SURABAYA,PGI.OR.ID-Pimpinan Gereja-gereja di Surabaya dalam jumpa pers di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS), Senin (14/5) menyampaikan enam poin pernyataan sikap terkait tindak kekerasan terorisme di Surabaya; bom bunuh diri di tiga gereja, Mapolrestabes, dan Rusunawa Sidaorjo yang terjadi secara berturut-turut (13-14/5).
Keenam poin pernyataan sikap gereja-gereja di Surabaya yaitu, pertama, mengungkapkan keprihatinan dan dukacita yang mendalam atas peristiwa yang terjadi. Kedua, mengecam perilaku kekerasan berupa bom bunuh diri atau terorisme. Ketiga, mengapreasiasi kerja-kerja Kepolisian yang tanggap menciptakan rasa aman.
Keempat, menghargai kehadiran Presiden Joko Widodo, dan para menteri yang datang langsung ke Surabaya sebagai bentuk solidaritas. Kelima, menyerukan kepada seluruh warga jemaat untuk tetap tenang, tidak takut dan panik. Tetapi tetap waspada dan kerjasama dengan aparat setempat. Keenam, menuntut DPR dan pemerintah segera menerbitkan UU Antiterorisme.
Pada kesempatan itu Pdt. Sutrisno dari Sinode GKI Wilayah Jatim menuturkan bagaimana aksi heroik yang dilakukan Yesayas, satpam gereja, yang menghalau pelaku bom bunuh diri. Pada saat itulah terjadi ledakan. “Beruntung satu bom tidak meledak, bom itu yang punya daya ledak tinggi. Kalau sempat meledak pasti akan banyak yang menjadi korban,” tuturnya.
Sementara itu, Pdt. Jonathan Biantoro, Gembala GPPS Sawahan, menceritakan, saat ingin menyanyi lagu terakhir sebelum doa berkat, tiba-tiba terdengar ledakan yang begitu dahsyat di depan gerejanya. “Saya hanya melihat ada api yang begitu besar dan asap hitam, setelah itu tidak kelihatan apa-apa, saya memandu jemaat untuk tidak panik dan maju ke depan,” kata Pdt. Jonathan.
Be the first to comment