JAKARTA,PGI.OR.ID-Selain kepengurusan periode 2019-2022, Kongres Nasional Kedua Jaringan Komunitas Kristen untuk Penanggulangan Bencana (Jakomkris PB) juga telah menetapkan prioritas kerja 3 tahun ke depan, yaitu peningkatan kapasitas gereja-gereja dan lembaga pelayanan Kristen dalam penanggulangan bencana.
Selain itu, peningkatan kerja sama dan jejaring antar anggota, serta stakeholder strategis, termasuk pemerintah, sekolah teologia dan akademisi, serta pengelolaan sumber daya secara berkelanjutan termasuk penguatan peran relawan muda di jaringan gereja.
Hal tersebut disampaikan Ketua Badan Pengarah Jakomkris PB Banu Subagyo dalam jumpa pers di Grha Oikoumene, Jakarta, Kamis (10/10). Sebagaimana diketahui, Jakomkris PB telah menggelar Kongres Nasional Kedua yang berlangsung sejak 8-10 Oktober 2019.
“Tiga tahun kami telah memetakan pengalaman, dan kini menetapkan prioritas untuk 3 tahun ke depan, menyempurnakan statuta, dan menetapkan pengurus. Semua ini sebagai upaya untuk meningkatkan peran kristen dalam menyikapi bencana, sekaligus sebagai respon kami dalam rangka peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana Nasional,” ujar Banu.
Terkait Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana Nasional yang diselenggarakan pemerintah Indonesia di Bangka Belitung 11-13 Oktober 2019, Jakomkirs PB menserukan agar gereja turut berkontribusi menggerakkan komunitas jemaat untuk kesiapsiagaan yang efektif. Karena sumber daya dan kapasitas gereja lokal merupakan sesuatu yang sangat luar biasa. Sedangkan kepada pemerintah diingatkan agar semua data dan informasi yang diterima dari seluruh lembaga yang concern terhadap kebencanaan hendaknya diimplementasikan ke dalam kebijakan pembangunan.
Pada kesempatan itu, Direktur Unit Pengurangan Risiko Bencana Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PRB PGI) Eliakim Sitorus menegaskan, gereja-gereja di Indonesia memiliki kepedulian yang tinggi terhadap persoalan bencana di Tanah Air. “Ada 90 sinode anggota PGI, tidak mungkin berpangku tangan terhadap posisi Indonesia yang rawan bencana. Ini sangat disadari PGI, sehingga dibutuhkan mitra, dan jaringan dalam merespon bencana, tidak hanya saat bencana tetapi juga pasca bencana,” tandasnya.
Hingga Agustus 2019, Indonesia telah mengalami 2,423 bencana yang sebagian besar (98,8%) merupakan bencana karena fenomena iklim. Jutaan orang terdampak oleh serangkaian bencana itu termasuk 2,2 juta orang mengungsi. Lebih dari 37,700 rumah rusak belum lagi 802 fasilitas pendidikan, 499 tempat peribadatan dan 166 fasilitas kesehatan yang rusak karena bencana.
Paparan tentang profil bencana 2019 dari BNPB tersebut mengawali pertemuan pimpinan berbagai gereja dan lembaga pelayanan Kristen di Grha Oikumene PGI yang tergabung dalam Jakomkris PB, yang didirikan oleh lebih dari 30 gereja dan lembaga layanan, dan berfokus pada penguatan peran gereja, dan lembaga layanan Kristen dalam upaya penanggulangan serta pengurangan risiko bencana di Indonesia.
Memasuki usia enam tahun, lembaga ini menyelenggarakan Kongres Nasional Kedua dengan menghadirkan sejumlah narasumber dari Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Pengurus Humanitarian Forum Indonesia (HFI) dan Jaringan Kerja Lembaga Pelayanan Kristen (JKLPK) dalam sesi panel.
Selain itu, pengalaman gereja-gereja di Tanah Karo, di Lampung, dan di Nusa Tenggara Timur dalam menangani bencana erupsi Gn Sinabung, gempa dan tsunami Lampung, serta kekeringan serta bencana social di wilayah NTT menjadi refleksi praktik baik sekaligus pembelajaran untuk memetakan peran strategis gereja-gereja dan lembaga-lembaga Kristen dalam penanggulangan bencana di Indonesia ke depan.
Dalam ibadah pembukaan yang berlangsung pada Selasa (8/10), Pengarah Jakomkris PB Pdt Agustinus Purba menyatakan harapannya agar lembaga ini menjadi rumah bersama berbagai anasir Kristen, untuk mengekspresikan panggilan mereka dalam membantu masyarakat yang terkena bencana. Selain itu, kehadiran Jakomkris PB, yang didukung oleh PGI, diharapkan membantu meningkatkan kapasitas gereja dalam melakukan respon bencana dan upaya-upaya pengurangan risiko bencana termasuk kapasitas dalam berkoordinasi.
Adapun susunan pengurus Jakomkris PB Periode 2019-2022 yaitu; Arshinta (Ketua), Effendy Aritonang (Sekretaris), dan Debora Suparni (Bendahara). Sedangkan untuk Dewan Pengarah, Banu Subagyo (Ketua), Pdt. Agustinus Purba, Pdt. Abednego Sawarjiman, Pdt. Linda K, Pdt. Leo, Irawati, Pdt. Paulus, dan Eliakim Sitorus.
Pewarta: Markus Saragih
COPYRIGHT © PGI 2019