Lemhannas RI: Tercatat Sejak 2010 Kualitas Toleransi Mengalami Penurunan

Gubernur Lemhannas RI), Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo (tengah) saat menyamaikan siaran pers

JAKARTA,PGI.OR.ID-Berdasarkan indikator kualitas toleransi sesama anak bangsa, kualitas persatuan bangsa Indonesia paling tidak sejak mulai dibukanya keran demokrasi pada tahun 1998, mengalami kemunduran. Kondisi ini, perlu diwaspadai dengan menggunakan konsep kewaspadaan nasional.

Melalui Laboratorium Pengukuran Ketahanan Nasional (Labkurtannas) Lemhannas RI, tercatat sejak tahun 2010 kualitas toleransi bangsa Indonesia mengalami penurunan. Hal ini terlihat dengan dengan tingginya tingkat intoleransi yang ditandai dengan masih maraknya konflik sosial di kalangan masyarakat, begitu juga masalah kerukunan sosial maupun solidaritas sosial kita.

Hal tersebut ditegaskan Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional RI (Lemhannas RI), Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo saat menyampaikan siaran pers dalam diskusi bertajuk Menyikapi Situasi Terkini Setelah Pemilihan Umum 2019 dari Perspektif Ketahanan Nasional, di Gedung Lemhannas, Jakarta, (23/04).

Mencermati situasi terkini, pasca pemilu 2019, lanjut Agus, masyarakat terpolarisasi, hal ini juga terlihat dengan adanya konflik antar kelompok yang terlihat di media sosial. Kedewasaan dalam berbangsa, kedewasaan dalam berdemokrasi, kedewasaan dalam menjadi bangsa yang beradab, termasuk kedewasaan dalam memaknai Sesanti Bhineka Tunggal Ika sedang diuji setelah baru saja melewati hari pencoblosan Pilpres dan Pileg pada 17 April yang lalu.

Menyikapi hal tersebut, kata Gubernur, perlu kedewasaan dan kesabaran semua pihak, mulai dari elite sampai dengan akar rumput untuk tetap menjaga makna sesanti Bhineka Tunggal Ika dengan terus memelihara dan merawat nilai dari kebangsaan kita yang didasari oleh Pancasila,UUD 1945, dan Bhineka Tunggal Ika.

Lanjutnya, kita telah menyelenggarakan pemilihan umum 2019 dengan baik, walaupun pemilihan umum diselenggarakan dalam kondisi tidak mudah. Melaksanakan pemilihan umum dalam cakupan wilayah yang luas, terdiri dari kepulauan, melaksanakan pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat baik dalam bidang eksekutif, maupun legislatif secara serentak dalam waktu sehari tanpa gangguan yang berarti, dalam pemilihan umum 2019 kita menghasilkan turn out sekitar 80%, suatu angka yang dapat menjadi model bagi sebuah negara demokrasi, yang menjadikan memilih sebagai hak dan bukan kewajiban bagi warganegara.

 

Pewarta: Markus Saragih

COPYRIGHT@PGI 2019

 

 

 

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*