TESALONIKA,PGI.OR.ID- Elaborasi terhadap teks-teks yang berhubungan dengan kehidupan umat percaya dan tantangan serta ancaman di abad ke-21 mendapat perhatian dalam Konferensi Internasional Teologi Ortodoks ke-8 yang diadakan pada 21-24 Mei 2018, di Tesalonika, Yunani. Sekitar 120 peserta, dari berbagai kalangan (pejabat gereja, akademisi, peneliti sampai kaum awam), ambil bagian dalam konferensi internasional yang diorganisir oleh Fakultas Teologi Universitas Aristoteles di Tesalonika.
Konferensi ini diselenggarakan setelah berlangsung Konsili Agung Gereja Ortodoks pada Juni 2016 di pulau Kreta, Yunani. Hasil-hasil yang dicapai dalam konsili agung tersebut dibahas dalam konferensi ini, termasuk di dalamnya berbagai usulan untuk konsili agung berikutnya.
Sejumlah tantangan dan kesempatan yang muncul di abad 21, dalam konteks meneruskan pesan Kristen di dunia yang baru, menjadi sorotan Uskup Agung dari Albania. Dalam konteks ini, muncul kebutuhan untuk membentuk struktur lintas gereja yang menghubungkan kesaksian Gereja Ortodoks di seluruh dunia, selain kebutuhan akan kepemimpinan gereja yang berkualitas secara spiritual dan akademis.
Sejalan dengan pergumulan di wilayah misi, Uskup Agung Gereja Ortodoks Yunani menyoroti pentingnya peran konstruktif persidangan-persidangan diosis (Persekutuan umat di batas teritori tertentu) dalam pastoral sosial dan misi. Sesuatu yang belakangan ini semakin tenggelam akibat gelombang imigran dan munculnya generasi pertama para imigran di kota-kota utama.
Gagasan tentang dialog dan keterbukaan Gereja Ortodoks juga menjadi sorotan dalam konferensi ini. Metropolitan Gennadios Sassima, profesor teologi Ortodoks dan hukum kanon di sejumlah universitas, mengingatkan bahwa Gereja Ortodoks adalah gereja yang dari awal hidup dalam dialog (Church of dialogue). Dialog ini juga yang menjadi kunci kesuksesan konsili, membuatnya menjadi realitis sebagaimana semangat yang melekat pada pengajaran dan doktrin dalam pencarian akan keesaan gereja.
Dalam konteks dialog, Metropolitan Prousis Elpidophoros, salah satu anggota Komite Pusat Dewan Gereja-Gereja se-Dunia, menekankan pentingnya gereja Ortodoks meninjau ulang istilah bidat (heretic), dan membedakannya dari kekristenan yang heterodoks dan persoalan skisma akibat orientasi keseragama (homodox). Pembedaan seperti ini akan membantu gereja memahami lebih baik persoalan heterodoks dan skisma.
Gereja Ortodoks juga didorong oleh komunitas akademis untuk membangun dialog dengan berbagai tradisi di dalam kekristenan dan terlibat dalam interaksi yang kreatif dengan semua orang. (oikoumene.org)
Be the first to comment