JAKARTA,PGI.OR.ID-Almarhum J.L.Ch. Abineno adalah sosok yang telah mendarmabaktikan hidupnya tidak hanya bagi gereja, tetapi juga bagi lembaga-lembaga Kristen yang pada waktu itu masih berusaha untuk memulai proses perjalanannya, sebut saja GMIT, PGI, STF Jakarta, LAI, Sinar Kasih, Yamuger, STT Cipanas, GKRI, Ukrida, dan BKP Gunung Mulia. Tugas yang dilakukannya di lembaga ini, tentu menyita banyak waktu, termasuk waktu untuk keluarga.
Sebagai rasa ungkapan syukur dan terimakasih, perwakilan gereja dan lembaga-lembaga Kristen tersebut, menggelar acara Peringatan Syukur 100 Tahun Abineno, di Lt 5 Grha Oikoumene, Jakarta, Kamis (7/12). Pada kesempatan itu juga dilounching buku Utusan Yang Setia mengenang Hidup dan Karya Pelayanan J.L. Ch. Abineno. Alberta Anthonia Meijer, istri Pak Abineno, bersama anak, menantu dan cucu hadir dalam acara ini.
“Pastilah keluarga besar Pak Abineno kehilangan banyak waktu mengingat banyaknya lembaga-lembaga yang dilayaninya ketika itu. Oleh karena itu pada kesempatan itu kami menyampaikan terimakasih kepada ibu, keluarga, anak-anak, menantu, cucu dan semuanya. Kasih Tuhan yang bisa membalaskan itu semua,” ungkap Sekretaris Umum PGI Pdt. Gomar Gultom saat menyampaikan ucapan terimakasih.
Hal senada juga disampaikan Pdt. Agustin D. Litelnoni dari GMIT. “Kami bangga dan bersyukur karena Tuhan memberikan seorang tokoh yang luar biasa bagi GMIT yaitu Pak Abineno. Beliau pernah menjadi Ketua Klasis di Rote, dan dua periode menjadi Ketua Umum Sinode GMIT. Lalu berangkat ke Jakarta kemudian memimpin PGI selama 20 tahun. Mewakili GMIT mengucapkan terimakasih kepada ibu dan keluarga,” katanya.
Demikian pula Ketua STF Jakarta Pdt. Yusak Solaiman. “Selain ucapan terimakasih, kami juga menyampaikan permohonan maaf karena semasa hidup dalam pekerjaan Pak Abineno di STF Jakarta telah banyak mengambil waktu untuk keluarga. Bagi kami itu adalah sebuah pembelajaran bagaimana seseorang yang benar-benar sebagai utusan Allah yang mencintai gereja, sebagai seorang teolog, sebagai seorang pemikir yang menunjukkan kepada kami mencintai pekerjaannya,” jelas Yusak.
Peringatan Syukur 100 Tahun Abineno diawali dengan ibadah. Dalam khotbahnya, Ketua Umum PGI. Pdt. Dr. Henriette Hutabarat-Lebang mengungkapkan, J.L.Ch. Abineno adalah sosok yang telah mempersembahkan hidupnya selama 78 tahun, tidak hanya bagi keluarga, tetapi juga gereja, negara, dan masyarakat. Dan semuanya itu dilakukan dalam iman.
“Walau Pak Abineno telah tiada, maka menjadi pelajaran bagi kita semua, agar berpegang teguh pada iman, karena hanya dengan begitu kita dapat memberikan yang terbaik bagi Tuhan. Mari kita terus beriman percaya,” jelasnya.
Sekilas Pak Abineno
Prof. DR. J.L. Ch. Abineno lahir di Baun, Timor, 7 Desember 1917, sebagai anak sulung dari pasangan Tobias Abineno dan Carolina Koroh. Pada 30 Desember 1947 Abineno menikah dengan Alberta Anthonia Meijer dan memiliki enam orang anak, 15 cucu, dan 14 cicit.
Abineno ditahbiskan sebagai pendeta di Jakarta Pada 1948. Kemudain menjadi Ketua Klasis GMIT di Rote (1949-1950), Ketua Sinode GMIT (1950-1953), melanjutkan studi di Universitas Kerajaan di Utreht (1953-1956). Pada 1955 menyelesaikan studi doktoral dan pada 1956 promosi doktor teologi.
Selanjutnya, diangkat sebagai Ketua Sinode GMIT (1956-1960), anggota MPRS (1960-1975), menjadi Guru Besar dari STT Jakarta dan bekerja menjadi dosen (1960), anggota Commission on Faith and Order dari DGD (1961-1975), diangkat oleh LAI sebagai Ketua Komisi Penerjemah (1962-1968), Ketua Umum DGI (1960-1980), Ketua Kehormatan DGI (1970-1980), Penasihat Majelis Sinode GPIB (1978), Ketua Kehormatan DGI (1980), dan Ketua Kehormatan DGI (1984).
Pada 22 Januari 1995, Pak Abineno berpulang ke rumah Bapa di sorga, dalam usia 77 tahun.
Be the first to comment