JAKARTA,PGI.OR.ID-Komunitas disabilitas dan lanjut usia (Lansia) adalah kelompok rentan yang kerap diabaikan, bahkan dieksploitasi hak politiknya. Padahal mereka punya partisipasi yang besar dalam kelangsungan demokrasi di Indonesia. Kelompok rentan juga berhak untuk menentukan sikap politiknya dalam pemilihan umum 17 April mendatang. Sebab itu, yang diperlukan adalah pengetahuan dan pencerahan lewat pendidikan politik kepada mereka.
Menjawab kebutuhan tersebut, PGI bersama Yakoma serta Jaringan Kerja Lembaga Pelayanan Kristen (JKLPK) Wilayah DKI Jakarta melaksanakan Pendidikan Politik untuk Kelompok Rentan Disabilitas dan Lansia, di Lantai 3 Grha Oikoumene, Jakarta, Senin (1/4). Pendidikan politik ini merupakan rangkaian dari kegiatan Ayo Nyoblos Ayo Pantau yang sudah diselenggarakan oleh PGIpada 27-28Februari 2019.
Pada kesempatan itu, Benny Lummy, dari Tim Ayo Nyoblos Ayo Pantau mengungkapkan, ada beberapa catatan penting yang mencuat dari pendidikan politik ini, yaitu komunitas disabilitas dan lansia punya hak politik yang harus diperjuangkan. Dan, pada saat pemilihan nanti diperlukan adanya pendamping agar hak-hak yang mereka miliki dapat digunakan.
Banyak teman-teman penyandang disabilitas ini yang tidak punya pendamping. Dan mereka harus didampingi oleh orang mereka tunjuk, dan dipercayai. Menurut saya penting untuk diperhatikan PGI, oleh gereja-gereja, bagaimana menyediakan teman-teman relawan supaya bisa mendampingi. Karena ini juga bagian dari perjuangan bagaimana gereja membantu hak-hak politik mereka supaya mereka bisa memilih sesuai dengan yang mereka mau,katanya.
Selain itu, dari kegiatan tersebut juga diketahui ternyata banyak kaum disabilitas dan lansia yang belum mengecek di Daftar Pemilih Tetap (DPT). Sebab itu mereka diharapkan untuk aktif, dibantu oleh para pendamping.
Hal lain yang tidak kalah penting menurutnya, setelah Pemilu 2019 PGI dapat melakukan pendidikan politik tidak hanya bagi warga gereja, tetapi juga disabilitas, agar di 2024 ini ada keterwakilan kaum disabilitas sebagai caleg dalam pemilu semakin banyak. Saya kira ini hal menarik dan pekerjaan rumah yang serius supaya perjuangan teman-teman penyandang disabilitas itu bisa lebih kuat,ujar pria yang juga Ketua Tim Ayo Nyoblos GKI Sinode Wilayah (Sinwil) Jabar ini.
Sementara itu, Ketua Umum PGI Pdt. Dr. Henriette Hutabarat-Lebang dalam paparannya mengajak agar komunitas disabilitas dan lansia, yang juga bagian dari warga negara, untuk turut serta menggunakan hak pilihnya dalam Pemilu 2019. Namun terlebih dulu kita harus betul-betul gumuli dalam iman agar kita dapat memilih pemimpin yang terbaik dan dapat mensejahterakan rakyat Indonesia ke depan, tandasnya.
Menurutnya, diperlukan adanya kerjasama sebagai anak bangsa untuk mengusahakan pemilu yang jujur, adil, dan bermartabat agar bangsa ini makin dewasa, makin menuju kepada masyarakat yang adil dan makmur.
Maka peran pemilih itu sangat penting dilakukan oleh kita semua, saudara-sudara dan saya, sebab masa depan bangsa yang lebih baik itu yang mau kita usahakan demi kesejahteraan masyarakat. Dalam Alkitab, Nabi Yeremia kepada umat pada saat itu mengatakan usahakanlah kesejahteraan kota dimana kamu berada. Atau kesejahteraan bangsa dimana kamu berada. Sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraan mu. Jangan kita pikir yang mengusahakan kesejahteraan itu para pemerintah saja, kita sebagai warga negara juga harus mengupayakan kesejahteraan bangsa. Jadi jangan kita lupa ke TPS, kalau ada yang mau pergi libur nanti aja, nyoblos dulu. Beritahu kepada seisi rumah, tetangga, sebab itu tanggungjawab kita, jelas Ketua Umum PGI.
Pendidikan Politik untuk Kelompok Rentan Disabilitas dan Lansia diikuti sekitar 50 orang peserta perwakilan dari sejumlah lembaga di antaranya Elsafan, Pelangi Kasih, Rawinala dan Pondok Berkat.
Pewarta: Markus Saragih
COPYRIGHT PGI 2019
Be the first to comment