Makna Reformasi Lewat Ziarah Keadilan dan Pedamaian dalam Konteks Teologia di Afrika

Sekelompok pemuda Afrika mengunjungi gunung suci Thaba Bosiu, 'Night Mountain', di Lesotho

AFRIKA,PGI.OR.ID-“Apa arti Reformasi bagi Afrika di tahun 2017 bagi gereja dan masyarakat, dalam konteks Ziarah Keadilan dan Perdamaian?”

Sebagai pembicara utama dihadapan sekitar seratus orang ilmuwan, pemimpin agama dan kaum awam dalam Konferensi Reformasi yang diadakan di Universitas Stellenbosch, Afrika Selatan, beberapa waktu lalu, Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Gereja Dunia (WCC) Prof. Dr Isabel Apawo Phiri mengeksplorasi 500 tahun Reformasi, melalui Ziarah Keadilan dan Perdamaian serta apa maknanya bagi gereja dan teologi mereka di Afrika saat ini.

“Reformasi adalah pengingat bahwa dasar keselamatan dan kesatuan orang Kristen bukan karena siapa orang Kristen kecuali siapa Tuhan dan apa yang telah Allah lakukan untuk umat manusia,” jelas Phiri.

“Dalam konteks Afrika, kita merayakan pemberian terjemahan, bagaimana membawa Alkitab ke kehidupan orang-orang percaya telah mempromosikan pertumbuhan gereja di Afrika,” Phiri menambahkan. “Dan kita melihat setiap hari karunia Roh Kudus untuk mengubah kehidupan orang-orang yang membaca Alkitab, mendengar suara Tuhan lagi dan bertindak atasnya.”

Diakonia dan Ziarah sebagai Aksi Transformatif

Phiri, penanggungjawab bidang Kesaksian dan Diakonia di WCC ini, secara khusus menyoroti nilai diakonia sebagai pemahaman tidak hanya tentang apa yang gereja lakukan, tapi juga siapa mereka.

“Saat kita merenungkan luka hari ini di gereja dan masyarakat di Afrika dalam semangat Reformasi, gereja belajar, pertama dan terutama untuk bersikap kritis. Orang-orang Kristen bersama-sama mengunjungi mereka yang terluka karena ketidaksetaraan dan kemiskinan, mengangkat para pengungsi, kekurangan makanan dan obat-obatan, serta kekerasan berbasis gender. ”

“Salah satu elemen kunci di tahun 2017 dalam memperingati 500 tahun Reformasi adalah bekerja sama untuk menyembuhkan dunia dengan mengutamakan pembangunan perdamaian, keadilan ekonomi, keadilan iklim dan martabat manusia berdasarkan mandat alkitabiah kepada semua orang Kristen,” kata Phiri.

“Jadi sementara banyak gereja dan institusi teologis tidak menggunakan kata diakonia, kita dapat melihat bahwa ini adalah bagian integral dari misi gereja, dan bahwa hal itu mencerminkan hubungan yang kuat antara keberadaan gereja dan tindakan bersama mereka sebagai komuni di seluruh dunia.”

“Ziarah Keadilan dan Perdamaian mencerminkan pemahaman tentang pelayanan gereja,” Phiri menyimpulkan, “dan sebuah komitmen terhadap realitas sosial dari masyarakat yang rentan dan terpinggirkan.”

“Dalam konteks kerja masyarakat internasional untuk mencapai Tujuan Pembangunan yang Berkelanjutan, kita mendengar dengan jelas seruan untuk ‘tidak ada yang tertinggal’. Melalui diakonia ekumenis, kita menyerukan keadilan untuk semua ‘. Ditransformasikan diri kita sendiri, ziarah bisa membawa kita pada tindakan transformasi yang konkret. Kita dapat tumbuh dalam keberanian untuk hidup dalam kasih sayang yang sejati satu sama lain dan dengan alam.” (oikoumene.org)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*