. Sementara kebanyakan kita yang hadir di sini, lahir sebelum tahun 1995, ketika alat-alat komunikasi canggih belum tersedia atau masih dalam proses pembuatan, adalah migrant digital”. Kita tertatih-tatih mempelajari dan membiasakan diri dengan alat-alat yang baru itu. Tapi tanpa komputer dan handphone (hp) sepertinya kita tidak dapat berfungsi lagi. Semua bisnis semakin dilakukan Hal ini tentu menyebabkan mereka yang tak dapat mengikuti perkembangan ini bisa semakin tertinggal dan sulit melakukan peran strategisnya dalam masyarakat. Kita juga berhadapan dengan munculnya artificial intelligent (AI). Singkatnya akan terjadi perubahan bahkan loncatan yang dahsyat yang acap tak dapat dikendalikan lagi oleh manusia. Peran manusia semakin digantikan oleh alat-alat modern bahkan robot. Relasi dan sentuhan manusiawi semakin tergeser oleh otomatisasi. Pertanyaan pokok yang muncul: bagaimana dengan masa depan kemanusiaan dan integritas ciptaan di planit ini ?” ujarnya.
Itu sebabnya, dalam persoalan perkembangan teknologi, kata Pdt. Ery dalam refleksinya memunculkan pertanyaan, di manakah Allah di tengah seluruh perkembangan ini, yang kelihatannya sudah semakin serupa dengan pembangunan menara Babel yang menimbulkan kekacauan, bahkan memperlihatkan tanda-tanda kematian? Apakah Allah melupakan dunia dan manusia ciptaanNya dengan membiarkan semua ini terjadi? Apakah Allah tega melihat kehancuran manusia terjadi? Siapa sebenarnya yang berkuasa menentukan jalannya dan masa depan kehidupan ini?
Untuk itu kata Pdt.Ery, seruan ilahi “Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir” (Wah. 22:13) yang adalah pengakuan iman jemaat perdana, menyentak dan membangunkan kita untuk mengebas debu ketakutan dan ketidakpedulian kita.
“Pengharapan jemaat mula-mula ketika mengalami tekanan dan tindihan yang berat, diperdengarkan kembali kepada kita bahwa Allah tidak tidur! Ia hadir di sepanjang perjalanan hidup kita dan pergumulan bangsa kita. Bahkan sejak Ia menciptakan dunia ini, Ia tidak pernah meninggalkan ciptaanNya; walaupun ada pelbagai kuasa jahat yang merongrong kewibawaan Allah, yang berniat untuk menyesatkan seluruh dunia dan menghancurkan kehidupan anugerah Allah (12:9). Tetapi sama seperti perempuan penenun di Sumba dan di berbagai tempat di Indonesia, Allah terus menenun kehidupan yang terarah kepada kesejahteraan manusia, dengan menggunakan benang-benang anugerah RohNya yang dikaruniakan kepada manusia: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (bdk. Gal.5:22-23). Dengan demikian, kita pun dapat menenun kebaikan, mengalahkan kekuatan jahat dengan kebaikan yang bersumber dari Allah, pelantun kehidupan, dan karena pengorbanan Kristus, sang Anak Domba Allah,” ujarnya.
Pewarta: tim media PGI