Lokakarya Jakomkris: Menyiapkan Strategi Jejaring Tiga Tahun ke Depan

Peserta Lokakarya Jakomkris foto bersama usai kegiatan

BANTEN,PGI.OR.ID-Jaringan Komunikasi Kristen Indonesia untuk Tanggap Bencana (Jakomkris) menyelenggarakan lokakarya sehari di Hotel Swiss-BelInn, Cengkareng, Banten, Jumat (31/5). Yayasan Fondasi Hidup (YFH), Medan, menjadi tuan rumah dari kegiatan ini.

Diretur YFH, Effendy Aritonang dalam sambutannya menjelaskan, lokakarya yang berlangsung sehari ini untuk menyusun strategi jejaring tiga tahun ke depan. Selain itu, sebagai kelanjutan dari lokakarya yang sudah pernah dilaksanakan oleh Jakomkris di Yogyakarta tahun lalu.

Lokakarya yang difasilitasi oleh Kristanto ini, seyogianya menghadirkan pembicara dari BNPB, namun karena kesibukan, yang bersangkutan berhalangan hadir, sehingga berkaitan dengan kebijakan Pemerintah RI, disarikan langsung oleh fasilitator.

Eliakim Sitorus saat menyampaikan materi

Disamping sebagai peserta, Direktur Unit Pengurangan Risiko Bencana (PRB) PGI, Eliakim Sitorus diminta mempresentasikan “Peluang dan Tantangan Gereja dalam Melakukan Penangulangan Bencana di Indonesia.” Mengacu kepada fakta, bahwa semakin hari bertambah terus jumlah kejadian bencana di Indonesia, maka tidak boleh tidak Gereja pun sebagai organisaasi Orang Percaya harus aktif menanggapinya.

“Itulah peluang, yang sesungguhnya adalah ‘Tugas Suruhan’ untuk ikut peduli terhadap sesama dan kepada alam,” tandasnya.

Lebih jauh Eliakim menjelaskan, peluang berikutnya adalah, bersumber dari paradigma yang telah berubah memandang bencana. Jika di masa lalu, cenderung dinilai bencana alam dan bencana nonalam itu sebagai kejadian di luar perkiraan, bahkan ada yang menganggap hukuman saja bagi yang bersalah. Maka akhir-akhir ini pemahaman itu sudah berubah, bencana alam adalah gejala yang tidak bisa dihindari, tapi bisa diprediksi kapan akan terjadi.

Sebagian peserta lokakarya

“UU no. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, yang menjadi dasar pembentukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), memuat juga hak-hak orang perorang dan komunitas untuk mendapatkan pelayanan terkait Tanggap Bencana,” jelasnya.

Di akhir lokakarya, dirumuskan beberapa program jejaring untuk dikerjakan secara bersama tiga tahun ke depan. Pokok-pokok Program itulah yang hendak dipresentasikan ke Kongres Jakomkris, Oktober 2019 mendatang, untuk disahkan.

Lokakarya dihadiri sekitar 20 orang pegiat tanggap bencana yang berasal dari beberapa gereja dan organisasi sosial kemanusiaan, yang sejak awal bergabung dalam jejaring ini. Juga peserta utusan TEARS dari Netherland, Australia, Jerman, dan USA, pun perwakilan TEARS di Jakarta/Indonesia.

 

Pewarta: Eliakim Sitorus

Editor: Markus Saragih

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*