KUPANG,PGI.OR.ID-Usai menjalani masa vikariat selama 18 bulan di jemaat, 159 vikaris ditahbiskan dalam jabatan Pendeta GMIT. Kebaktian penahbisan dipimpin Pdt. Yulian Widodo, berlangsung di jemaat Syalom Airnona-Kupang, Minggu pagi, (9/12).
Menurut Ketua Majelis Sinode GMIT, Pdt. Mery Kolimon, para vikaris yang ditahbiskan itu telah melalui penggembelengan yang maksimal baik pengetahuan maupun keterampilan sehingga diharapkan mereka siap melayani di seluruh wilayah pelayanan GMIT di NTT dan NTB.
“Sebagai Majelis Sinode, kami merasa vikariat kali ini cukup maksimal dilengkapi dengan semua yang dibutuhkan untuk pelayanan yang utuh baik dari segi tata gereja, keterampilan pastoral maupun pengetahuan pengembangan masyarakat. Kami sungguh-sungguh berharap 159 pendeta yang ditahbiskan hari ini akan menjadi terang di tengah jemaat dan masyarakat.”
Dengan segala sumber daya yang dimiliki itu, kata Ketua MS GMIT, para pendeta diutus untuk memperjuangkan keadilan, kebenaran, perdamaian, kesetaraaan, harkat dan martabat, pemberdayaan dan keutuhan ciptaan. Bukan hanya sibuk membangun gedung gereja.
“Kalian diutus untuk melayani, berjuang bagi hak-hak mendasar manusia, bagi kebebabasan beribadah, bagi hak atas tanah ulayat, bagi kehidupan yang bermartabat dan sejahtera. Doronglah upaya-upaya berteologi dalam jemaatmu. Ajaklah Majelis Jemaat dan Jemaat untuk mencari cara melakukan pelayanan holistik. Gereja jangan hanya mengurus dan membesarkan diri. Gereja jangan hanya sibuk membangun gedung-gedung gereja. Membangun gedung gereja penting, tapi ingat, gedung gereja hanyalah sarana bukan tujuan hadirnya gereja. Tugas gereja yang paling utama adalah terlibat bersama dengan Allah melaksanakan karya keselamatan, penebusan dan pembaharuan di tengah-tengah dunia,” pesan Pdt. Mery.
Selain itu ia juga mengingatkan para pendeta agar menjaga kehidupan spiritual dengan tekun membaca dan melakukan firman Tuhan serta menjaga relasi dengan sesama pendeta. “Kami mohon para pendeta baru, perkuatlah identitasmu sebagai gembala, sebagai guru rohani bagi jemaat, jadilah pendoa bagi dirimu, keluarga dan bagi jemaatmu. Tekunlah dalam membaca kitab suci, jadilah teladan iman dan jadi juga sahabat satu dengan yang lain.”
Hadir juga dalam kebaktian ini Gubernur NTT, Viktor Laiskodat, wakapolda NTT, Brigjend.Pol. Joni Asadoma dan sejumlah pimpinan SKPD. Dalam sambutannya, Laiskodat berharap para pendeta tidak putus harapan menghadapi aneka tantangan di tempat pelayanan yang baru dan mampu mewujudnyatakan komitmen iman kepada jemaat melalui pengajaran dan pelayanan yang berdampak bagi kesejahteraan masyarakat.
Para pendeta baru ini selanjutnya akan ditempatkan di 159 jemaat di 45 klasis. Mereka akan menjalani masa orientasi selama 3 bulan sebelum menerima Surat Keputusan (SK) penempatan terhitung 1 April 2019 mendatang.
Guna memastikan komitmen pelayanan bersama jemaat, Majelis Sinode GMIT juga mewajibkan para pendeta baru menandatangani surat pernyataan tinggal di jemaat.
Pdt. Fransiskus Nahak, mewakili seluruh pendeta yang ditahbiskan menyatakan komitmen hidup dan pelayanan mereka untuk terikat pada Yesus Kristus Kepala Gereja bukan pada ikatan mamon dan keluarga.
“Kami sadar bahwa kami terikat kepada Kristus dan gereja-Nya. Ikatan pada Yesus Kristus dan gereja-Nya mengatasi ikatan-ikatan yang lain terutama ikatan keluarga dan ikatan mamon. Karena melayani sebagai pelayan Kristus bukan penjual jasa,” kata Frans.
Melalui penahbisan ini, jumlah pendeta GMIT bertambah kurang lebih 1.400 orang. Mereka melayani di 2.586 jemaat, belum termasuk pos pelayanan, yang tersebar di seluruh provinsi NTT (minus Sumba) dan NTB serta Batam dan Surabaya.
Pewarta: www.sinodegmit.or.id
Be the first to comment