JAKARTA,PGI.OR.ID-Masih banyak gereja yang belum maksimal menyambut panggilannya untuk melayani anak-anak. Bahkan pengakuan gereja terhadap anak-anakpun belum sepenuhnya terjadi. Pelayanan gereja sampai saat ini lebih banyak berorientasi untuk membangun kehidupan beriman warga jemaat dewasa.
Pdt. Justitia Vox Dei Hattu menyampaikan hal tersebut saat diskusi Peran dan Panggilan Gereja untuk Kesejahteraan Anak di Grha Oikoumene, Jakarta, Senin (24/9).
“Hal itu terlihat misalnya doktrin-doktrin gerejawi, cara gereja mengajarkan Alkitab yang terkesan semakin menjauhkan anak-anak dari kisah-kisah Alkitab itu sendiri, arsitektur gereja, ibadah-ibadah gerejawi serta program-program gereja,” katanya.
Lebih jauh Pdt. Justitia menjelaskan, dalam praktik pengajaran dan ibadah di Sekolah Minggu masih banyak guru Sekolah Minggu, orangtua dan orang dewasa tidak tahu cara menjelaskan Alkitab kepada anak-anak sesuai dengan tingkat usia dan kebutuhan mereka. Sementara tata ibadah didesain mengikuti pola orang dewasa. Akibatnya, guru Sekolah Minggu memperlakukan anak-anak seperti layaknya memperlakukan orang dewasa dalam hal berdoa, bernyanyi, membaca dan mengajarkan Alkitab. Segala sesuatu dilihat secara kaku, tanpa ekspresi dan anak-anak pun tidak punya pilihan lain selain mengikuti apa yang diperintahkan oleh guru Sekolah Minggu mereka. Akibatnya, ibadah anak menjadi tidak ramah anak.
Sementara dari sisi arsitektur, sedikit gereja yang menyediakan gedung atau ruangan yang memadai anak-anak. Dalam banyak kasus anak-anak harus menggunakan ruang-ruang kecil di gereja yang sebenarnya tidak layak dan memadai untuk anak-anak beribadah di hari Minggu. Gereja juga tidak memberikan pelayanan partoral konseling kepada anak-anak.
Demikian pula anggaran untuk Sekolah Minggu. Alokasi dana untuk pelayanan anak-anak di Gereja sangat minim sekali. Kalaupun ada yang diberikan lebih dari persentase yang disebutkan, dalam realisasinya dana tersebut harus mengalami “pemangksan” sana-sini dengan alasan untuk melihat pada prioritas kebutuhan saja.
Melihat kondisi tersebut, Pdt. Justitia mengharapkan agar panggilan pelayanan terhadap anak-anak harus direspons segera oleh gereja. “Dasar teologis ini saya dasarkan pada tindakan Yesus menyambut anak-anak sebagaimana dituturkan dalam Markus 10:13-16. Teks ini sudah sangat popilar dan dijadikan sebagai salah satu sumber rujukan kegiatan ketika berbicara tentang pelayanan anak. Saya menggunakan teks ini dengan pertimbangan mendasr bahwa apa yang dilakukan oleh Yesus adalah bentuk pelayanan yang sangat holistik terhadap anak, sehingga kita perlu belajar dariNya,” katanya. (markus saragih)
Be the first to comment