Kerja sama PGI dengan GPID Dukungan Kerk in Actie (KIA): Memulihkan Ekonomi Rumah Tangga Jemaat

JAKARTA,PGI.OR.ID-Terjadinya tiga jenis bencana alam secara serentak tanggal 28 September 2018 yang lalu di Sulawesi Tengah, meninggalkan dampak buruk bagi kehidupan ekonomi rumah tangga jemaat-jemaat gereja. Bukan saja hanya masalah trauma psikologis yang menimpa masyarakat.

Tetapi dampak sosial dan ekonomi juga berlangsung lama. Gempa 7,2 Skala Richter, lalu diikuti oleh gerakan gelombang air laut berkecepatan tinggi, yang lazim disebut tsunami menyapu pantai, pesisir dan liquifaksi di darat telah meluluhlantakkan apa saja yang ada di atasnya. Benda apa saja ditelannya ke bawah tanah.

Koordinator Unit Pengurangan Risiko Bencana (PRB) PGI Eliakim Sitorus saat berada atas puing-puing Gedung Gereja Jemaat GPID Bethel Panjulati, satu dari 54 buah gedung gereja dan bangunan lain, yang rusak berat akibat bencana alam gempa bumi tgl 28 Sept 2018.
PGI selaku persekutuan gereja-gereja di Indonesia, melihat fenomena itu sebagai tantangan untuk membutuhkan perenungan sekaligus tindakan nyata menolong sesama yang menderita. Ada beberapa gereja anggota yang memiliki jemaat di lokasi bencana antara lain GKST, GPID, HKBP, GT, GTM, GKII. Yang kantor sinodenya memang barada di Palu adalah Gereja Kristen Indonesia Donggala (GPID). Dua hari setelah terjadinya bencana, unsur MPH sudah hadir di tempat untuk memberikan semangat hidup kepada korban. Patut dicatat, warga jemaat gereja yang paling banyak terdampak langsung dan tak langsung adalah GPID.

Masa-masa emergensi dilewati dengan penuh kecemasan, ketidakpastian. PGI mendorong gereja anggota lain untuk menyalurkan bantuan, dalam bentuk barang kebutuhan korban juga makanan cepat saji. Meski pun amat lambat, masyarakat Sulteng, khususnya kota Palu, Kabupaten Donggala dan Sigit, juga Parigi Moutong sudah bias melewati masa-masa krisis. Pemerintah, lewat lembaga, badan dan kementerian terus berusaha memberikan bantuan memaasuki tahapan rekontruksi dan rehabilitasi. Lembaga non pemerintah masih banyak yang terus menyalurkan bantuan. Rumah hunian sementara dibangun. Tempat-tempat ibadah sementara agama-agama didirikan.

PGI turut Berbuat

Karena itulah, MPH PGI melihat, sekali pun masa darurat telah selesai, tetap perlu memberikan dukungan yang lebih nyata kepada GPID. Di samping mobilisasi bantuan dana dari gereja anggota untuk pendirian kembali pusat pendidikan dan pelatihan (Pusdiklat) GPID yang hancur karena liquifaksi di Jono Oge, PGI juga, dengan dukungan pendanaan dari Protestanse Kerk in Nederland (PKN) turut ambil bagian dalam program pemulihan ekonomi rumah tangga jemaat. Oleh karena keterbatasan semua aspek, maka program penguatan ekonomi (livelihood) ini dibatasi di tiga tempat saja. Di satu tempat yaitu Panjulati, ada jemaat GPID dan Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST). Sedangkan di dua tempat lainnya, yaitu Tolomalo dan Melawa keseluruhannya adalah jemaat GPID.

Pdt Rene (berkemeja putih) dari PKN Belanda sedang menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada masyarakat Desa Langaleso, yang membantu Pdt Alexander Rondonuwu saat terjadi liqiufaksi di Pusdiklat GPID.
Dalam dalam percakapan intensif saat persiapan sosial untuk kegiatan, jemaat menganjurkan agar keluarga muslim yang ada di sekitar mereka, tidak jauh pemukimannya, diikutkan juga dalam kelompok pelaksana program. Di samping memberikan bantuan nutrisi bagi ibu hamil dan orang lanjut usia, juga untuk anak-anak, diikuti kegiatan pemulihan jiwa (psikososial) khusus anak-anak. Di semua tempat, akan dilakukan pelatihan pertanian, mulai dari pembibitan sampai panen, khususnya tanaman muda atau semusim, seperti cabe (rica) dan jagung.

Untuk warga jemaat Ora et Labora Melawa, yang adalah nelayan, maka perbantuan pengadaan sampan berikut alat tangkapnya pun direncanakan akan dilakukan lewat kelompok nelayan. Di Panjulati, oleh karena warga jemaat mayaoritas pekebun kelapa dan pembuat minyak kelapa, maka kegiatan yang dirancang adalah pelatihan pembuatan minyak kelapa secara lebih efektif dan efisien.

Dalam kunjungan Direktur Unit Pengurangan Risiko Bencana (PRB) PGI baru-baru ini ke Palu, maka sudah dicanangkan memulai kegiatan dimaksud. Sebagaimana motto dengan PKN, maka itu pula yang diterapkan dalam menggarap aktivitas ini antara PGI dengan GPID: Kemitraan Partisipatif. Tuhan, kiranya, memberkati.

Pewarta: Eliakim Sitorus

COPYRIGHT PGI 2019

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*