PALU,PGI.OR.ID-Hingga saat ini PGI terus melakukan koordinasi dengan GKST, GPID dan GT untuk memetakan kebutuhan pasca gempa-tsunami yang terjadi di Palu, Sigi dan Donggala. Koordinasi juga dilakukan dengan lembaga-lembaga lain seperti Kementrian Sosial RI, United Nations Children’s Fund (Unicef), Pekerja Sosial (Peksos), dan United Nations Fund for Population Activities (UNFPA).
Menurut laporan Humas PGI Irma Riana Simanjuntak yang saat ini berada di Palu, suasana kota Palu berangsur angsur membaik. Listrik sebagian besar sudah menyala, bank dan swalayan sudah beroperasi kembali, demikian pula klinik dan pelayanan rumah sakit, termasuk rumah makan. Namun sekolah-sekolah belum diaktifkan karena sebagian besar anak-anak ke luar kota, sementara guru juga jadi korban.
Diinformasikan pula, aktifitas Sekolah Minggu di Kota Palu belum pulih sebab sebagian besar anak-anak masih di luar Palu. Sementara itu, selain anak, banyak orang tua yang kehilangan anak memerlukan pendampingan khususnya perempuan (terutama yang anaknya “hilang”).
“Sedangkan di luar kota Palu masih banyak anak-anak yang belum mendapat pendampingan misalnya Domboe, Kulawi yang akses jalannya masih susah. Untuk logistik sudah tembus ke lokasi. Selain itu, Posko GKST Effata dan GPID masih ada, namun stok logistiknya makin menipis. Hari ini posko tutup sebab semua petugas posko melayani di gereja-gereja di sekitar Palu,” katanya.
Sementara itu, terkait penanganan pasca gempa-tsunami dan likuifaksi di Kota Palu, Wali Kota Palu, Hidayat, telah mengeluarkan surat keputusan penetapan lokasi rumah hunian sementara (Huntara) di sejumlah lokasi, dan menetetapkan segala biaya yang diperlukan dibebankan kepada APBN tahun anggaran 2018, APBD tahun 2018 Kota Palu, serta bantuan dan sumbangan para pihak yang tidak mengikat.
Adapun wilayah yang telah ditetapkan untuk didirikan Huntara yaitu di wilayah Kecamatan Tawaeli, Palu Utara, Mantikulore, Palu Selatan, Tatanga, Palu Barat, dan Ulujadi. (Irma Riana Simanjuntak)
Be the first to comment