Ketua Umum PGI: “Hendaknya Gereja Berpikir untuk Kepentingan Bangsa”

JAKARTA,PGI.OR.ID-“Dalam konteks Indonesia yang majemuk, maka hendaknya kita sebagai gereja tidak hanya berpikir untuk kepentingannya sendiri, tetapi berpikir untuk kepentingan bangsa ini,” demikian penegasan Ketua Umum PGI Pdt. Dr. Henriette Hutabarat Lebang saat perayaan HUT ke 47 Persekutuan Gereja-Gereja dan Lembaga-Lembaga Injili Indonesia (PGLII) di MDC Hall, Jakarta, Rabu (8/8).

“Diibaratkan garam yang kecil tetapi mempenetrasikan kehidupan, dan memberikan rasa enak. Juga menjadi biji sesawi yang kecil, tidak pernah kita menjadi besar. Mari kita keluar dari pemikiram bahwa kita ini minoritas, tapi marilah berpikir bahwa kita adalah bagian dari bangsa Indonesia. Sebab itu mari kita bersama-sama membangun bangsa ini dalam semangat Pancasila, dan di situ kita perlu bergandengan tangan,” tegasnya.

Ketua Umum PGI juga menyinggung keberadaan umat Kristen yang memiliki latarbelakang berbeda, baik evangelikal, pantekostal, maupun ekumenikal. Namun hendaklah perbedaan itu tidak menghabiskan energi gereja untuk saling curiga satu sama lain.

“Meski berbeda pendapat itu tidak apa, tetapi kita tetap satu tubuh Kristus. Dan saya kira itulah semangat dari Forum Umat Kristen di Indonesia (FUKRI). Sebuah forum di mana kita bisa saling berbagi, belajar satu dengan yang lain sehingga makin mengenal, dan saling percaya. Mari kita tempatkan pelayanan kita, memberitakan Injil yang holistik kepada masyarakat Indonesia, memberitakan Injil yang mensejahterakan kita semua,” tandasnya.

Pada kesempatan itu, Ketua Umum PGI juga mengingatkan gereja-gereja untuk ikut dalam gerakan peduli Lombok yang dilanda gempa beberapa waktu lalu, sebagai bentuk kepedulian terutama kepada mereka yang membutuhkan uluran tangan.

Persekutuan Gereja-Gereja dan Lembaga-Lembaga Injili Indonesia (PGLII) atau juga Persekutuan Injili Indonesia (PII) yang didirikan pada tanggal 17 Juli 1971 di kota batu, Malang, Jawa Timur, Indonesia, dengan motto “Dipanggil untuk Bersekutu dan Memberitakan Injil” yang didasarkan pada Matius 28:19 dan dan Galatia 5:1. Organisasi ini mirip Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia.

Berdirinya PGLII tidak lepas dari sejarah  dua tahun setelah Oikumenis WCC (“World Council of Churches“) dibentuk pada 1948 di Amsterdam, Belanda. Pada 1951, dalam “Konvensi Internasional Evangelikal” di Wondschoten, dibentuk organisasi World Evangelical Fellowship (WEF) atau “Persekutuan Injili Se-Dunia”. WEF menjadi wadah internasional bagi berbagai organisasi Kristen Injili. Sejak 2002, World Evangelical Fellowship (WEF) berubah namanya manjadi World Evangelical Alliance (WEA).

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*