Relawan mahasiswa di 11 kampus menyatakan melawan kekerasan seksual terhadap perempuan di ruang kampus. Jaringan ini digawangi organisasi Perempuan Mahardika.
Sekretaris Perempuan Mahardhika, Mutiara Ika Pratiwi, mengatakan kampus rawan kekerasan seksual termasuk perkosaan. Ada beberapa modus yang biasa terjadi, seperti dosen laki-laki membimbing skripsi mahasiswa perempuan di ruang sepi hingga terjadi perkosaan.
Dia mengatakan, jaringan relawan akan bertugas menyadarkan mahasiswa akan ancaman kekerasan seksual ini.
“Kita mengajak orang terlibat aktif dalam berbagai hal yang bisa dilakukan. Menyebarkan poster-poster, misalnya ‘di sini adalah daerah bebas kekerasan seksual,” kata Ika di kantor Kontras, Selasa (25/11).
“Kita tempel di ruang kelas, buku, toilet kampus, lokasi-lokasi yang menurut kami rawan kekerasan seksual. Kita mau menandai itu, ini harus bebas kekerasan seksual,” tambahnya.
Mutiara Ika Pratiwi, menambahkan, mahasiswa yang jadi korban perkosaan harus berani bicara. Sehingga kasus-kasus selanjutnya bisa terungkap. Pihaknya tidak memiliki angka kasus di kampus karena kesulitan mencari datanya. “Di kampus masih tabu,” kata Ika.
Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan mencatat angka kekerasan terhadap perempuan terus naik. Selama 2013 ada 4 ribuan kekerasan fisik, 3 ribuan kekerasan mental, hampir 3 ribu kekerasan seksual, dan 700 kekerasan ekonomi.
Pada data terbaru 24 November 2014, Komnas menyebutkan, “ada 2 perempuan mengalami kekerasan seksual setiap 3 jam.”
Sebelas kampus yang bergabung adalah Universitas Pamulang, IISIP Jakarta, Bina Sarana Informatika Depok, UIN Jakarta, UIN Yogyakarta, Universitas Dipenogoro, Universitas Gadjah Mada, Universitas Jenderal Soedirman, Universitas Mulawarman, Universitas Tadulako, dan Universitas PGRI Ronggolawe.
Selain itu, ada juga pihak non-kampus yakni GIECinma Bogor, serta jaringan Perempuan Mahardhika di Medan, Jakarta, Yogyakarta, Samarinda, dan Ternate. (portalkbr.com)
Be the first to comment