PAPUA,PGI.OR.ID-Dalam upaya melakukan pembinaan kaum muda, maka pada 29 Juni 2018 PGI bersama mitra membuka secara resmi Sanggar Belajar Anak yang diberi nama dengan Bahasa Asmat: “Jiwi Nakas Sokorcem”. Setelah berkonsultasi dengan beberapa Tokoh Asmat, mereka mengatakan bahwa nama tersebut sesuai dengan kaidah tata bahasa Asmat, yang terjemahan bebas dalam bahasa Indonesia sebagai “Sanggar Belajar Anak-anak”.
Buku-buku yang ada saat pembukaan adalah buku yang dibawa Dr. Alphinus Kambodji dari Jakarta yang disiapkan PGI yang merupakan sumbangan dari LAI, serta sumbangan buku yang diupayakan Dr. Jodelin. Jenis buku antara lain Cerita-cerita Alkitab untuk anak dan Remaja, Komik, Novel dan buku pelajaran SD, SMP, dan SMA. Juga buku-buku yang dikirim beberapa teman yang kami himbau melalui berbagai group WA.
Sangat terkesan bahwa anak-anak Asmat haus akan buku bacaan. Selain kegiatan membaca, Dr. Alphinus Kambodji juga memberikan “kursus membaca” bagi anak-anak SD kelas II dan III yang belum bisa atau belum lancar membaca. Bahkan yang mengejutkan ada beberapa anak SMP yang belum bisa atau belum lancar membaca. Disamping itu, sesekali juga melakukan interaksi dengan anak-anak dengan membacakan ceritera Alkitab layaknya Guru Sekolah Minggu.
Diharapkan, melalui kegiatan Sanggar bacaan, anak-anak Asmat akan semakin cerdas dan berkembang wawasannya dalam upaya meningkatkan kualitas SDM.
Sementara itu, direncanakan akan dilakukan pelatihan pengrajin. Kegiatan ini belum terlaksana karena masih dilakukan penjajagan dan diskusi-diskusi informal dengan para pengrajin. Diharapkan dapat dilaksanakan pada 6 Oktober 2018.
Salah satu hal unik pada sebagian besar masyarakat asli Asmat, adalah kurangnya pemahaman akan Konsep Ekonomi (berproduksi, memasarkan, menyimpan atau menabung) dalam hidup keseharian mereka. Mereka sangat tergantung pada ‘kemurahan hati’ alam sekitar yang menyediakan segala sesuatu bagi kehidupan. Makanan disediakan oleh alam dan mereka tinggal mengambilnya di hutan atau di sungai. Karena alasan itu pulalah, maka kesehatan dan pendidikan tidak dipandang sebagai masalah yang menguatirkan hari ini, atau akan mempengaruhi masa depan, karena kehidupan harus dinikmati hari ini dan besok hari punya persoalan yang akan dihadapi besok.
Maka perlu diberikan pelatihan bagi para pengrajin ukir Asmat agar mampu berproduksi, berpromosi, memasarkan dan menyimpan/ menabung untuk hari esok guna menjamin hidup sehat dan sejahtera. Disamping itu, para pengrajin akan diarahkan untuk menghasilkan alat bermain edukatif khas Asmat bagi anak yang dapat mengembangkan imajinasi dan kreatifitas anak, memotivasi gairah belajar yang diharapkan akan berdampak pada kesehatan fisik dan jiwa anak.
Be the first to comment